Bab 30A Pisah saja "Bagaimana, Ras? Aku harap kamu tidak sembarangan menentukan pilihan!""Aku...." lidahnya kelu, Gita tertunduk dengan air mata membasahi pipinya. Tiba-tiba tubuhnya terguncang disusul isakan tangis yang menggema di seluruh ruangan."Ras....?""Baiklah, Mas. Aku memilih kita pisah saja."Ardi tergelak, ini tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia pikir Gita masih mau bertahan dengannya, merubah sikap buruknya. Kenyataannya Gita menyerah."Jadi, hanya sampai sini perjuanganmu mempertahankanku, Ras? Kamu sudah lelah mengajakku berubah ke jalan yang benar, huh?""Ya, aku lelah, Mas. Seharusnya kamu berubah bukan karena aku, agar saat aku pergi jauh darimu kamu tidak kecewa."Ucapan Gita begitu menohok perasaan Ardi sampai dia tak bisa membalas kata-kata. Gita benar, dirinya lalai kembali pada Rabbnya saat Gita pergi jauh darinya. Itulah kesalahannya, dia berubah baik karena ada Gita.Selesai membicarakan masalahnya, Ardi kembali mengantar Gita. Dalam keheningan suasana c
Bab 30B Pisah saja "Maafkan Gita ya, Pak, Bu. Semoga pilihan ini terbaik untukku dan Mas Bintang."Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunan Gita."Ras, kamu sudah makan malam belum?""Sudah kok, Van.""Kata bibi, tadi siang kamu terlihat kurang sehat. Aku panggilkan dokter, ya!""Ah tidak usah,Van. Aku sudah baikan, cuma kecapekan saja.""Baiklah, ini aku bawakan makanan kesukaanmu."Wajah Gita berbinar melihat satu bungkus plastik mie ayam yang baunya menguar dihidung. Air liurnya langsung tak tertahankan. Seperti anak kecil yang diberi es krim, Gita langsung meraihnya beserta mangkuk dan sendok."Terima kasih banyak, Van. Kamu yang terbaik, deh.""Sama-sama. Kamu seperti orang ngidam saja, Ras."Gita tertawa kecil, memang kenyataannya begitu. Hasrat ingin makan mie berkuahnya benar-benar meningkat tajam.Gita menikmati semangkuk mie di kamarnya seraya menatap langit yang mulai kelam. Cahaya rembulan dan bintang tertutup awan. Seakan menggambarkan suasana hatinya yang redup
Bab 31A Terungkap Dua hari berselang, Ardi sudah membawa berkas dan membuat janji temu dengan Gita. Dia terkejut saat Gita mengatakan mengajak bertemu di rumah Revan jam 9. Padahal yang dia tahu Revan ada pertemuan dengan klien pagi ini, artinya Gita hanya sendiri di rumah itu.Tidak sampai setengah jam membelah jalanan kota Yogya yang cukup lengang setelah jam kerja lewat, Ardi sudah sampai di pelataran rumah Revan.Di ruang tamu sudah ada Gita dengan kopernya. Ardi pun tak menyangka Gita ada di sini."Apa selama ini kamu menginap di sini, Ras?""Tidak ada hubungannya dengan Mas Bintang aku tinggal di mana, bukan? Yang penting aku tidak jadi gelandangan."Deg,Ucapan Gita semakin terdengar dingin, tidak seramah yang dikenal Ardi."Aku mau pamitan sama Revan, tapi dia sudah berangkat," kilahnya."Ya, dia ada meeting dengan klien.""Mana berkas yang harus aku tanda tangani?" seru Gita berusaha tegar membuat Ardi sempat tak mengenalinya lagi. "Kenapa Laras berubah jadi angkuh," batinn
