Happy reading .....Dengan bermodalkan uang Rp500.000, Aisyah nekat untuk pergi dari rumah suaminya. Dia tidak peduli jika harus kabur dan tidak bilang kepada Andre.Aisyah tahu jika itu berdosa, akan tetapi dia hanya manusia biasa, tidak bisa menahan sebuah rasa sakit terus menerus. Apalagi tubuh Aisyah saat ini semakin kurus, sebab terus saja disiksa dan diperas tenaganya oleh suami dan juga mertuanya.Saat Aisyah baru saja menuruni bus di terminal, dia menaiki ingin salah satu angkot, tapi wanita itu bingung harus ke mana. Yang Aisyah tuju saat ini adalah, mencari kontrakan yang murah dan pekerjaan.'Aku ingat dengan mama, papa. Tapi tidak mungkin aku pulang ke rumah? Mereka pasti tidak akan menerima aku.' batin Aisyah sambil menatap gedung-gedung yang tinggi pencakar langit.Namun saat Aisyah sedang menunggu angkot, tiba-tiba saja seorang jambret berlari dan mengambil tasnya, hingga membuat Aisyah kaget lalu dia pun menjerit meminta tolong. Akan tetapi tidak ada yang menolongnya.
Happy reading ....Andre yang sudah gerah merasa geram saat mendengar teriakan ibunya. Telinganya terasa begitu panas, kemudian dia berjalan ke arah kamar tamu di mana Aisyah menempati kamar itu."Ada apa sih, Bu, marah-marah teriak-teriak? Nggak malu apa didengar tetangga? Ini udah Maghrib!" kesal Andre."Kamu lihat! Itu lihat!" teriak Bu Lisa sambil menunjuk lemari yang sebagian sudah kosong. "Istri kamu melarikan diri. Dia pergi dari sini! Dan ini!" Bu Lisa melempar sebuah kertas, di mana di sana tertera pesan yang ditulis oleh Aisyah untuk Andre.Pria tersebut menangkap kertas itu. "Ini apa?" tanya Andre dengan bingung."Baca saja! Istrimu itu benar-benar keterlaluan ya! Disuruh beresin rumah, malah kabur. Memangnya dia mau tinggal di mana? Benar-benar tidak tahu diri!" bentak Bu Lisa dengan marah, kemudian dia masuk ke dalam kamarnya.Namun sebelum wanita itu benar-benar masuk, dia pun berbalik dan menatap menantu serta putranya. "Pokoknya kamu dan juga Putri beresin rumah ini! C
Happy reading...Di kota.Aisyah duduk di dalam mobil, di mana di sampingnya ada seorang pria tampan yang tak lain adalah Okta.Kebetulan Okta baru saja pulang dari kantor, dan dia melihat seorang wanita tengah terduduk di bawah pohon, Okta awalnya ragu jika itu Aisyah. Namun, wajah Aisyah tentu saja tidak bisa dilupakan oleh Okta, sebab baru tadi pagi mereka bertemu."Kamu kenapa bisa ada di kota? Lagi pula, kan keadaan kamu juga masih kurang baik, ditambah hujan-hujanan lagi?" tanya Okta dengan bingung.Aisyah hanya tersenyum sambil menundukkan kepalanya. "Saya hanya mau cari pekerjaan," jawab Aisyah yang terlihat kedinginan.Merasa tak tega, kemudian dia membuka jasnya lalu memakaikannya kepada Aisyah, membuat wanita itu tersentak kaget lalu menatap ke arah samping."Pakailah! Kamu pasti kedinginan. Lagi pula, mencari pekerjaan di Kota tidak mudah jika kamu belum ada tujuan," jelas Okta.Aisyah tahu memang di kota mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, tapi entah ke mana dia aka
Happy reading... "Iya, kamu bekerja di sini. Iya itu pun kalau kamu mau. Aku tidak akan memaksa, cuma yang seperti aku bilang, mencari pekerjaan di kota itu susah jika kamu memang belum ada tujuan yang jelas." Okta Berkata sambil mengunyah makanannya.Sementara Aisyah terdiam, memikirkan penawaran dari pria tampan tersebut. Dia melirik ke arah pelayan yang ada di sana."Tapi, nanti saya di sini kerjanya apa, Tuan?""Ya kamu bisa bantu-bantu yang lain, jika pelayan yang lainnya sedang membutuhkan bantuan. Misalnya bantu ngepel atau nyapu, menyiram bunga atau mungkin kamu jago masak bisa juga membantu di bagian dapur," terang Okta.Mendengar hal itu Aisyah kemudian menganggukkan kepalanya, dia berpikir tidak ada pilihan lain selain menerima pekerjaan tersebut.Karena Aisyah juga tidak mempunyai uang lagi untuk menyewa kontrakan dan juga mencari pekerjaan, dan bertahan hanya dengan uang lima ratus ribu saja.Setelah makan malam selesai, Okta meminta Bibi untuk mengantarkan Aisyah ke sal
