Share

Bab 20 Penolakan Umi

Penulis: Kariani Sukadi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-12 09:30:59

"Bunda," teriak Habib dan Nara serentak.

 Tubuhku jatuh ke lantai keramik berwarna putih. Aku lupa kalau sekarang sudah lumpuh. Bumi tempatku berpijak seperti akan runtuh.

Aku seperti manusia yang tak berguna melihat kondisiku yang memperihatinkan.

"Bunda, kaki bunda kenapa? Kok, Bunda gak bisa jalan?" tanya Habib sedih. 

Ada raut kawatir di wajahnya.

"Kaki, Bunda lumpuh, Nak. Bunda, tidak bisa berjalan lagi sekarang," jawabku lirih. 

Seketika Habib dan Nara menangis memelukku.

"Bunda, gak bisa jalan, ya?" tanya Nara polos. Biar Adik saja yang bantu bunda kalau mau berjalan," ucapan Nara seketika membuatku melelehkan air mata.

Aku hanya bisa menunduk. Kedua anakku begitu memperhatikanku dengan penuh cinta.

"Tidak, Nak. Bunda, akan belajar bagaimana cara mennggunakan tongkat biar tidak merepotkan siapa pun," tuturku dengan suara rendah.&n

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wagirin
Itulah yg sering terjadi di Masyarakat kita..menikahi wanita yg status dosialnya jauh di
goodnovel comment avatar
Esihresita
katanya lumpuh, kenapa di kasih tongkat si bukan kursih roda hadeh ada ada saja ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 21 Mertua Yang Dingin

    Hening. Tak sepatah kata pun kalimat keluar dari bibir Mas Rahman.Seketika ia memelukku dari belakang dan merangkul pinggangku."Tidurlah, Ay! Hari sudah larut malam," bisiknya di telinagku.Seketika jantungku berdetak dengan cepat. Hawa panas menyapu tengkukku dari hembusan nafas Mas Rahman."Iya, Mas," jawabku.Mas Rahman mendekapku dalam pelukkannya. Wajah kami saling berhadapan nyaris tidak ada jarak. Aku bisa melihat wajah tampannya tanpa cela. Kulit yang putih, hidung mancung dan bulu mata yang lebat, juga alisnya yang tebal begitu sempurna dimataku. Kupandangi wajah tampannya tanpa sepengatuhuan dirinya. Mata Mas Rahman sudah memejam, tapi aku masih hanyut menikmati mahluk ciptan-Nya."Aku tahu, aku sangat tampan. Jangan terlalu lama memandangku, nanti matamu bisa kelilipan karena tidak berkedip," ucapnya de

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 22 Gadis Pilihan

    "Asalamualaikum," ucap wanita itu begitu menginjakkan kaki di ruang keluarga.Senyuman indah terulas di bibirnya yang berlipstik merah muda. Memancarkan aura kecantikkan, layaknya wanita yang anggun dan elegan."Waalaikumsalam."Semua orang yang ada di dalam pun menjawab salamnya dan menoleh ke arah pintu masuk ruang keluarga."Nur Azizah!" seru umi menyambut gadis muda berbaju gamis warna hijau tua.Seulas senyum jelas mengembang dari bibirnya yang tipis."Apa kabar Umi?" tanyanya sembari memeluk umi.Lantas Umi membalas pelukkan gadis yang bernama Nur Azizah sembari mengecup keningnya."Alhamdulillah baik, Nur," jawab UmiNur Azizah menyerahkan sebuah bingkisan yang dibawanya dalam peper bag kepada Umi. "Umi, ini ada titipan dari, Ibu buat Umi."Wajah Umi semingrah menerima bingkisan dari Nur Azizah. "Terimakasih, Nur. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 23 Janji Kepala Desa

    "Asalamualaikum," ucap Mas Rahman saat masuk ke dalam rumah.Aku langsung menyambutnya dengan mencium tangannya."Dari mana, Mas?" tanyaku pura-pura tidak tahu.Mas tersenyum sembari mengecup keningku."Dari rumah pak kepdes," jawabnya berbohong.Entah sejak kapan suamiku tak jujur. Jelas-jelas umi mengatakan kalau ia sedang mengantar pulang Nur Azizah. Tapi, Mas Rahman berkilah dari rumah Pak Akbar kepala desa ini.Aku kecewa dengan jawaban Mas Rahman yang berbohong. Ataukah ia sengaja gak jujur agar aku tidak terluka. Yang pastinya aku merasa sakit hati, baru pertama kali Nur datang ke rumah suamiku sudah pandai berbohong menyembunyikan perasaannya."Pergi ke rumah pak kepdes, atau mengantar Nur pulang," sindirku.Mas Rahman menghentikan langkahnya seketika dan berbalik menoleh ke arahku."Maaf, Ay. Bukan maksudku untuk menyembuny

