BAB 88 – PERHATIAN BERLEBIHAN ZELOMiya bangun dan merasakan sisi ranjang di sampingnya terasa dingin. Tak ada Elang di sana seperti yang dia harapkan. "Jadi semalam Mas Elang nggak pulang ke rumah," gumamnya sambil mengelus bantal Elang yang masih berada di posisi yang sama seperti semalam.Miya mendudukkan tubuhnya dan merebahkan kepalanya di kepala ranjang. Tangannya terjulur mengambil ponsel di atas nakas di samping tempat tidur.Sebuah notifikasi pesan adalah hal yang pertama dia lihat saat menghidupkan layar tersebut.[Dek, maaf Mas nggak bisa pulang malam ini. Mama sakit lagi, bukan sakit yang parah kok, cuma agak gak enak badan. Tapi Mama minta Mas untuk temani dulu di sini.]Sebuah pesan dari Elang, yang ternyata sudah dikirim oleh suaminya itu sejak semalam.Miya mengetik beberapa balasan singkat. Seperti dia mngerti tentang keadaan Elang dan mendoakan kesembuhan untuk Olga. Miya sendiri mengerti, Elang harus mau menuruti kemauan Olga."Ah, sudahlah, nggak apa-apa. Lebih ba
BAB 89 – MIYA AKHIRNYA TAHU?Siang ini jadwal kontrol kandungan ke rumah sakit. Karena memang kondisi Miya sudah cukup baik dibanding terakhir kali, maka dia tak memerlukan kursi roda lagi. Beruntung adiknya selalu berada di sisinya, dan menemaninya seperti ini. Miya bisa saja meminta Elang untuk mengantarkannya, hanya saja dia tak enak jika harus meminta Elang mengambil cuti lagi."Alhamdulillah, kondisi Mbak dan calon keponakan aku sekarang sudah baik-baik saja," ucap Mila saat keduanya keluar dari ruang dokter obgyn.Miya tersenyum, namun senyum di wajahnya berubah menjadi kerutan samar. "Mas Elang?!" gumamnya sambil mengernyit dan memfokuskan pandangannya pada sosok yang dia yakini adalah Elang."Dek, itu Mas Elang ‘kan?" tanya Miya sambil menujuk punggung lelaki yang berjalan menjauh."Mana?" Mata Mila mengikuti telunjuk Miya mengarah."Ah, bukan Mbak, mungkin cuma mirip aja," jawab Mila asal, karena memang dia tak sempat melihat wajah lelaki itu."Tapi aku yakin itu Mas Elang, n
BAB 90 – KAMU YANG PALING MENYAKITIKU, MAS!Olga menautkan alisnya dengan perasaan kesal. "Kamu kenapa jadi bentak Mama, Elang? Memangnya kenapa kalau Miya tahu yang sebenarnya, suatu saat dia juga pasti akan tahu 'kan? Toh nggak mungkin 'kan selamanya kamu bakal sembunyikan kebenarannya kalau kamu sudah menikah sama Cindy? Apalagi Cindy juga sedang hamil anak kamu!" ucap Olga tanpa memikirkan perasaan Miya.Mendengar akan hal itu membuat Miya rasanya ingin meledak. Hatinya sakit bukan main, kemarahan dan kekecewaannya rasanya sudah naik ke ubun-ubun kepalanya.Melihat Miya yang membisu dalam tangisan dan wajah yang penuh kekecewaan, Elang segera mendekati istrinya itu."Miya, aku akan jelasin semuanya sama kamu," ucap Elang dengan penuh rasa bersalah sekaligus takut.Air mata Miya tak berhenti mengalir, wanita itu memajukan tangannya, menghalau tubuh Elang yang hendak menyentuhnya. Miya menggeleng sebagai bukti penolakan Elang yang ingin mendekat dengan wajah putus asa."Apa benar se