Happy reading.... "Iya, Mama tenang aja! Papa pasti akan menemukan putri kita, tidak akan Papa biarkan dia menderita untuk kedua kalinya," ujar Papa Agam.Dia merengkuh sang istri dalam dekapannya, sementara tatapannya kosong menerawang ke depan, mengingat saat pertama kali ia mengusir Aisyah, karena menentang perintahnya untuk tidak menikah dengan Andre.Papa Agam tahu jika ia sangat egois, sebab tidak merestui hubungan Aisyah. Namun, bukan semata-mata karena dia tidak menyayangi putrinya, tapi karena Papa Agam sangat tahu siapa Andre.Sebelum Andre menikah dengan Aisyah, Papa Agam terlebih dahulu mencari tahu tentang seluk beluk keluarga Andre dan bagaimana sifat pria itu. Dan saat mengetahui jika Andre bukanlah pria yang baik, tentu saja Papa Agam tidak akan membiarkan putrinya untuk menikah dengan pria yang brengsek itu. Sebab ia tahu jika Andre menikah dengan Aisyah hanya karena harta, bukan cinta.Apalagi ia juga sudah menjodohkan Aisyah dengan anak sahabatnya. Namun, Aisyah ma
Happy reading ....Setelah kepergian Aisyah, mau tidak mau Bu Lisa pun mengerjakan pekerjaan rumah. Dan saat ini dia baru selesai mencuci baju dan juga piring.Wanita itu berjalan dengan sedikit tertatih sambil memegangi pinggangnya yang terasa hampir patah. Bibirnya terus saja menggerutu, sehingga sumpah serampah terus keluar untuk Aisyah."Benar-benar wanita sialan! Menantu durjana. Dia meninggalkan rumah dengan pekerjaan yang menumpuk. Lihat saja jika nanti aku bertemu lagi dengannya! Akan jadi perkedel tahu, dia!" geram Bu Lisa sambil duduk di teras."Aduh ... pinggangku rasanya mau patah," keluhnya sambil memijit pinggangnya.Putri yang sudah rapi hendak pergi dari sana. "Kamu mau ke mana, Nak?" tanya Bu Lisa."Aku mau ke rumah, soalnya Mama tadi bilang habis masak rendang, jadi aku mau makan di sana. Kalau makan di sini cuma tahu tempe doang, mana bergizi? Lagi pula, katanya Mas Andre juga mau dikasih kerjaan sama Papa," jawab Putri dengan cuek."Kalau begitu Ibu ikut ya!" ujar
Happy reading....Aisyah saat ini tengah membuat sambal kacang yang biasa iya jual sebagai teman nasi uduk, dan semua pelayan sangat menyukainya. Karena tadi saat Aisyah memasaknya, wanginya saja sudah tercium, dan mbok Tuti langsung mencicipinya karena dia merasa lidahnya begitu gatal ingin mencicipi masakan wanita tersebut."Tidak Mbok sangka, ternyata kamu sangat jago ya dalam memasak.""Iya Mbok, Alhamdulillah dulu Aisyah di kampung jualan nasi uduk," keliling jawab Aisyah.Mbok Tuti mengangguk, kemudian mereka pun berjalan ke arah meja di mana tempat pelayan semuanya makan. Karena selain meja makan, di sebelahnya hanya tersekat oleh satu tembok saja terdapat ruang makan untuk para pelayan.Aisyah dan beberapa pelayan di sana juga bertukar cerita, dan dia baru tahu jika ternyata Okta adalah tuan rumah yang sangat baik. Bahkan dia memperlakukan semua pelayan di sana dengan ramah."Tapi sayang, Mbak Aisyah, Tuan Okta itu sudah tampan, mapan, belum juga dapat istri. Tapi terakhir yan
Happy reading ....Okta menyuruh Aisyah untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya, akan tetapi wanita itu menggelengkan kepala. Namun, Okta memaksanya hingga Aisyah pun tidak mempunyai pilihan lain."Ini dibaca dulu!" titah Okta sambil menyerahkan sebuah berkas.Aisyah mengerutkan keningnya kemudian dia membaca berkas tersebut, seketika mata wanita itu membulat, dia menatap ke arah Okta dengan wajah yang terlihat kaget."Tuan, ini apa?""Aku sudah menyewa pengacara untuk membantu menggugat suamimu.""Tapi, Tuan ... apa ini tidak berlebihan? Saya bisa menyewanya sendiri. Saya--""Kapan? Menyewa pengacara itu tidak mudah, Aisyah. esok beliau akan ke sini dan dia akan membantumu untuk menggugat cerai suamimu. Dia akan membantu sampai persidanganmu yang terakhir dan sampai ketuk palu."Aisyah termangu, dia benar-benar tidak percaya dipertemukan dengan orang sebaik Okta yang mau membantunya beberapa kali. Bahkan mereka awalnya tidak mengenal satu sama lain, bahkan mereka pun bukan sa
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u