Bab 31B Terungkap Jam makan siang sudah dinanti Revan. Gegas dia meluncur ke rumah setelah dikabari bibi kalau Gita bertemu Ardi lalu pergi dari rumahnya."Kemana Laras, Bi?""Maaf, Tuan. Saya juga tidak tahu. Katanya Non Laras akan menghubungi Tuan."Bibi menunduk takut pada tuannya."Dia tidak menghubungi saya, Bi. Ponselnya juga tidak aktif dari tadi. Ardi sekarang dimana?""Mas Ardi juga pergi setelah beberapa menit Non Laras meninggalkan rumah ini."Revan melihat kamar yang ditempati Gita. Barang-barangnya tidak ada di sana. Lemari kosong. Pun juga tak ada secarik kertas berisi pesan yang ditinggalkannya."Kemana kamu, Laras?"Revan seperti orang kebingungan. Dia merasa kehilangan adik perempuan untuk kedua kalinya.Matanya memicing pada sebuah benda kecil yang tercecer di lantai dekat almari baju."Apa ini? Hah, tespek garis dua. Apa Laras hamil? Bi, Bibi, ini milik siapa?""Maaf, saya tidak tahu, Tuan.""Akhir-akhir ini Laras seperti orang ngidam. Ya Tuhan, aku tidak bisa memb
Bab 32A Penghianatan Sepanjang perjalanan, Ardi tak menghiraukan mobilnya dipacu dengan kecepatan tinggi hingga mau menabrak kendaraan lain. Emosinya sudah memuncak, ingin meminta penjelasan pada Jessy. Tak kurang dari dua puluh menit, Ardi sudah sampai di apartemen Jessy. Dari parkiran basement, Ardi melangkah lebar menuju unit milik Jessy. Dia sudah hafal tempatnya, bahkan pasword akses masuk pun dia punya.Dengan leluasa, Ardi menekan pasword membuat pintu terbuka dengan mudahnya.Suasana ruang tamu lengang, tak menandakan ada penghuni rumah.Namun Ardi dibuat terkejut setelah mendengar suara des*han dari dalam kamar yang dulu biasa digunakannya bersama Jessy melewatkan setiap malam.Jantung Ardi berdebar hebat, suara itu tidak mungkin dibuat-buat Jessy sendiri. Brakk,Dua insan yang sedang bergelung dengan selimut tercengang melihat Ardi berdiri mematung diambang pintu menyaksikan mereka.Terlebih Jessy yang sedang tidak memakai busana lengkap hanya melindungi tubuhnya dengan se
Bab 32B Penghianatan "Baiklah, Gita. Bangkitlah, hidup dan besarkan anak dalam rahimmu. Dia yang akan menemani setiap langkah perjuanganmu," ucapnya dalam hati.Gita masih merahasiakan kehamilannya. Biarlah nanti saat kandungannya mulai besar, dia akan bercerita pada sahabatnya."Lalu, kamu mau kemana, Ta? Koper ini barang-barangmu, bukan?""Iya, El. Hari ini aku survey ke lokasi magang. Aku mau minta izin Pak Raihan sekalian mencari tempat tinggal di sana.""Jadi, kamu mau langsung tinggal di sana?""Ya, sepertinya begitu lebih baik. Aku bisa menenangkan pikiran dalam seminggu sebelum mulai mengajar.""Tapi,Ta. Aku dan Toni tidak bisa menemanimu.""Tidak apa-apa, El. Aku juga mau mengenal dulu lingkungan di sana.""Baiklah, semoga kamu bisa melupakan kesedihan sesampainya di sana."Drrt,drrt."Pak Raihan.""Angkat dulu, Ta!""Halo, Pak.""Kumpul di kampus setengah jam lagi, jangan lupa!""Oh, ya, baik pak.""Apa kata Pak Raihan ganteng, Ta?""Ckk, mulai deh."Gita sudah bisa sedikit
Bab 33A KecelakaanMobil yang melaju dari kota Yogya menuju kawasan Gunung Kidul bagian timur berbatasan dengan Wonogiri akhirnya sampai di pemukiman warga. Kurang lebih 2 jam Pak Raihan mengendarai mobilnya menuju kawasan pondok pesantren yang ada sekolahnya. Gita ditugaskan mengajar di sekolah itu, sementara dua mahasiswa lainnya di desa sebelah yang berjarak 5 km dari tempatnya.Mobil masih melaju beberapa ratus meter sampai berhenti di sebuah rumah sederhana. Semua penumpangnya sudah turun. Gita melihat Pak Raihan meliukkan beberapa kali badannya. Tampak sekali gurat lelah setelah berkendara tanpa ada yang bersedia menggantikan. Bukan karena tidak mau, tetapi lebih karena dua temannya laki-laki itu tidak tahu medan perjalanan. Pak Raihan kawatir tentang keselamatan mereka."Maaf, Pak Raihan sepertinya sudah hafal jalur menuju tempat ini, ya?" tanya Gita penasaran. Dua temannya pun juga turut menunggu jawabannya. "Masuk dulu saja yuk!" Tidak menjawab justruPak Raihan mengajak ket
Bab 33B Kecelakaan*****Sebuah kecelakaan terjadi di kawasan menanjak, mobil mewah yang ditumpangi seorang pria terperosok ke jurang. Beruntung mobilnya tersangkut di sebuah pohon besar hingga nyawanya masih tertolong. Namun kondisi korban masih koma di ruang ICU RS kota Yogya bagian timur. Penyebab kecelakaan diduga karena sopir dalam kondisi mabuk."Astaghfirullah, Ton. Ada berita kecelakaan siang tadi. Ini waktunya pas dengan Gita berangkat ke lokasi magang.""Benarkah? Coba hubungi Gita, El. Dia tahu nggak kejadian itu!""Ini aku coba dari tadi nggak masuk-masuk. Ckk, susah pasti sinyalnya di sana. Gara-gara Pak Raihan, aku ga respek lagi deh sama beliau.""Yeay, siapa juga kamu, El. Kebalik kali Pak Raihan yang nggak respek sama kamu.""Toni...." Ela sudah bersungut gara-gara diledekin Toni. Sore ini, mereka berdua makan di warung dekat kampus sebelum pulang ke tempat tinggal masing-masing. Biasanya bertiga dengan Gita, tetapi tidak untuk kali ini karena Gita sudah di lokasi mag
Bab 137 EndingSakha sudah seperti buka puasa. Sekian purnama tidak menyentuh istrinya, kerinduan pun berada di puncaknya. "Wajah Mas masih sakit, ini. Aku obatin, ya?""Nggak perlu, Rahma. Aku butuh obat rindu.""Mas!"Rahma sudah tidak bisa mengelak, ia pun merasakan rindu yang menggebu. Keduanya melewati malam panjang ditemani rembulan yang sinarnya menyusup dari celah gorden. Sentuhan lembut Sakha menyapa Rahma membuat hati wanita itu mengembang. Seulas senyum terukir di bibir merahnya."Tenang, Nak, Abi mau mengunjungimu."Sakha memperlakukan istrinya dengan lembut walau di dalam sana sudah menahan gair*h yang memuncak. Ia tidak ingin membuat trauma istrinya yang sedang hamil besar.Satu jam berbagi peluh membuat keduanya kelelahan. Sakha memberikan kecupan hangat di kening Rahma. Hingga wanita itu memejamkan mata menikmati ketulusan suaminya."Terima kasih, Sayang.""Terima kasih juga, Mas."Waktu kian berlalu, detik tergerus oleh menit hingga menit berganti menjadi jam. Purnama
Bab 136 Rindu "Percuma, Arga. Kakakmu dari dulu sudah begitu," imbuh Pak Ardi ketus."Ya Allah, Pa, Arga. Ini salah paham," lirih Sakha yang merasakan tubuhnya sudah lunglai."Apa?! Astaghfirullah, ini pasti salah paham.""Pa, Arga, tunggu!" teriakan Sakha tidak digubris dua lelaki beda generasi itu. Pak Ardi dan Arga sudah masuk mobil meninggalkan kediaman untuk menemui Rahma yang terbaring di rumah sakit."Astaga, Mas Sakha kenapa?" Dari dalam rumah keluar satpam yang sedari tadi dicari Sakha."Bapak kemana saja? Muka saya sudah babak belur kayak maling, nih," dengkus Sakha sambil menahan nyeri akbitan tamparan papanya dan juga pukulan Sakha."Ayo, Pak. Kita ke dalam dulu. Bi, Bibi. Tolong ambilkan air kompres untuk Pak Sakha!" "Hah, Mas Sakha kenapa?""Jangan banyak omong, cepat ambilkan."Bibi ART pun mengangguk. Gegas ia ke dapur mengambil air kompres."Maaf, Mas. Tadi saya membereskan kamar Mbak Rahma sama bibi." Satpam mengucap dengan sedikit takut membuat Sakha penasaran."Me
