BAB 111 – KAMU YANG PENIPU!"Tapi wanita itu benar-benar mirip dengan Miya!” gumam Cindy yang telah kehilangan senyum anggun yang sejak tadi menghiasi wajahnya. Senyum congkak itu telah sirna digantikan wajah terkejut setengah mati.Wanita itu menggeleng tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia ingin sekali mempercayai kalau ini hanya sebuah mimpi buruk yang tidak nyata."Nggak! Nggak mungkin. Ini semua nggak mungkin terjadi! Mustahil Miya adalah adik dari Zelo Adipati. Dia ... dia adalah pewaris kedua keluarga Adipati?" Cindy menggelengkan kepalanya berulang kali. Otak dan egonya menolak mempercayai mata dan pendengarannya.Rasanya bumi yang dia pijak berhenti berputar. Bayangan bagaimana polos dan naifnya Miya selama ini, berputar di ingatan Cindy. Berbanding terbalik dengan wanita yang berdiri anggun dan berbalut pakaian mahal itu.Cindy tidak mau terima, dia tidak bisa terima!"Nggak mungkin!" teriak Cindy, membuat atensi para tamu dan seluruh orang yang hadir disana, sontak
BAB 112 – MENGAPA MIYA, DAN BUKAN AKU?!Lelaki bernama Jake itu berdiri sejajar dengan Dicky."Silakan, jelaskan pada semua orang yang ada di sini, apa yang diperintahkan Nona Cindy pada kamu?!" Wajah Zelo yang dingin tidak berubah sejak tadi.Lelaki bernama Jake itu mengangguk. "Saya diminta oleh Bu Cindy untuk memotret kebersamaan Bu Cindy saat bertemu dengan Pak Elang."Cindy menelan ludahnya gugup, kepalanya mendadak pusing menyadari semua orang sedang melawannya."Bahkan saya diminta memotret saat Bu Cindy membawa Pak Elang ke hotel untuk dijebak hari itu," lanjut Jake, membuat kepala Cindy Otomatis menggeleng untuk menyangkal."Itu nggak benar!" pekiknya menyangkal."Saya punya buktinya," ucap Jake dengan tenang. Lelaki itu mengeluarkan ponsel dari kantong celananya.Napas Cindy mendadak terasa tercekik di lehernya. Sekali lagi dia merasa orang-orang yang seharusnya berada di pihaknya, melakukan sesuatu untuk membelot dan melawannya.Rekaman di ponsel Jake mulai diputar."Jake,
BAB 113 – TARGETKU ADALAH MEREKA!Acara masih berlanjut meski setelah kekacauan yang dibuat oleh Cindy. Miya tersenyum, dia tengah duduk di meja VIP. Bersama Zelo, Bu Sekar dan juga Elang, tentu saja.Mereka saling berbincang satu sama lain, namun Miya justru lebih banyak diam dengan mata yang menerawang jauh.Miya menghela napas panjang, kemudian tersenyum tipis, namun matanya tampak berkaca-kaca. Hal itu semua tidak luput dari perhatian Elang. "Hei, kamu kenapa nangis, Sayang?" tanya Elang sambil menggeser duduknya mendekat pada Miya.Miya menggeleng, kemudian mengusap matanya yang basah lantas memasang senyum indah."Aku nggak apa-apa, Mas. Aku cuma ngerasa, Allah sangat baik sekali sama aku. Hidupku saat ini rasanya sangat sempurna. Aku punya kamu, punya Mas Zelo, punya ibu dan Mila. Bahkan sebentar lagi akan ada si kembar yang lahir dan membuat semuanya jadi lengkap. Aku bersyukur banget, Mas," ucap Miya.Elang tersenyum mendengarkan. Dia pun merasakan hal yang sama. Kebahagian M
BAB 114 – KEBENCIAN CINDY MEMBABI BUTA"Salahnya adalah dia bukan anaknya Elang, dan dia datang di saat yang nggak tepat! Karena aku kasihan sama dia, makanya aku berniat untuk mengirim anak-anak kamu untuk menemeni dia di surga, Miya!" jawab Cindy setengah berteriak.Setelah mengatakan itu, Cindy langsung mendorong tubuh Miya hingga membentur dinding kamar mandi.Miya mendesis merasakan tubuhnya sakit karena dorongan Cindy yang kuat. Dengan kekuatan yang dia miliki, Miya berganti mendorong tubuh Cindy hingga wanita itu terhuyung. Tanpa menyia-nyiakannya kesempatan, Miya segera berlari menuju pintu dan membuka kuncinya."Aaakhh! Perutku sakit! Tolong Mama, Sayang. Kalian berdua harus kuat dan bertahan," gumamnya setelah merasakan perutnya begitu nyeri.Melihat Miya yang berhasil kabur, kesabaran Cindy sudah hilang. Dikuasai dendam dan amarah yang membara, wanita itu segera mengejar Miya.Seolah kesetanan, kekuatan Cindy menjadi lebih besar. Hal itu membuatnya lebih mudah mengejar dan