BAB 91 – KENAPA ADA FOTO ZEA?!Setelah menerima kabar bahwa Miya kabur dari rumah, Zelo segera meminta Rendy untuk mengantarnya ke rumah Miya. Jantung lelaki itu berdegup tak karuan, dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Miya. Dengan penuh konsentrasi dan kecepatan di atas rata-rata, Rendy melajukan mobilnya menembus jalanan yang beruntungnya sedikit lengang.Begitu mobil yang dikemudian Rendy berhenti tepat di depan rumah Miya, baik Zelo maupun Rendy menghambur keluar dengan cepat."Mila," panggilnya pada gadis itu yang tengah duduk sambil menangis dan memegangi ponselnya dengan tangan bergerak gelisah."Mas Zelo," jawab Mila sambil menyongsong kedatangan Zelo dengan penuh harap dan sedikit sekali kelegaan. Setidaknya ada seseorang yang akan membantunya menemukan Miya."Sebenarnya ada apa? Apa maksudnya kamu bilang Miya kabur?" berondong Zelo semakin khawatir setelah melihat wajah penuh air mata dan kecemasan Mila."Jadi ... jadi tadi itu, aku antar Mbak Miya ke rumah sakit untu
BAB 92 – JADI BENAR, MIYA ITU …"Apa benar ini foto Miya? Gadis kecil di foto ini adalah Miya, Bu?" tanya Zelo dengan jantung berdebar dan rasa penasaran luar biasa."Iya, benar. Itu foto Miya waktu kecil," jawab Bu Sekar sambil menoleh ke arah Mila, seolah mempertanyakan perubahan raut wajah Zelo yang tiba-tiba.Zelo menggeleng samar. "Tapi nggak mungkin, Bu. Ini foto adik saya yang hilang dua puluh tahun lalu, namanya Zea," jelas Zelo yang sontak membuat jantung Bu Sekar rasanya terlonjak.Wanita itu tampak begitu gelisah di tempatnya duduk, seolah ada ribuan duri di bawah pantatnya."Maaf ... atau jangan-jangan, Miya itu bukan anak kandung Bu Sekar?" tembak Zelo tepat rasanya di ulu hati Bu Sekar.Bu Sekar tampak semakin gelisah, kedua jemari tangannya saling terjalin dan meremas. Keringat dingin mulai membasahi setiap pori pori tubuhnya."I-itu," gagap Bu Sekar, menahan tangis di ujung bibirnya yang mulai bergetar.Dan yang terjadi selanjutnya ...."Maaf! Maafkan saya, Mas Zelo,"
BAB 93 -Mila mengagumi rumah megah milik Zelo, tak menyangka dia bisa berada di dalam rumah yang bahkan tak berani dia impikan. “Di rumah sebesar ini apa Mas Zelo tinggal sendirian?” tanya Mila ketika Zelo sudah kembali setelah berbicara dengan Rendy. Zelo hanya tersenyum sambil melihat Mila dan ibu Sekar yang tengah duduk di atas sofa ruang tamu. “Tidak, di sini banyak pelayan. Lagipula ini bukan rumah saya, Mila. Ini rumah peninggalan kedua orang tua saya. Sudah lama saya tidak tinggal di sini. Di sini banyak kenangan indah bersama keluarga saya termasuk Zea. Dan saya selalu sedih setiap kali datang ke sini … makanya saya tidak tinggal di sini. Saya tinggal di apartemen dekat kantor. Di sana saya merasa lebih nyaman tanpa harus terus mengingat Zea,” jelas Zelo mengingat kesedihan menahan kerinduan pada adiknya yang kini telah hilang lagi.“Saya hampir tidak pernah pulang ke rumah ini, kecuali saat hari kematian kedua orang tua saya dan ulang tahun Zea,” sambung Zelo, mengenang ke
