Tiga bulan berlalu dan toko Allie berkembang sangat pesat, bahkan dia tidak percaya dengan jumlah uang yang ada di tabungannya saat ini.Senyum puas terkembang di bibirnya, uang yang seharusnya dikumpulkan dalam setahun, kini bisa didapatkan dalam kurun waktu tiga bulan dan semua itu berkat marketing yang dikembangkan Arlo.Mengingat tentang pria itu, membuat Allie mencuri pandang ke sosok yang kini sedang sibuk merapikan meja karena toko mereka baru saja tutup. Matanya tak lepas dari otot-otot Arlo yang kekar yang membuatnya terlihat maskulin.Selain bentuk tubuh yang mengagumkan, Arlo berwajah tampan dan pintar. Allie tak habis pikir, bagaimana bisa pria sesempurna itu terdampar di tokonya? Mungkinkah Arlo adalah malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menolongnya keluar dari kesulitan?Lamunannya buyar ketika melihat pria yang sedang dipikirkannya berjalan mendekat. Dengan cepat dia menutup laptop, lalu berdiri dari meja kerja berusaha menghindar karena pengaruh pria itu semakin hari be
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo sambil menggenggam lembut tangan Allie yang mengepal kuat penuh kemarahan. Sentuhan lembut tersebut seperti air es yang mendinginkan tubuhnya yang mendidih.“Bisakah kamu menyelesaikan pesanannya? Aku butuh waktu untuk menenangkan diri,” pinta Allie.“Tidak masalah,” balas Arlo penuh pengertian.Sampai malam harinya, Allie terus diam dan enggan membicarakan isi hatinya pada siapapun. Tengah malam dia terbangun, mencari sesuatu yang bisa menenangkannya dan membuatnya bisa tidur.Dia mencari bubuk coklat yang ternyata Arlo letakkan di lemari paling atas yang tidak bisa dijangkaunya. Dengan berjinjit, Allie berusaha meraihnya, namun sia-sia saja karena tangannya tak bisa menggapai.Allie terkejut ketika seseorang dari belakang meraih bubuk coklat tersebut dan meletakkan di hadapannya. Dia membalikkan tubuhnya dan membeku ketika wajahnya berhadapan dengan wajah Arlo.“Kamu belum tidur?” tanya Allie sambil menikmati aroma tubuh pria itu yang begitu
“A-aku ...?” gumam Allie gagap penuh ketegangan. “Sungguh memalukan,” lanjutnya sambil menggigit bibir, menandakan jika tebakan Arlo adalah benar.Pertanyaan menuduh Arlo membuatnya mengira jika pria itu kecewa dengan keadaannya dan mungkin akan meninggalkannya begitu saja, namun dia terkesiap ketika Arlo malah menekan tubuhnya semakin tenggelam memenuhi inti miliknya.“Apakah aku menyakitimu?” Tangan Arlo mengusap pipinya lembut dengan tatapan hangat menggetarkan.Kegugupan Allie lenyap berganti sensasi yang merayap di bawah perut, dia menggeleng menjawab pertanyaan pria itu. “Aku baik-baik saja, hanya sedikit terkejut dengan hentakanmu.”“Maaf jika aku bersikap sedikit kasar, aku tidak tahu jika ini kali pertama untukmu.” Terlihat tatapan rasa bersalah dari mata pria itu.“Jangan membuatku malu dengan memberikan tatapan itu! apakah kita sudah selesai?” tanya Allie begitu polos.Kening Arlo mengerut meresponnya. “Selesai? Kita bahkan belum memulainya, Sayang.”“Sayang ...?” ulang All
“Arlo sudah terlalu lama pergi, dia bukan pria yang mudah menyerah. Jika kamu tidak segera bertindak, kamu akan kehilangannya,” ucap Kimberly mengingatkan suaminya.“Kenapa dia begitu keras kepala, tidak sadarkah jika dia adalah satu-satunya penerus keluarga Jackson?” geram Richard mengingat sikap putranya yang membangkang.Kimberly menggenggam tangan suaminya dan mengusapnya lembut. “Sikap keras kepala dan karakternya menurun darimu, jadi aku rasa kamu punya cara untuk menarik perhatiannya. Semakin kamu menekannya, dia akan semakin bertahan. Dia tidak mudah dikalahkan dan ancaman membuatnya semakin kuat. Aku rasa kamu sangat mengerti akan hal itu karena itu yang kamu lakukan saat mama mengasingkanmu ke Woodstock.”“Itu karena ada kamu di sampingku yang memberiku kekuatan untuk bisa bertahan hingga aku berhasil menentang semuanya termasuk keputusan Johana,” sanggah Richard.Kimberly mengangguk penuh arti membuat Richard memikirkan kembali perkataannya. Tatapan pria itu melebar ketika