BAB 115 – BUKAN KESALAHAN KAMU, MIYA."Mama." Miya menangis sambil terus duduk di samping Olga yang tak sadarkan diri. Mereka tengah berada di dalam ambulans menuju ke rumah sakit.Dua orang perawat mencoba melakukan pertolongan pertama pada luka yang menganga lebar di perut Olga. Berusaha menghentikan pendarahan dengan sebisa mungkin.Tangan Miya yang dipenuhi darah Olga terlihat bergetar, matanya bengkak karena sejak tadi tidak berhenti menangis."Mama harus kuat, Ma. Miya mohon," isaknya dengan suara parau dan serak.Elang yang duduk di samping Miya, terlihat tak kalah sedih dan khawatir dengan Olga. Hanya saja, saat ini dia bukan hanya mengkhawatirkan Olga, tapi juga kondisi Miya dan juga mental istrinya itu setelah semua yang terjadi hari ini.Tangan Elang merangkul tubuh Miya, dengan perlahan menarik tubuh istrinya itu untuk bersandar padanya."Sshh, sudah, tenang ya! Mama pasti nggak apa-apa, doakan semua akan baik-baik saja, Miya. Sebentar lagi kita akan sampai rumah sakit, ja
BAB 116 – SAAT UANG BERBICARAMiya mengernyitkan dahinya dengan mata yang terpejam dan terasa berat. Bibirnya mendesis karena merasakan kepalanya yang masih sedikit pening, berputar.Kelopak mata itu terbuka perlahan-lahan, merengut membiasakan cahaya yang masuk menyapa bola matanya.Hal yang pertama menyapa saat matanya terbuka sempurna adalah, plafon kamarnya di rumahnya dan Zelo.Miya mengernyit, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Matanya sedikit membeliak saat mengingat apa yang terjadi. Rentetan ingatan tentang Cindy yang hendak melukainya dengan pisau kembali berputar. Bagiamana Cindy menodongkan pisau ke arahnya, mengancam akan melukai kedua calon buah hati di dalam perutnya, membuat Miya kembali merasa ngeri. Ingatannya tentang bagaimana setelahnya, Olga yang datang menyelamatkan dirinya, dan berakhir membuat mertuanya itu terluka parah dan dilarikan di rumah sakit.Miya mengernyit, saat mengingat terakhir kali dia berada di rumah sakit, menunggu Olga yang mendapa
Bab 117Runa sedang menemani ibunya saat dokter visit. Nampak dokter serius memeriksa keadaan Olga setelah operasi satu minggu yang lalu. Setelah dokter selesai dengan tugasnya, Runa mendekat.“Dokter. Bagaimana keadaan Mamaku? Kapan Mamaku boleh pulang?” tanya Runa lembut saat dokter visit melihat kondisi Olga yang masih terbaring di kursi serba putih milik rumah sakit.Dokter tersenyum lalu menurunkan stetoskop yang menempel di telinganya ke leher. “Ibu Olga sudah sembuh, hari ini bisa pulang,” jawab dokter yakin. Dia pun merasa senang kalau ada pasien yang sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.“Alhamdulillah, terima kasih, Dok.” Runa bersyukur dengan hati gembira, mengatupkan kedua tangan di depan mulut, lalu dia tersenyum pada Olga.“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Dokter pun pamit dan meninggalkan mereka yang muali bersiap untuk pulang hari ini.Nampak di sana Olga pun tak kalah senang, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit itu setelah tujuh hari hanya terbar
BAB 118 – DIMANJAKAN KELUARGAZelo terkejut mendengar ucapan Miya, seketika itu dia merasa sedih dan segera mendekati Miya.“Enggak, Dek. Mas nggak akan pernah capek kalau buat adik Mas tercinta ini,” sangkal Zelo sedih. Menggelengkan kepala seraya mengelak pikiran Miya yang menganggapnya merasa keberatan.Lalu mengecup pucuk kepala Miya dengan lembut. “Mas, tuh, cuma nggak tega lihat kamu setiap hari harus nahan bobot perut sebesar ini. Lagian usia kandungan kamu sekarang, tuh, berapa, sih? Kok, besar gini perutnya kayak orang udah mau ngelahirin?” Zelo heran dan ngeri melihatnya.Miya mengingat sambil mengelus perut besarnya. “Enam bulan lebih harusnya, dua puluh enam minggu, deh, kayaknya,” jawab Miya antara yakin tak yakin.Elang yang selalu menghitung usia kandungan Miya langsung menyahut dan membenarkan “Dua puluh enam minggu lebih tiga hari, Sayang. Aku selalu menghitungnya dengan tepat.” Merasa bangga karena tidak melupakan hal yang bahkan istrinya sendiri lupa.Zelo masih me
EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