BAB 94 – ELANG DIPECAT?!Di rumah sakit. Elang masih setia menemani Cindy meski sebenarnya juga enggan. ‘Kenapa, sih, Miya terus yang ada di pikiran Mas Elang? Miya … dasar kamu wanita sialan! Harusnya aku buat kamu bercerai aja sama Mas Elang sebelum aku dan Mas Elang menikah. Ya, udahlah. Lagian Miya juga sekarang udah tahu tentang pernikahan aku dan Mas Elang. Pasti sebentar lagi dia akan minta cerai sendiri. Lebih baik sekarang aku cari perhatian Mas Elang aja,’ kata Cindy dalam hati dengan segera kelicikannya.Cindy tersenyum penuh arti lalu melempar pandangan pada Elang yang duduk sengaja menjauh dari Cindy.“Mas. Aku mau minum. Ambilin minum, dong,” pinta Cindy dengan manja. Suaranya mendayu-dayu, seperti anak kecil yang imut. Namun, di telinga Elang, suara itu terasa sangat memuakkan.Dengan hati yang dongkol, Elang bangkit lalu mengambil minuman yang terletak di samping nakas yang ada di dekat Cindy. Manja sekali memang sampai minuman tinggal ambil saja harus menyuruh Elang
BAB 95 – AKU CUMA CINTA MIYA!Wahyu merasa tak enak, tapi dia juga tak bisa berbuat apa-apa selain memberikan saran pada Elang untuk menahan diri sampai berita videonya tak lagi mendapat perhatian dari orang-orang.Masih jam kantor, Wahyu pun segera pulang sesuai perintah dari pak Gunawan meninggakan Elang bersama masalah-masalahnya. Elang menunduk seorang diri, menahan pusing yang sangat hebat.Cindy tahu tentang pemecatan Elang, tapi di saat yang bersamaan dia ingin makan sop ayam Klaten. Perasaan itu sangat hebat mengganggu membuat dirinya tak ingin makan apa-apa selain makanan itu.“Mas. Aku pengin makan sop ayam klaten. Kayaknya aku ngidam, deh. Anak kita udah kelaparan, nih,” rengek Cindy tanpa memikirkan perasaan Elang yang sedang kacau. Dia mengusap perutnya yang masih rata.Mendengar rengekan Cindy, kepala Elang berdenyut hebat. Sop ayam klaten belinya jauh, malas sekali Elang untuk ke sana.“Jangan sekarang, dong, Cindy. Aku lagi pusing banget, nih,” tolak Elang yang saat i
EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
EXTRA PART 4 – AKHIR CERITA SEBENARNYA.Miya terus mencoba berlari masuk ke dalam hutan untuk menghindari beberapa pria yang masih mengejarnya. Dalam hatinya terus berdoa agar Elang juga bisa melarikan dari preman-preman itu. Lagipula, siapa yang ingin mencelakai mereka? Apa motifnya? Sekeras apapun Miya berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan kemungkinan siapa pelakunya.Bugh.“Aww!” Miya merintih saat kakinya tersandung ranting kayu dan tubuhnya terjerembab ke depan. Untung saja kedua tangannya setia berada tepat di depan perut buncitnya, jadi perut buncit Miya tidak secara langsung berbenturan keras dengan tanah. “Sshh… Kenapa perutku menjadi keras sekali?” keluhnya ketika merasakan perutnya semakin mengencang kuat.Miya berusaha bangkit dari posisinya, tetapi sakit di perutnya yang semakin intens tidak mengijinkan. “Kemarin malam dan tadi pagi aku juga merasakan sakitnya, tapi tidak se-intens ini. Apa mungkin – ini tanda-tanda kontraksi?” Pikiran Miya semakin kalut saat rasa sak
EXTRA PART 3 – MIYA DAN ELANG DISERGAP?!Sinar yang memantul dari lantai kamar Miya membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Miya meregangkan tubuhnya yang semakin kaku seiring perutnya yang kian membesar. Namun, Miya tidak pernah mengeluh, kedua calon bayi dalam perutnya adalah anugerah terindah yang pernah Miya dapatkan. “Kamu sudah bangun, Sayang?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Miya. Dia menoleh ke samping, memposisikan dirinya bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari suaminya, Elang.Pria itu kemudian menaruh nampan di tangannya, ikut naik ke atas ranjang. Tangan kiri Elang melingkari bahu Miya sementara tangan kanannya berada di atas perut hamil istrinya, yang menjadi tempat favorit Elang beberapa bulan terakhir.Semenjak ukuran perut Miya semakin membesar, Elang suka sekali meletakkan tangannya di atas perut istrinya karena calon kedua bayinya akan langsung merespon sentuhan Elang dengan tendangan halus, walau terkadang