Bab 135 PulangPenerbangan Padang-Jakarta akhirnya pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta. Sakha memang sengaja belum mengabari orang rumah tepat hari apa pulangnya. Ia harus menyiapkan keperluan Cantika dan neneknya di rumah sakit ternama di Jakarta. Setelahnya, Toni yang akan menemani Cantika untuk proses operasi mata neneknya."Pak Toni tolong Cantika ditemani sampai keperluannya tidak kurang satupun," ucao Sakha sambil menyenderkan punggung di sofa tunggu bandara. Mereka masih menunggu bagasi."Siap, Pak. Oya, Pak Sakha yakin tidak perlu ditemani pulang sampau rumah terlebih dulu?" tanya Toni basa-basi."Ckkk, bukankah Pak Toni senang langsung bisa menemani Cantika?" Sakha justru balik bertanya membuat Toni terkesiap."Nanti kalau Cantika bingung di kota ini, Pak Toni yang repot, kan? Gadis itu nggak ada duanya,"ucap Sakha terkekeh."Dia gadis yang pintar, Pak. Nggak mungkin nyasar di kota ini," balas Toni sambil tersenyum."Pak Toni nggak takut Cantika nyasar, tapi takut dia k
Bab 134 Tuntas"Terima kasih atas kerja samanya, Pak Sakha."Seorang pimpinan petugas kepolisian menjabat tangan serta mengucap terima kasih pada Sakha di ruang kerjanya. Sebab Sakha telah membantu petugas kepolisian untuk menegakkan keadilan. Tuntas sudah tugas Sakha di kota ini."Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak. Saya harus menemui warga untuk m3nyampaikan hak-haknya,"ucap Sakha yang diangguki petugas. Sakha kembali menaiki mobilnya yang disopiri Toni menuju kediaman Pak Cokro. Di rumah orang terhormat di kampungnya itu telah berkumpul banyak warga. Ada juga karyawan Sakha yang sudah lebih dulu sampai di sana. Sementara itu, Cantika absen karena harus menemani neneknya melakukan diagnosis oleh dokter di rumah sakit."Kita sudah sampai, Pak." Toni menoleh lalu menggelengkan kepalanya. Ia tahu betul Sakha dangat kelelahan beberapa hari terakhir. Sebab anak bosnya itu kejar target melumpuhkan musuh ayahnya. Beruntung Cantika bisa diajak kerja sama, pun Pak Cokro dengan senang hati mem
Bab 133 Tertangkap TanganSenja menampakkan warna jingga yang indah di cakrawala. Cantika segera pulang ke rumahnya karena sang nenek pasti lama menunggu. Seharusnya, ia pulang siang hari, tetapi demi membantu pihak keamanan untuk menggrebek Robert, kepulangannya molor."Nek, nek." Cantika mendapati neneknya tiduran di kamar. Gadis itu mendekat lalu mengusap lembut wajah sang nenek. Setitik bulir bening menetes membasahi pipi mulusnya. wanita ini telah merawatnya sejak kecil. Cantika yatim piatu, entah di mana orang tuanya kini iapun tidak tahu. Kata Sang nenek orang tuanya telah meninggal. Tapi sunggu misterius baginya."Ika. Kamu sudah pulang?""Iya, Nek. Ika mau siapin baju buat kita ke rumah sakit. Nenek akan diobati dokter di sana biar bisa melihat lagi."Ucapan Cantika tersendat karena isakan kecil menyusul."Bukannya tadi siang kamu sudah pulang?""Hah, enggak. Ika barusan pulang dari bekerja."Cantika sedikit heran, apa ada yang datang ke rumah. Kenapa neneknya merasa ia sudah
Bab 132 Mencuri barangSakha merencanakan strategi untuk menangkap Robert beserta anak buahnya. Dia telah mengumpulkan bukti-bukti dibantu oleh Pak Cokro dan Cantika. Bekerja sama dengan pihak berwajib, Sakha ingin pekerjaan di proyek pembangunan jalan tol berjalan lancar. Ia ingin segera pulang sebelum istrinya melahirkan. Janji di awal hanya pergi satu dua bulan. Hingga kini kehamilan Rahma terhitung masuk trimester tiga.Semalam ia menelpon istrinya."Sayang, maafkan aku baru sempat menelpon. Pekerjaan di sini sungguh menyita waktu. Sinyal juga susah karena lokasi di tengah hutan.""Ia Mas. Aku tahu, yang penting kamu sehat dan baik-baik saja di sana. Aku percaya Mas melakukan kerja keras di sana. Ada Pak Toni yang menemani, aku pun lega.""Iya, Sayang. Selesai proyek di sini, aku segera kembali ke Jakarta. Doakan tidak sampai melewatkan kelahiran anak kita, ya.""Iya, Mas.""Jam segini kok belum tidur, Sayang?""Hmm, akhir-akhir ini aku susah tidur, Mas. Nggak tahu, pikiran selalu