EXTRA PART 4 – AKHIR CERITA SEBENARNYA.Miya terus mencoba berlari masuk ke dalam hutan untuk menghindari beberapa pria yang masih mengejarnya. Dalam hatinya terus berdoa agar Elang juga bisa melarikan dari preman-preman itu. Lagipula, siapa yang ingin mencelakai mereka? Apa motifnya? Sekeras apapun Miya berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan kemungkinan siapa pelakunya.Bugh.“Aww!” Miya merintih saat kakinya tersandung ranting kayu dan tubuhnya terjerembab ke depan. Untung saja kedua tangannya setia berada tepat di depan perut buncitnya, jadi perut buncit Miya tidak secara langsung berbenturan keras dengan tanah. “Sshh… Kenapa perutku menjadi keras sekali?” keluhnya ketika merasakan perutnya semakin mengencang kuat.Miya berusaha bangkit dari posisinya, tetapi sakit di perutnya yang semakin intens tidak mengijinkan. “Kemarin malam dan tadi pagi aku juga merasakan sakitnya, tapi tidak se-intens ini. Apa mungkin – ini tanda-tanda kontraksi?” Pikiran Miya semakin kalut saat rasa sak
EXTRA PART 3 – MIYA DAN ELANG DISERGAP?!Sinar yang memantul dari lantai kamar Miya membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Miya meregangkan tubuhnya yang semakin kaku seiring perutnya yang kian membesar. Namun, Miya tidak pernah mengeluh, kedua calon bayi dalam perutnya adalah anugerah terindah yang pernah Miya dapatkan. “Kamu sudah bangun, Sayang?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Miya. Dia menoleh ke samping, memposisikan dirinya bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari suaminya, Elang.Pria itu kemudian menaruh nampan di tangannya, ikut naik ke atas ranjang. Tangan kiri Elang melingkari bahu Miya sementara tangan kanannya berada di atas perut hamil istrinya, yang menjadi tempat favorit Elang beberapa bulan terakhir.Semenjak ukuran perut Miya semakin membesar, Elang suka sekali meletakkan tangannya di atas perut istrinya karena calon kedua bayinya akan langsung merespon sentuhan Elang dengan tendangan halus, walau terkadang
EXTRA PART 2 – SURPRISE!Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Miya sampai di alamat yang ditujukan. Tempat itu ternyata pangkalan yatch, beberapa yatch terlihat di sana. “Di mana ini?” Miya kebingungan saat melihat banyak sekali yatch bersandar di tepi laut.Pikiran Miya dipenuhi banyak hal buruk sehingga membuat perutnya kram. “Aww, perutku,” ringis Miya dengan tangan memegangi perut buncitnya. Setelah sebelumnya turun dari mobil, dia pun berhenti sejenak agar perutnya tak lagi sakit. “Pasti karena aku terlalu gelisah, makanya sakit begini. Sayang, yang kuat, ya? Mama butuh bantuan kalian untuk menyelamatkan uncle. Bantu Mama, ya, Sayang,” bisik Miya menahan sakit, sambil mengusap perutnya. Berharap kedua anak kembarnya bisa membantu.Walaupun alasan kegelisahan dan kecemasan yang melanda sejak kemarin sudah terjawab, dia tak mau memikirkannya. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Zelo, bagaimanapun caranya.Kalau saja Zelo menuruti permintaannya untuk tidak pergi saat in
EXTRA PART 1 – ADA APA DENGAN MAS ZELO?!Sebulan kemudian, Elang bersama Miya datang ke penjara untuk mengunjungi Dicky. Pria itu ditahan karena tuntutan Pak Taufan yang sudah memperkosa Cindy. Elang dan Miya duduk menunggu Dicky dipanggil oleh penjaga tahanan. Tak lama kemudian datanglah Dicky dengan pakaian tahanan, dengan wajah penuh penyesalan.“Mbak Miya … Mbak Miya maafin aku. Aku salah karena udah tergiur bujukan dari Mbak Cindy waktu itu. Seharusnya aku nggak berbuat kayak gitu. Sekarang aku dapat balasan yang sangat menyakitkan. Aku kehilangan ibu yang sangat aku sayangi dan aku sekarang di penjara,” sesal Dicky sedih, menyentuh tangan Miya dengan sangat erat.Miya tersenyum sendu. ”Innalilahi, Mbak ikut berduka dengan kepergian Budhe, ya? Kamu yang sabar, ya, Dik. Mbak juga udah maafin kamu. Yang penting kamu udah sadar dengan kesalahan kamu dan jangan diulangi lagi,” jawab Miya mengusap tangan Dicky dengan lembut sebagai tanda dia sudah melupakan semua yang terjadi di masa