EXTRA PART 2 – SURPRISE!Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Miya sampai di alamat yang ditujukan. Tempat itu ternyata pangkalan yatch, beberapa yatch terlihat di sana. “Di mana ini?” Miya kebingungan saat melihat banyak sekali yatch bersandar di tepi laut.Pikiran Miya dipenuhi banyak hal buruk sehingga membuat perutnya kram. “Aww, perutku,” ringis Miya dengan tangan memegangi perut buncitnya. Setelah sebelumnya turun dari mobil, dia pun berhenti sejenak agar perutnya tak lagi sakit. “Pasti karena aku terlalu gelisah, makanya sakit begini. Sayang, yang kuat, ya? Mama butuh bantuan kalian untuk menyelamatkan uncle. Bantu Mama, ya, Sayang,” bisik Miya menahan sakit, sambil mengusap perutnya. Berharap kedua anak kembarnya bisa membantu.Walaupun alasan kegelisahan dan kecemasan yang melanda sejak kemarin sudah terjawab, dia tak mau memikirkannya. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Zelo, bagaimanapun caranya.Kalau saja Zelo menuruti permintaannya untuk tidak pergi saat in
EXTRA PART 1 – ADA APA DENGAN MAS ZELO?!Sebulan kemudian, Elang bersama Miya datang ke penjara untuk mengunjungi Dicky. Pria itu ditahan karena tuntutan Pak Taufan yang sudah memperkosa Cindy. Elang dan Miya duduk menunggu Dicky dipanggil oleh penjaga tahanan. Tak lama kemudian datanglah Dicky dengan pakaian tahanan, dengan wajah penuh penyesalan.“Mbak Miya … Mbak Miya maafin aku. Aku salah karena udah tergiur bujukan dari Mbak Cindy waktu itu. Seharusnya aku nggak berbuat kayak gitu. Sekarang aku dapat balasan yang sangat menyakitkan. Aku kehilangan ibu yang sangat aku sayangi dan aku sekarang di penjara,” sesal Dicky sedih, menyentuh tangan Miya dengan sangat erat.Miya tersenyum sendu. ”Innalilahi, Mbak ikut berduka dengan kepergian Budhe, ya? Kamu yang sabar, ya, Dik. Mbak juga udah maafin kamu. Yang penting kamu udah sadar dengan kesalahan kamu dan jangan diulangi lagi,” jawab Miya mengusap tangan Dicky dengan lembut sebagai tanda dia sudah melupakan semua yang terjadi di masa
BAB 120 – AKHIR CERITAElang menatap Miya yang duduk sendirian termenung di pinggir kolam. Dengan perlahan dia berjalan mendekat, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Miya.Miya yang tak menyadari kedatangan Elang, cukup terkesiap kaget saat mendapati suaminya itu telah duduk di sampingnya, dengan wajah yang tersenyum."Mas," panggilnya dengan helaan napas ringan."Kamu ngapain malam-malam di sini sendirian, Sayang?" tanya Elang sambil menyelipkan anakan rambut Miya yang tergerai menutupi pipi.Pantulan lampu yang membias di air kolam yang bergerak, memantul mengenai wajah cantik Miya. Membuatnya terlihat menawan dan bercahaya. Elang tersenyum sendiri, apalagi yang kurang dalam diri wanita yang telah menjadi istrinya itu? Tak ada, semua begitu sempurna. Elang jadi merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini."Aku cuma lagi menenangkan diri, Mas," jawab Miya dengan mata yang sendu. Menatap pada air yang beriak kecil.Tangan Elang terjulur ke atas kepala Miya, mengelus perl