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 24 Status

    "Kau ....?!""Aku datang untuk memberi ucapan selamat atas prestasi yang diraih Habib, Mbak," ucap Nur Azizah mengulas senyum.Dengan terpaksa kuterima uluran tangannya yang memberi ucapan selamat. Gadis cantik yang memakai gamis coklat susu berbahan kain katun itu pun, membawakan sebuah bingkisan untuk Habib."Terimakasih, Nur," ucapku sembari menerima bingkisannya.Nur Azizah membawa sebuah bingkisan yang entah apa isinya aku tidak tahu."Aku membawakan bingkisan ini untuk Habib, Mbak. Isinya peralatan sekolah, tas, buku dan lain-lainnya," ujarnya menerangkan."Kamu gak perlu repot-repot membawakan hadiah buat Habib, Nur. Aku jadi gak enak sudah ngerepotin kamu.""Jangan bicara begitu, Mbak. Aku senang, kok melakukan ini."Nur berlalu dari hadapanku menuju ke ara

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 25 Kasih Sayang Seorang Ibu

    "Astagfirullah, Nara," teriakku histeris.Aku melihat Nara menangis menahan kesakitan karena kakinya tertimpa bubur panas. Umi memasak bubur karena diminta mas Rahman.Cepat-cepat kutarik Nara dan membersihkan tumpahan bubur yang menempel di kakinya. Bubur panas yang menumpah diatas kakinya masih terihat mengepulkan asap. Kaki Nara yang tertimpa bubur terlihat merah dan melepuh. Aku segera memcari obat salep di kotak p3k untuk mengobati luka bakar Nara."Sabar ya, Sayang. Bunda, akan mengobati lukamu agar tidak semakin melepuh. Tahan sedikit ya, Nak!" ucapku sembari mengoleskan salep luka bakar.Nara meringis kesakitan karena luka akibat terkena bubur panas terlihat memerah dan terasa perih.Aku tidak tahu terbuat dari apakah hati umi yang membiarkan anak sekecil ini membawa bubur yang masih panas sendiri. Mengapa hati keibuan yang ada dalam diri umi tidak ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 26 Belajar Mengihklaskan

    "Uhug ... uhug ...." Mas Rahman seketika tersedak dan terbatuk-batuk mendengar ucapan Umi Fatimah.Buru-buru ia menyambar gelas yang berisi air putih di hadapannya lalu, meminum tanpa jeda menandaskan isinya."Ayah, jangan tinggalin, Bunda! Kasihan, Bunda kalau ayah mau menikah lagi. Dulu Ayah Nara pergi karena memilih punya adik baru," ucap Nara polos.Seketika Nara berwajah masam dan menghentikan menyuap nasi ke dalam mulutnya.Umi hanya memandang Nara dengan tatapan sinis. Seakan tidak suka dengan keprotesan Nara sebagai penghalang hubungan Ma Rahman dengan Nur Azizah."Diamlah, Nara! Ini urusan oarang dewasa, anak kecil tidak boleh ikut campur masalah orang tua," hardik umi."Tapi, Nek ...." protes Nara."Cukup kata, Nenek!" tegas umi.Nada bicaranya sedikit meninggi."Umi, Nara hanyalah anak kecil. Jangan membentaknya dengan kata-kata kasar!" ucap M

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 27 Ijinkan Aku Pergi

    Kondisi rumah terlihat mulai didekorasi. Umi meminta para pekerja untuk menghias ruang tamu dan kamar yang sekarang aku tempati. Besok kamar ini akan berubah menjadi kamar pengantin Mas Rahman dan Nur Azizah. Pagi setelah salat subuh aku mengemasi pakain dalam koper kecil untuk meninggalkan rumah secepatnya.Ruang tamu di cat dengan warna kriem, sebelum didekorasi memakai hiasan bunga dan renda-renda. Saat kudongakkan kepala ke atas ada lampu hias kristal dari luar negri sudah digantung. Umi juga mengganti perabot dalam kamar ini dengan yang baru. Untuk menantu baru dari seorang anak kyai ternama, umi tidak ingin ada yang kurang. Ranjang yang bekas aku pakai dengan Mas Rahman melabuhkan cinta itu pun ia ganti.Ranjangnya berukuran lebih besar dari sebelumnya dengan alas kayu jati asli dan busa yang empuk seharga puluhan juta. Para pekerja menghiasianya dengan kelambu yang menjuntai ke bawah. Sedangkan empat

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 28 Hijrah

    Bus melaju dengan kecepatan sedang melakukan perjalanan dari Medan menuju ke Jakarta. Selama lima hari dan lima malam Ayi dan anak-anak berada dalam bus, sesekali mereka ngobrol bareng bersama sang nenek yang tadi ditemui pada saat di dalam angkot hingga menuju terminal Amplas.Bus sudah tiba di Lampung tepat di pelabuhan Baukuheni. Kapal-kapal besar terlihat berlabuh di dermaga. Lautnya yang biru terlihat sangat indah. Tujuan Ayi sudah akan semakin dekat untuk hijrah ke Jakarta. Kota yang dulu pernah memberinya kenangan bersama Rahman."Bunda, sebentar lagi kapal akan menyeberang ke Jakarta. Apa kita akan menetap di sana?" tanya Habib.Tangan kedua anaknya masih tetap ia pegang erat seolah bagai ada lem yang mengeratkan keduanya. Ayi tidak ingin jauh-jauh dari anaknya karena ini kota besar, lalai sedikit saja menjaga maka bisa jadi mereka akan hilang."Iya, Nak. Kita akan menetap di Jakarta," jawabnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18

Bab terbaru

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 102 Tamat

    Bab 102 TamatMendung bergelayut manja disertai hujan gerimis saat itu. Aku dan rombongan Ustaz Rahman tiba di pelabuhan. Tuan Saga dan anak buahnya memutuskan untuk berpisah. Mereka kembali ke asalnya. Kemudian, kita meminjam telepon seseorang untuk menghubungi pondok pesantren. Agar mereka menjemput di daerah dermaga. Sudah lebih dari satu bulan kami menghilang. Ketika menghubungi pihak pondok, mereka terkejut melihat kami bisa selamat sampai tujuan. Tak lama kemudian, Ustaz Dian dan rombongan Kyai Lukman datang menjemput. Sengaja tidak aku hubungi Habib dan Nara ingin membuat kejutan. Juga Syawal yang mungkin saat menghilang mengkhawatirkan keadaanku."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Ustaz Dian."Ustaz Rahman menyambut sahabatnya dengan penuh suka. Mereka saling berpelukan satu sama lain. Senang rasanya bisa melihat mereka lagi kembali akrab. "Aku tidak percaya kalian bisa kembali dengan selamat sampai di sini," ucap Ustaz Dian."Alhamdulilah. Berkata kemurahan yang di atas ka

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 101 Kembali ke Asal

    Bab 101 Kembali ke AsalAku mundur satu langkah ke belakang. Namun Jirayu masih mendekat hingga nyaris tidak ada jarak di antara kami. Malam ini, adalah malam pengantin kami sudah pasti dia meminta haknya sebagai suami. Dia menatapku dalam diam. Tatapan gelapnya terlihat sangat menakutkan seperti ingin membunuhku. Kemudian, aku menyapanya dengan suara bergetar."Apa yang akan Anda lakukan, Tuan Jirayu?"Saat itu, aku baru menyadari dia sudah membuka baju kebesarannya. Setengah tubuhnya sudah telanjang dan memperlihatkan dadanya yang kekar. "Kau harus mengganti bajumu. Atau kau akan tidur dengan pakain seperti Cleopatra?""Terima kasih atas perhatianmu, Tuan Jirayu. Aku kira Anda tidak perlu begitu."Sambil mengatakan itu, Jirayu memberikan sebuah gaun baju tidur. Bahannya sangat halus seperti kain sutra. Namun tipis dan transparan bisa tembus pandang. Dia tentu sudah mempersiapkan semua ini untuk malam pengantin kami."Ha!" Jirayu tersenyum meremehkan. "Kenapa kau sangat tegang begi

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 100 Pernikahan

    Bab 100 Pernikahan Aku masih melihat tatapan Tuan Jirayu dengan penuh nafsu. Meski dia bukan pria yang berumur tua, namun membuatku merasa jijik. Tuan Jirayu berasal dari negeri Thailand, tetapi dia pemeluk agama islam. Dia membawaku ke negaranya. Berbagai pemandangan telah kulihat selama berada di negeri Gajah Putih. Dia memperlakukanku seperti seorang ratu di sini. Bukan berarti aku suka dengan sikapnya. Tuan Jirayu telah mempunyai istri enam. Dia bermaksud ingin menjadikanku istri yang ke tujuh. Saat itu, pesta iringan pengantin diadakan di aula untuk menyambut pengantin wanita."Ratu Panraya, Anda akan harus memakai mahkota ini untuk acara adat." Pelayan membawakan mahkota emas dan juga gelang berkepala ular. Melihat bentuknya yang unik, aku seperti berada di dalam dunia legenda masa silam. Gelang ular emas itu dari dinasti sebelumnya. Menurut pelayan akan diberikan kepada ratu ketujuh bila raja mereka berhasil menikah untuk yang ketujuh kalinya. Sialnya, aku adalah ratu terak

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 99 Tuan Jirayu

    Bab 99 Tuan JirayuJantungku berdetak dengan kencang. Ketika Tuan Saga membawaku ke sebuah bar. Di sana ada pria Thailand yang wajah mirip dengan artis Prin Supirat. Usianya sekitar empat puluh tahunan. Kulitnya putih, hidungnya juga mancung. Matanya sipit mirip penduduk Korea. "Tuan Jirayu, saya bawakan wanita cantik untuk Anda. Silahkan sepuasnya untuk mengobrol dengannya."Pria bernama Jirayu tersenyum. Dia berbicara dengan Tuan Saga menggunakan bahasa Thailand. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan apa. Namun dari tatapan Jirayu, jelas dia punya niat tidak baik. Tatapan matanya liar penuh dengan nafsu. Dia memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Hei, kau. Tuan Jirayu menyukaimu. Beruntung sekali dirimu malam ini. Layani dia dengan baik. Kau akan menjadi ratu yang dimanjakan.""Tuan Saga, sepertinya kau memilih orang yang salah. Aku tidak sudi melayani pria mesum seperti Tuan Jirayu.""Kau pasti akan menyesal telah menolak tawaran Tuan Jirayu, Nyonya Ayi.""Mengapa

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 98 Bajak Laut

    Bab 97 Bajak LautKapal nelayan yang membawa kita langsung menuju ke tengah laut. Beberapa dari anak buah kapal memperhatikan kami dengan tatapan aneh. Namun Ustaz Rahman segera mencairkan suasana untuk meredakan ketegangan.Angin laut bertiup kencang, ombak setinggi dua meter menghantam kapal yang sedang kami tumpangi. Kapten yang memimpin anak buahnya segera melihat apa yang terjadi. Dari kejauhan, terlihat bendera putih dari negara lain. Di sebelahnya jelas, bendera milik negara Thailand. Sedikit terkejut dengan bendera yang berkibar di tengah lautan. Mengapa ada penyusup dari negara Thailand masuk ke perairan Utara. Aku melihat mereka seperti penyusup. Tapi siapakah yang sudah memberi peluang negara Gajah Putih. "Tuan Sadam, sepertinya itu kapal dari Thailand. Mereka sedang mendekat ke arah kita sekarang," ucap Ustaz Rahman. Mata Tuan Sadam langsung tertuju kepada dua kapal nelayan yang saling berjajar bersebelahan. "Ustaz Rahman, kau benar. Mereka adalah penyusup yang sering m

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 97 Kami Selamat

    Bab 97 Kami SelamatAngin laut melambai mempermainkan hijabku ke sana ke sini. Udara di bibir pantai terasa menusuk tulang. Aku merasakan tubuhku menggigil kedinginan. Bibirku gemetar merasakan sakit yang luar biasa. Mungkin inilah saatnya ajalku tiba. Namun kenapa harus mati di sini? Bagaimana nanti jika jasadku tidak bisa dikuburkan dengan layak. Aku masih berharap akan ada keajaiban yang akan menyelamatkan kami dari pulau kecil ini.Sudah beberapa hari kami bertahan di tempat ini. Namun tidak ada tanda-tanda kapal penyelamat akan datang. Ustaz Rahman sudah baikan dan sembuh dari luka-lukanya karena terhempas kapal. Kini, giliranku yang harus sekarat di tempat ini. Entah untuk berapa lama aku bisa bertahan. "Ayi, bertahanlah. Aku akan berusaha mencari bantuan di sekitar sini," ucap Ustaz Rahman berbisik. Samar aku mendengar suaranya penuh kekhawatiran. Beberapa saat aku terdiam, dan hanya bersandar pada pohon kelapa yang hampir rubuh. Lama menanti, tetapi dia tak kunjung kembali.

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 96 Seandainya

    Bab 96 Seandainya Hujan turun dengan deras di atas permukaan air laut. Prediksi mengatakan hari ini cerah. Namun entah kenapa tiba-tiba air laut menjadi pasang. Ombak bergulung-gulung setinggi empat meter menyapu sampan kecil yang kami tumpangi. Hingga pecah dan menenggelamkan penumpangnya. Kayu untuk mengayuh sampan ini tidak kuasa melawan arus. Meski dua tenaga orang dewasa sudah dikerahkan. Ustaz Rahman dan nelayan akhirnya harus menyerah. Membiarkan sampan terbawa arus dan pecah. Kami semua panik, terutama aku yang baru pertama kali menyeberang di lautan luas. Terbiasa hidup di darat membuatku tidak nyaman dalam situasi ini.Aku ingat Tuhan pada Sang Pencipta. Aku juga ingat pada masa laluku yang suram. Ketika hidupku bersama Anan. Aku berdoa di dalam hati, mudah-mudahan akan dikabulkan hingga doaku bisa menembus langit ketujuh. Sebelum ajal menjemputku, aku ingin melihat anak dan cucu. "Jangan panik, Ay. Aku akan menolongmu." Ustaz Rahman menggapai tanganku. Dia menggenggam y

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 95 Perjalanan

    "Bunda jadi berangkat ke Aceh?""Jadi, Nak. Ini kan kegiatan sekolah untuk study tour. Semua ustaz dan para guru akan menemani santri. Hanya murid kelas sembilan saja yang berangkat. Semuanya berjumlah enam puluh orang." Aku menjawab sambil menyusun pakaian ke tas ransel. Habib hanya terdengar menarik napas panjang ketika dia melihatku. Seolah sedang ada pikiran yang mengganggu jiwanya. "Aku tidak setuju sebenarnya melihat Bunda pergi ke sana." "Loh kenapa? Bunda kan pergi karena tugas. Bukan karena ingin jalan-jalan. Ini adalah kegiatan perpisahan murid-murid kelas sembilan. Tidak tiap bulan kita pergi.""Perasaan Habib kali ini tidak enak, Bun.""Sepertinya kamu harus banyak- banyak istigfar, Nak. Bunda tidak ingin kamu berburuk sangka dengan yang di atas."Habib hanya diam tak ingin melanjutkan debat lagi denganku. Alasan apa pun tidak akan bisa mencegahku untuk berangkat. Bagaimana mungkin aku mengabaikan anak-anak. Mereka sudah menyelesaikan pendidikan tiga tahun di pondok pes

  • Istri Yang Tak Dirindukan   Bab 94 Malaikat Penolong

    "Astagfirullah!" Aku menjerit ketika sebuah mobil sedan menyerempet dari samping. Motorku langsung jatuh dan menabrak trotoar. Darah segar langsung mengalir dari kaki. Seorang pria dan wanita langsung turun menghampiri. Tapi yang membuatku terkejut adalah perempuan yang ada di sampingnya. Tak lain adalah Nurul. Dia dengan sombongnya melangkah mendekat, dan mencecar dengan kata-kata kasar."Hei kalau jalan pakai mata! Sudah tahu ini tempat umum, masih jalan pakai melamun." Cibirnya dengan nada tinggi."Maaf, ya? Aku sudah jalan di pinggir. Tapi mobil yang kalian kemudikan telah menyalip jalanku.""Tuh kalau orang miskin pasti cari-cari alasan untuk memeras orang kaya.""Ma, sudahlah. Jangan bertengkar di jalan. Ini tempat umum. Malu dilihat orang.""Perempuan miskin seperti dia memang harus diberi pelajaran, Pa. Biar gak kurang ajar minta biaya pengobatan dan biaya kecelakaan.""Aku rasa di sini aku yang jadi korbannya. Tapi kamu bukannya meminta maaf malah mencela.""Ha!" Nurul menc

DMCA.com Protection Status