BAB 120 – AKHIR CERITAElang menatap Miya yang duduk sendirian termenung di pinggir kolam. Dengan perlahan dia berjalan mendekat, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Miya.Miya yang tak menyadari kedatangan Elang, cukup terkesiap kaget saat mendapati suaminya itu telah duduk di sampingnya, dengan wajah yang tersenyum."Mas," panggilnya dengan helaan napas ringan."Kamu ngapain malam-malam di sini sendirian, Sayang?" tanya Elang sambil menyelipkan anakan rambut Miya yang tergerai menutupi pipi.Pantulan lampu yang membias di air kolam yang bergerak, memantul mengenai wajah cantik Miya. Membuatnya terlihat menawan dan bercahaya. Elang tersenyum sendiri, apalagi yang kurang dalam diri wanita yang telah menjadi istrinya itu? Tak ada, semua begitu sempurna. Elang jadi merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini."Aku cuma lagi menenangkan diri, Mas," jawab Miya dengan mata yang sendu. Menatap pada air yang beriak kecil.Tangan Elang terjulur ke atas kepala Miya, mengelus perl
BAB 119 – DUNIA INI KEJAM PADAKU!Hari ini adalah hari pertama Miya ke kantor setelah pengumuman posisinya di perusahaan Teh Wangi, sebagai Direktur utama.Dengan blazer berwana coral, dipadukan dengan loose pant berwarna gelap, Miya melangkah dengan tegap dan penuh kebanggaan. Zelo dan Rendy setia berada di sisinya.Suara ketukan stilleto berhak rendah berwarna hitam itu menggema saat dia melangkah masuk ke ruang meeting."Selamat pagi, Bu."Beberapa pegawai membungkuk, menyapa dengan hormat. Beberapa dari mereka saling berbisik satu sama lain.Zea Putri Adipati yang anggun dan cantik, ternyata bukan hanya memiliki kecantikan jasmani. Namun juga hatinya begitu cantik. Senyum manis dan raut ramah itu terus menghiasi wajahnya, berusaha membalas semua sapaan yang datang kepadanya."Bu Zea cantik ya?!" gumam salah seorang pegawai pada pegawai lainnya."Iya. Cantik dan anggun sekali. Orangnya juga kelihatan ramah kan," jawab yang lain."Iya bener."Mereka semua mengangguk, memuji bagaiman
BAB 118 – DIMANJAKAN KELUARGAZelo terkejut mendengar ucapan Miya, seketika itu dia merasa sedih dan segera mendekati Miya.“Enggak, Dek. Mas nggak akan pernah capek kalau buat adik Mas tercinta ini,” sangkal Zelo sedih. Menggelengkan kepala seraya mengelak pikiran Miya yang menganggapnya merasa keberatan.Lalu mengecup pucuk kepala Miya dengan lembut. “Mas, tuh, cuma nggak tega lihat kamu setiap hari harus nahan bobot perut sebesar ini. Lagian usia kandungan kamu sekarang, tuh, berapa, sih? Kok, besar gini perutnya kayak orang udah mau ngelahirin?” Zelo heran dan ngeri melihatnya.Miya mengingat sambil mengelus perut besarnya. “Enam bulan lebih harusnya, dua puluh enam minggu, deh, kayaknya,” jawab Miya antara yakin tak yakin.Elang yang selalu menghitung usia kandungan Miya langsung menyahut dan membenarkan “Dua puluh enam minggu lebih tiga hari, Sayang. Aku selalu menghitungnya dengan tepat.” Merasa bangga karena tidak melupakan hal yang bahkan istrinya sendiri lupa.Zelo masih me
Bab 117Runa sedang menemani ibunya saat dokter visit. Nampak dokter serius memeriksa keadaan Olga setelah operasi satu minggu yang lalu. Setelah dokter selesai dengan tugasnya, Runa mendekat.“Dokter. Bagaimana keadaan Mamaku? Kapan Mamaku boleh pulang?” tanya Runa lembut saat dokter visit melihat kondisi Olga yang masih terbaring di kursi serba putih milik rumah sakit.Dokter tersenyum lalu menurunkan stetoskop yang menempel di telinganya ke leher. “Ibu Olga sudah sembuh, hari ini bisa pulang,” jawab dokter yakin. Dia pun merasa senang kalau ada pasien yang sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.“Alhamdulillah, terima kasih, Dok.” Runa bersyukur dengan hati gembira, mengatupkan kedua tangan di depan mulut, lalu dia tersenyum pada Olga.“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Dokter pun pamit dan meninggalkan mereka yang muali bersiap untuk pulang hari ini.Nampak di sana Olga pun tak kalah senang, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit itu setelah tujuh hari hanya terbar