BAB 119 – DUNIA INI KEJAM PADAKU!Hari ini adalah hari pertama Miya ke kantor setelah pengumuman posisinya di perusahaan Teh Wangi, sebagai Direktur utama.Dengan blazer berwana coral, dipadukan dengan loose pant berwarna gelap, Miya melangkah dengan tegap dan penuh kebanggaan. Zelo dan Rendy setia berada di sisinya.Suara ketukan stilleto berhak rendah berwarna hitam itu menggema saat dia melangkah masuk ke ruang meeting."Selamat pagi, Bu."Beberapa pegawai membungkuk, menyapa dengan hormat. Beberapa dari mereka saling berbisik satu sama lain.Zea Putri Adipati yang anggun dan cantik, ternyata bukan hanya memiliki kecantikan jasmani. Namun juga hatinya begitu cantik. Senyum manis dan raut ramah itu terus menghiasi wajahnya, berusaha membalas semua sapaan yang datang kepadanya."Bu Zea cantik ya?!" gumam salah seorang pegawai pada pegawai lainnya."Iya. Cantik dan anggun sekali. Orangnya juga kelihatan ramah kan," jawab yang lain."Iya bener."Mereka semua mengangguk, memuji bagaiman
BAB 118 – DIMANJAKAN KELUARGAZelo terkejut mendengar ucapan Miya, seketika itu dia merasa sedih dan segera mendekati Miya.“Enggak, Dek. Mas nggak akan pernah capek kalau buat adik Mas tercinta ini,” sangkal Zelo sedih. Menggelengkan kepala seraya mengelak pikiran Miya yang menganggapnya merasa keberatan.Lalu mengecup pucuk kepala Miya dengan lembut. “Mas, tuh, cuma nggak tega lihat kamu setiap hari harus nahan bobot perut sebesar ini. Lagian usia kandungan kamu sekarang, tuh, berapa, sih? Kok, besar gini perutnya kayak orang udah mau ngelahirin?” Zelo heran dan ngeri melihatnya.Miya mengingat sambil mengelus perut besarnya. “Enam bulan lebih harusnya, dua puluh enam minggu, deh, kayaknya,” jawab Miya antara yakin tak yakin.Elang yang selalu menghitung usia kandungan Miya langsung menyahut dan membenarkan “Dua puluh enam minggu lebih tiga hari, Sayang. Aku selalu menghitungnya dengan tepat.” Merasa bangga karena tidak melupakan hal yang bahkan istrinya sendiri lupa.Zelo masih me
Bab 117Runa sedang menemani ibunya saat dokter visit. Nampak dokter serius memeriksa keadaan Olga setelah operasi satu minggu yang lalu. Setelah dokter selesai dengan tugasnya, Runa mendekat.“Dokter. Bagaimana keadaan Mamaku? Kapan Mamaku boleh pulang?” tanya Runa lembut saat dokter visit melihat kondisi Olga yang masih terbaring di kursi serba putih milik rumah sakit.Dokter tersenyum lalu menurunkan stetoskop yang menempel di telinganya ke leher. “Ibu Olga sudah sembuh, hari ini bisa pulang,” jawab dokter yakin. Dia pun merasa senang kalau ada pasien yang sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.“Alhamdulillah, terima kasih, Dok.” Runa bersyukur dengan hati gembira, mengatupkan kedua tangan di depan mulut, lalu dia tersenyum pada Olga.“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Dokter pun pamit dan meninggalkan mereka yang muali bersiap untuk pulang hari ini.Nampak di sana Olga pun tak kalah senang, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit itu setelah tujuh hari hanya terbar