Bab 131 TipuanHari berganti hari hingga menjadi minggu, Cantika berperan dengan tipuannya sebagai wanita penggoda Sakha. Dia bersikap manja saat bersama laki-laki itu. Sesekali meluncurkan rayuan saat di depan Robert. Toni sampai harus menahan diri untuk tidak tertawa saat melihat aksi mesra keduanya. Akting Sakha dan Cantika layak diberi apresiasi seperti bintang sinetron"Gimana, Sayang. Kita ambil saja proyek dengan Pak Robert. Track recordnya sudah tidak diragukan lagi. Bagi hasil keuntungannya juga besar. Ayolah, nanti setelah proyek selesai, kita bisa liburan ke pulau yang indah berdua," ungkap Cantika dengan gaya centilnya.Robert yang melihat dari balik meja kerjanya tersenyum menyeringai. Dia memang memerintahkan Cantika untuk merayu Sakha supaya bisa diajak kerja sama. Dengan nama perusahan Sakha, kerja ilegal Robert bisa disamarkan."Baiklah, saya perlu membaca surat kerjasamanya terlebih dulu Pak Robert. Paling lama tiga hari, saya akan memberi kabar hasilnya.""Jangan lam
Bab 130 SepakatSetengah jam, Sakha dan Toni duduk di luar kamar yang dimasuki Cantika dan wanita yang sudah renta tadi. "Pak, gimana? Kenapa gadis itu belum keluar juga?"Sakha hanya mengedikkan bahu. Ia lalu beranjak dari duduk dan mendekati kamar. Berhenti sejenak di depan pintu yang sedikit terbuka. Tampak di sana Cantika sedang membenarkan posisi yang nyaman untuk wanita tua tadi."Nek, istirahat saja. Ika baik-baik saja, kok.""Jadi gadis itu biasa dipanggil Ika. Pantas tidak ada yang kenal Cantika."Sakha mengembuskan napasnya kasar. Ia baru sadar kalau Cantika bekerja untuk menghidupi wanita tua yang pantas jadi neneknya itu.Beberapa menit kemudian, Cantika sudah turun dari ranjang dan berniat keluar. Sakha segera kembali ke kursi duduk bersama Toni."Gimana, Pak?" tanya Toni penasaran.Sakha hanya memajukan dagu ke arah pintu kamar di mana Cantika keluar dari sana."Kenapa kalian masih ada di sini? Sana pergi, jangan ganggu aku!"Cantika melenggang masuk ke sebuah ruangan ke
Bab 129B Ancaman"Berhenti! Atau kalian babak belur keluar dari sini.""Ups, sial. Gadis ini kuat juga, Bos.""Awas!" pekik Sakha saat bogeman Cantika mengenai Rahang kiri Toni.Tidak keras tetapi mampu membuat nyeri di pipi Toni."Astaga, perempuan ini ganas sekali."Sakha jengkel sekaligus menahan tawa. Bisa-bisanya ia dan Toni dikalahkan perempuan."Oke,oke. Kami mundur. Sekarang katakan. Apa tujuanmu berbuat licik padaku, hah?"Sakha mencoba bernegosiasi. Ia tidak ingin salah melangkah dan akhirnya usahanya membela hak warga gagal."Aku jelas butuh uang. Jadi kalian pergi saja. Karena kedatangan kalian ke sini hanya akan membuat masalah bagiku.""Oke, berapa uang yang kamu butuhkan? Aku bisa mencukupi lebih banyak dari yang diberikan Robert. Kamu tahu dia bukan siapa-siapa. Dia mantan napi karena sudah menipu ayahku. Sekarang katakan butuh uang berapa kamu? 100juta, 200juta, setengah milyar?"Cantika terkesiap mendengar uang yang besarnya menggoda."Pak. Jangan gila! Pak Ardi tidak