Allie menatap pria yang tidur di sebelahnya dengan penuh kekaguman, dia tidak menyangka jika pria gelandangan yang dia pekerjakan kini menjadi kekasihnya dan hubungan mereka sudah berjalan sebulan lebih semenjak dirinya menyerahkan mahkotanya pada pria tersebut.Jari Allie menelusuri hidung mancung dan bibir tebal Arlo, mengingat lagi bagaimana bibir itu menggoda dan memanjakannya, membuat inti miliknya berdenyut hangat merasakan sisa kenikmatan yang direguknya.“Apakah kamu sedang menggodaku?” suara parau Arlo mengagetkan Allie. Dengan cepat dia menarik tangannya tetapi Arlo menangkapnya.“Sejak kapan kamu sudah bangun?” tanya Allie menyembunyikan rasa malu.“Aku sudah bangun sebelum kamu bangun,” jawab Arlo membuat Allie semakin malu.“Kenapa kamu diam saja? aku mengira kamu masih tidur,” gerutu Allie sambil mengerucutkan bibirnya kesal.Arlo tertawa, lalu menarik Allie masuk ke dalam pelukannya.“Lepaskan aku!” seru Allie sambil memukul pelan dada Arlo melampiaskan kekesalannya.“A
“Kamu siapa?” tanya Allie waspada.“Bolehkah aku duduk?” pria itu balik bertanya, mengabaikan pertanyaan Allie.Tak bisa menolak, Allie mempersilahkan pria itu untuk duduk di salah satu kursi pengunjung tokonya, sedangkan dirinya berdiri masih dengan sikap waspada.“Kamu bisa bergabung denganku Nona karena sepertinya pembicaraan kita akan cukup lama,” pria itu mengajak Allie untuk duduk bersama.“Aku tidak punya waktu cukup lama menanggapimu karena aku harus pergi,” tolak Allie.“Percayalah jika apa yang aku katakan lebih penting dari apa yang harus kamu kerjakan,” tanggap pria itu dengan rasa percaya diri yang tinggi.Awalnya Allie tampak ragu untuk duduk, namun akhirnya dia memantapkan hati untuk duduk dan menanggapi apa yang orang asing itu mau darinya. “Apa yang ingin kamu bicarakan?”“Namaku Richard Jackson,” ucap pria itu membuat Allie sempat berpikir jika apa yang akan mereka bicarakan adalah tentang Besse yang bekerja di perusahaan Jackson.“Sepertinya kamu salah orang karena
“Perkataanmu sangat mengecewakan, apakah itu artinya apa yang kamu katakan selama ini padaku hanyalah kebohongan belaka?” tanya Arlo dengan hati terluka.“Aku tenggelam dalam gairah yang kamu sulutkan, larut dalam rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, hal tersebut membuatku tidak bisa berpikir jernih. Setiap hari aku hanya menginginkan kepuasan darimu, tetapi kini aku sadar jika apa yang terjadi diantara kita adalah sebuah kesalahan,” terang Allie, menyembunyikan hatinya yang lebih terluka dibanding luka yang harus Arlo tanggung.“Kesalahan ...? sungguh tak bisa ku percaya jika perkataan itu muncul dari mulutmu. Aku salah menilaimu, Allie. Kamu tidak beda jauh dengan wanita-wanita di luar sana yang hanya menilai kebahagiaan dari sebuah materi.”Kini Arlo benar-benar terluka dengan sikap Allie, dia tidak menyangka akan tertipu dengan sikap polos Allie.“Semua wanita di dunia ini sama saja, tak terkecuali aku,” ucap Allie ketus.“Aku pastikan kamu akan menyesali keputusanmu har
“Jadi kamu sudah kembali ke keluarga Jackson? Bagaimana rasanya memimpin perusahaan besar dengan ribuan karyawan?” tanya Britne Hogan pada sepupunya lewat sambungan telepon.“Tidak perlu mengejekmu, nasibku lebih baik darimu yang hidup dalam pelarian,” Arlo membalas sindiran sepupunya.Britne terdiam sejenak sebelum menanggapinya. “Bagaimana kabar saudara kembarku, Geena?”“Dia sudah bahagia bersama Mattew dan kamu sudah memiliki keponakan yang tampan. Apakah kamu tidak ingin pulang untuk berkumpul dengan keluargamu? kasihan uncle Axton dan aunty Inggrid, mereka selalu bersedih jika mengingatmu. Tidak ada gunanya terus bersembunyi saat semuanya sudah berjalan dengan baik,” Arlo berusaha membujuk sepupunya.“Aku masih butuh waktu, ada banyak hal yang belum bisa aku ungkapkan. Berhentilah berbicara tentangku, aku ingin mendengar tentangmu,” Britne mencoba mengalihkan pembicaraan.“Tidak ada hal menarik yang bisa aku bicarakan,” Arlo memilih menutup diri.“Apa yang membuatmu kembali ke k
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak