David menyerahkan map cokelat ke arah Abela mengenai surat kontrak selama pernikahan Abela dan Leon berlangsung. Abela akan terikat selama satu tahun lamanya dan statusnya sebagai istri Leon tidak akan pernah di publish. Tidak ada satu orang pun yang boleh tahu. Sehingga di luaran sana Leon tetap dengan statusnya yang lajang.
"Anda akan menjadi istri tersembunyi Tuan Leon, tidak ada satu pun yang boleh tahu jika Anda adalah istri Tuan Leon. Sampai terbongkar Anda akan mendapatkan hukuman dan satu lagi semua orang harus tahu kalau Anda sudah menikah tapi Anda harus merahasiakan siapa suami Anda sebenarnya. Sampai sini Anda paham, Nona?"Abela tersenyum miris, dia yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya dengan berani menatap tajam ke arah Leon. "Lalu apa gunanya kita menikah dan apa tidak ada perempuan lain di luar sana yang mau menikah dengan Anda Tuan Leon, sampai Anda harus keluar uang banyak demi membeli saya dari Ibu tiri saya?" sentak Abela.Tangan Abela mengepal, dia bahkan membentak Leon di hadapan semua orang. Abela tidak takut bahkan jika saat ini dia akan dibunuh Abela sudah tidak perduli. Dia lebih baik mati dari pada harus menikah dengan pria kejam seperti Leon."Turunkan nada bicara Anda, Nona. Jangan membuat Tuan muda semakin marah!" ucap David.Kedua tangan Abela mengepal. "Aku tidak perduli! Aku tidak takut pada Tuanmu, kau mau apa? Mau membunuhku? Ayo bunuh aku sekarang, lebih baik aku mati dari pada harus menikah dengan pria kejam seperti dia!" teriak Abela sembari menujuk ke arah wajah Leon."Nona, jaga bicara Anda!" sentak David, Leon tersenyum smirk dia tetap diam duduk di kursi kebesarannya. Mnatap para pelayan wanita yang berdiri tak jauh dari tempat Abela.Mereka semua menunduk takut terlebih saat Leon mengarahkan pandangannya ke arah mereka semua. Leon mengeluarkan pistolnya mengusapnya dengan senyum devil di bibirnya. Sedangkan Abela sudah berdiri ketakutan dia bahkan memejamkan matanya mengira jika peluru itu akan menembus tubuhnya dan menewaskan dirinya.Dor!Kedua mata Abela membulat saat suara tembakan itu berbunyi. Namun, dia tidak merasakan sakit pada tubuhnya. Abela langsung mengalihkan pandangannya pada seorang pelayan yang berada di belakangnya telah tertembak tepat di dadanya. Abela menutup mulutnya terkejut, baru kali ini dia melihat pembunuhan langsung di hadapannya.Leon tersenyum devil. Melihat Abela yang ketakutan bahkan tubuhnya sampai bergetar hebat. Leon bangkit mencondongkan tubuhnya ke arah Abela menarik dagu gadis itu agar menatap ke arahnya."Takut? Setiap kesalahan yang kau perbuat mereka yang akan menanggungnya. Turuti kemauanku, Baby atau kau akan melihat mereka semua mati di tanganku," Sarkas Leonardo.Abela menepis tangan Leon, dia yang masih syok dengan apa yang barusan terjadi mengepalkan tangannya erat. Kedua matanya yang berair menatap wajah tanpa bersalah Leon. Membunuh seakan menjadi kesenangan untuk Leon dia bahkan tidak merasa bersalah setelah menghilangkan nyawa manusia lain."Kau, kau bukan manusia Leon!" sentak Abela.Dia segera berlari kembali ke arah kamarnya. Abela membanting pintu kamarnya, tubuhnya meluruh begitu saja merasa lemas setelah melihat kejadian menyeramkan di bawah. Abela terisak hebat dia tidak menyangka jika hidupnya akan semakin menderita seperti ini.Ketukan di pintu tidak dia hiraukan sampai dia mendengar suara ketakutan dari luar barulah Abela membukanya. Terlihat seorang pelayan yang membawakan nampan berisi makan siang untuk Abela. Wajah pelayan itu terlihat sangat ketakutan, bahkan tangannya yang membawa nampan sampai bergetar."Nona saya mohon makanlah! Jika Anda tidak makan Tuan muda akan membunuh saya," ucap pelayan itu dengan air mata yang sudah terjatuh.Abela hanya diam dia yang melihat ketakutan di wajah gadis itu merasa tak tega. Abela segera mengambil nampan itu. Namun, dia menahan tangan pelayan yang akan pergi."Jika kau tahu setiap hari nyawamu akan terancam. Kenapa kau justru menyerahkan nyawamu dengan bekerja di tempat ini!" ucap Abela tak habis pikir.Pelayan itu menunduk, dia tak berani menatap wajah Abela. "Karena Tuan muda yang sudah membantu keluarga saya, Nona. Saya telah mengabdikan seluruh hidup saya untuk Tuan Leon. Permisi, Nona." Pelayan itu buru-buru pergi takut jika Leon mengetahuinya berinteraksi dengan Abela."Gila!" Abela semkain di buat tak habis pikir dengan kegilaan yang terjadi di rumah ini. Bagaimana bisa mereka semua membiarkan nyawanya melayang di tangan Leon.Abela bahkan sudah tak nafsu untuk memakan makanan di tangannya. Namun, mendengar ucapan pelatan tadi membuat dia memaksakan diri untuk makan. Meskipun nasi yang masuk ke dalam perutnya rasanya sudah ingin dia muntahkan.****"Pastikan wanita itu makan, jika tidak kau tahu hukuman apa yang kau dapatkan!" Atmosfer di ruangan itu terasa sangat menyeramkan. Leon bahkan lebih menyeramkan di bandingkan hantu. Mendengar suara saja mampu membuat bulu kuduk mereka meremang."Nona Abela sudah menghabiskan makanannya, Tuan. Saat ini Nona Abela sedang tidur!" jelas pelayan yang baru saja memeriksa keadaan Abela."David pastikan wanita itu menandatangani kontrak pernikahan." Leon segera pergi, membuat mereka menghembuskan nafas lega. Namun, ucapan Leon selanjutnya membuat jantung mereka berhenti berdetak."Dalam waktu satu jam jika kontrak pernikahan itu belum dia tanda tangai, hilangkan salah satu anggota tubuhmu!" sarkas Leon.David mengangguk patuh, dia sudah biasa mendapatkan ancaman seperti ini. Dengan cepat David mengambil kontrak pernikahan itu dan mendatangi kamar Abela. Dia bahkan tidak perduli jika wanita itu tengah tidur, David mengetuk pintunya berulang kali. Sampai pintu itu terbuka dengan cepat dia menundukkan kepalanya."Nona, saya mohon tanda tangani surat perjanjian ini. Jika tidak nyawa saya jadi taruhannya!" Abela menatap datar ke arah David.Bukankah pria itu yang memaksa dirinya dan membawanya masuk ke dalam rumah ini. Lihatlah sekarang bahkan dia memohon agar dirinya menandatangani perjanjian gila itu. Sampai kapan pun Abela tidak akan setuju dia akan memikirkan cara untuk kabur, dia tidak akan mau menikah dengan iblis seperti Leon."Untuk apa kau memohon padaku? Memohonlah pada Tuanmu yang kejam itu! Katakan padanya sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau menikah dengannya!" sentak Abela.David dengan cepat menahan pintu Abela dengan tangannya bahkan tak perduli dengan lukanya yang terjepit membuat darah segar kembali keluar. Kedua bola mata Abela membola dia dengan cepat membuka kembali pintunya. "Kau sudah gila, hah! Kenapa seluruh penghuni rumah ini sama gilanya sepertimu! Bodoh!" maki Abela kesal sendiri.Dia bahkan sampai menjambak rambutnya kesal dengan semua hal yang terjadi dalam rumah ini. Jika terus di biarkan Abela rasa dia akan ikut gila seperti mereka. Abela Menghembuskan nafas panjang mengambil dokumen di tangan David tanpa membacanya segera menandatangani surat pernikahan itu."Setelah pernikahan ini berlangsung bunuh saja aku!"Abel mengambil foto dirinya dengan mamanya memeluk foto itu erat. Dia begitu merindukan mamanya, jika mamanya masih ada mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi kepadanya. Abel tidak akan pernah merasakan semua ini, hidupnya tidak akan semenderita ini. "Ma, kenapa mereka jahat sama Abel? Kenapa mereka tega jual Abel ke pria kejam itu! Apa salah Abel sama mereka, Ma? Abel selalu nurutin semua ucapan mereka, Abel nggak pernah ngelawan meraka tapi kenapa mereka sekejam ini sama Abel!" Abel terisak, dadanya terasa sangat sesak. Mama dan kakak tirinya memang sangat kejam, memperlakukan Abel layaknya seorang binatang. Abel tak pernah memiliki kebebasan akan hidupnya. Mereka seakan mengendalikan hidup Abel begitu pun saat ini Leon yang akan mengendalikan hidupnya. Kenapa Abel tak bisa bebas dengan hidupnya sendiri. "Ma, Abel ke pingin ketemu sama Mama. Abel kangen sama Mama, cuma Mama yang sayang sama Abel. Abel takut di sini, Ma. Mereka semua jahat sama Abel!" isaknya. Abel mendengar
Abel menahan napas saat rumah yang dia tempati berubah dalam setengah malam saja. Bagaimana bisa pagi ini rumah sudah di dekor secantik ini dan dari mana asalnya baju pernikahan sudah ada di dalam kamarnya dan para MUA yang sudah siap untuk meriasnya. Semua ini membuat Abel gila!"Nona, silahkan kami akan membantu Anda bersiap!" Abel hanya bisa diam dan lagi-lagi menurut, dia merasa geli saat sapuan make up di wajahnya. Apa yang sebenarnya akan mereka lakukan. Setelah satu jam membantu persiapan dan segala macamnya kini Abel sudah siap dengan gaun pernikahan putih yang dia kenakan dan make up natural di wajahnya. Membuat Abel terlihat sangat cantik seperti barbie. Para MUA sendiri kagum dengan wajah cantik Nona muda mereka. Setelah pekerjaan selesai mereka segera pergi tinggal lah Abel seorang diri dalam kamar itu. Abel bahkan tak percaya jika pantulan cermin yang dia lihat adalah dirinya sendiri. Abel meraba wajahnya, sungguhkah dia akan menikah hari ini? Abel akan menjadi istri or
Abel yang masih terbawa mimpinya masih saja terisak dan tanpa sadar dia memeluk tubuh Leon erat. "Tolong aku, aku takut!" ucapnya dengan suara bergetar. Leon mengepalkan tangannya, dia sungguh membenci suara tangisan wanita. Kedua matanya terpejam Leon mencengkram tubuh Abel yang memeluknya. Anehnya tidak membuat gadis itu merasa sakit justru semakin menempel kepadanya. "Hentikan tangisan jelekmu itu, aku tidak segan merobek mulutmu saat ini juga!" ancam Leon. Tidak ada respon, tangisan Abel pun sudah terhenti. Leon lantas menatap ke arahnya ia sedikit terheran saat melihat gadis itu sudah kembali tertidur lelap. Leon menghembuskan napas panjang, ia berdecak kesal. "Menyusahkan!" Leon mengangkat tubuh Abel membaringkannya di ranjang. Ia menatap lama wajah lelap gadis itu yang beberapa menit yang lalu berteriak dan menangis ketakutan. Kini terlihat seperti bayi yang sangat lelap dengan tidurnya. Leon mengusap wajah kasar dia tidak akan terpikat dengan Abel, tidak akan pernah! Leo
Leon menghempaskan tubuh Abel ke ranjang dia mengambil tisu lalu mengusap tangannya bekas menyentuh Abel tadi. Membuang tisu itu ke sembarang tempat, Abel yang melihat itu merasa kesal. Apakah dia kotoran sampai Leon bersikap sangat berlebihan seperti itu. "Dasar Pak tua sombong! Memang siapa yang mau menyentuhnya lagian dia duluan yang menyentuh tubuhku," gerutu Abel. "Aku sudah memperingatkanmu! Masih berani memakiku, hm?" Jantung Abel hampir lepas saat Leon tiba-tiba mengukung tubuhnya, jarak wajah mereka sangat dekat. Membuat Abel dapat melihat dengan jelas kedua netra gelap milik Leon yang menatapnya sangat tajam. "A-aku tidak memakimu, lepas! A-apa yang kau lakukan." Ucapan Abel tergagap membuat Leon tersenyum miring, tangannya mengusap rambut Abel pelan lalu semakin kuat bahkan sampai terasa seperti jambakan. "Aku benci rambut panjang, kau tahu harus melakukan apa, Baby?" Abel mendesis sakit akan jambakan tangan Leon pada rambutnya dia
Kedua mata Abel terpejam saat Leon semakin mendekat ke arahnya. Jantungnya berdegub sangat kencang saat merasakan benda dingin menari di wajahnya. Kedua mata Abel mencoba terbuka sedikit untuk melihatnya betapa terkejutnya ia saat melihat pisau kecil di tangan Leon. Abel yang akan berteriak suaranya tercekat begitu saja. Tatapan mata Leon sangat menyeramkan. Ya Tuhan apakah hidupku akan berakhir hari ini juga! batin Abel. Leon tersenyum devil, pisaunya menari di wajah Abel satu tangannya bergerak lalu dengan cepat pintu kamar yang hampir rusak itu tertutup dengan rapat. Meninggalkan Abel dan Leon berdua, Abel pasrah. Dia benar-benar tidak perduli jika hidupnya akan berakhir hari ini juga. "Katakan yang sejujurnya, apakah kau mengenal wanita itu?" tekan Leon, pisaunya tepat ia arahkan pada leher Abel. Leon benar-benar akan membunuhnya sedangkan Abel dia memberanikan diri menatap mata tajam Leon. "Siapa? Ibumu? Jika memang aku mengenalnya apakah kau akan membunuhku? Bunuh saja aku L
"Selamat pagi suamiku!" Leon yang baru saja terbangun terkejut melihat wajah Abel yang sangat dekat dengannya, yang semakin membuatnya terkejut adalah Abel berani mencium pipinya.Abel tersenyum sangat ceria, dengan berani menarik tangan Leon agar segera bangun. "Segeralah mandi, aku sudah menyiapkan air untukmu. Aku akan turun untuk membuatkan kamu sarapan!" ucap Abel dengan suara cerianya. "Berani sekali dia menciumku!" Leon mengusap pipinya kasar lalu masuk ke kamar mandi. Kali ini ia kembali dibuat kebingungan. Air yang Abel siapkan baunya sangat harum dan di bak mandi bertabur banyak sekali bunga mawar. Apakah karena kejadian semalam membuat otak Abel tergeser? Kenapa pagi ini dia menjadi sangat aneh. Leon memejamkan matanya, aromaterapi yang Abel berikan baunya memang sangat harum. Leon menyukainya, dia mandi lebih lama dari biasanya. Tubuhnya yang pegal terasa lebih baik sekarang, Leon segera keluar karena dia akan ada rapat pagi ini. "Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu,
Abel terlihat sangat cantik dengan gaun hitam yang sangat pas di tubuhnya, gaun sepanjang mata kaki dengan belahan sampai paha. Rambut yang di gelung ke atas menunjukkan leher jenjangnya. Make up tipis di wajahnya membuat wajah Abel berkali lipat terlihat cantik. Kini dia tinggal menunggu kedatangan Leon. "Anda sangat cantik, Nona!" puji perias Abel, sembari menundukkan kepalanya. Abel tersenyum tipis menatap pantulan dirinya di cermin, dia memang terlihat cantik dan menawan. Abel sangat yakin dengan kesempurnaan paras yang Tuhan berikan mampu membuat Leon terpesona kepadanya. Cepat atau lambat Leon akan bertekuk lutut di hadapannya. Pintu kamar terbuka, kedatangan Leon membuat mereka semua segera pergi kecuali Abel yang mengulas senyum manis ke arah Leon. "Suamiku, kau sudah kembali!" Abel berjalan mendekat ke arahnya membantu melepaskan jas yang Leon kenakan. Leon menatapnya intens, menepis tangan Abel dari tubuhnya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Abel yang melihat itu berdecak
Bugh! Abel menutup mulutnya begitu Leon melayangkan pukulan di wajah Aldi sampai pria itu terpental. Ia terdiam kaku tak bisa berbuat apa pun saat seorang wanita menahannya dan Leon terus memukul Aldi secara membabi buta. Anehnya tidak satu pun dari mereka berani melerainya. "Leon hentikan!" teriak Abel, kedua matanya berkaca-kaca dia takut melihat Aldi yang sudah berlumur darah.Abel menyentak tangan wanita yang menahan lengannya berlari ke arah mereka dia melindungi Aldi yang hampir mendapat pukulan lagi dari Leon. "Ku mohon hentikan!" ucap Abel dengan suara bergetar. Napas Leon memburu, kedua tangannya mengepal menatap Abel dengan tatapan membunuhnya. "Kau bahkan sampai memohon untuk pria itu!" Leon menggendong tubuh Abel bak koala meninggalkan pesta itu begitu saja. Tangannya mencengkram pinggang Abel membuat gadis itu meringis. Leon melempar tubuh Abel ke dalam mobil. Dia mengemudikan mobil itu sendiri dengan kecepatan yang tinggi. "Leon kau gila, hah! Pelan kan laju mobilmu
"N-naila!" Tak hanya Abel Leon pun terkejut saat melihatnya, sejak kapan wanita itu di bebaskan dari penjara. Naila tersenyum tipis, ia menunduk menyapa Abel dan juga Leon. "Lama tidak berjumpa, Abel, Leon!" ucap Naila. Lalu tak lama seorang pria yang tengah menggendong bocah perempuan mendekat ke arah Naila. "Sayang, kamu kenapa aja sih Divia nyariin kamu dari tadi."Perhatian mereka kini teralih pada sosok pria yang baru saja datang. Tak kalah terkejutnya saat melihat jika pria itu ternyata Andara. Andara pun nampak terkejut saat melihat Leon dan Abel. Secepat mungkin ia mengubah raut terkejutnya dengan senyuman tipis. "Lama tidak berjumpa dengan kalian!" Abel tersenyum canggung ia menganggukkan kepalanya pelan. Berbeda dengan Leon yang menatap datar ke arah dua orang tersebut. "Kalian bersama?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja. Andara mengangguk. "Gue sama Naila baru aja menikah satu bulan yang lalu setelah dia terbebas dari penjara." jelas Andara. Abel mengernyit saat me
Seharian ini Leon masih ngambek perihal kejadian semalam. Ia yang sudah diterbangkan di jatuhkan begitu saja, Leon bahkan tak mengindahkan ucapan Abel yang meminta maaf. Tak hanya di tinggalkan begitu saja, Abel bahkan justru ikut ketiduran setelah menidurkan Sagara membuat Leon benar-benar tak ada kesempatan. Abel menghembuskan napas panjang, melihat wajah kusut suaminya. Sepertinya semalam Leon tidak tidur, terbukti matanya pagi ini terlihat memerah wajahnya pun terlihat kelelahan. Abel mendekati suaminya meletakkan kopi buatannya untuk Leon. Abel memeluk tubuh Leon dari belakang, menumpukan kepalanya di bahu suaminya. "Sayang, maafin aku. Semalam aku ketiduran, aku janji akan ganti dengan malam ini!" bujuk Abel. Tapi Leon tetap saja diam, ia bahkan fokus dengan ponselnya tak perduli dengan istrinya yang nempel-nempel ke tubuhnya. Padahal jika biasanya, Leon akan sangat bahagia saat Abel bersikap seperti ini kepadanya. Namun, kali ini urusannya beda! Semalam Leon benar-benar tersi
Malam ini Leon tengah sibuk dengan pekerjaannya, setelah menyempatkan untuk pulang lebih awal. Setelah selesai makan malam di luar dengan istri dan anaknya. Leon langsung mengurung dirinya di ruang kerja. Sedangkan Abel tengah menidurkan Sagara, seperti biasanya. Setelah membuatkan susu untuk putranya, Abel harus membacakan dongeng agara Sagara tertidur. Abel tersenyum tipis saat melihat wajah tampan putranya yang tak jauh beda dengan wajah Leon. Keduanya bagai pinang dibelah dua. "Sayang, rasanya baru kemarin mama ngelahirin kamu tapi sekarang kamu udah besar. Rasanya mama nggak rela kalau kamu cepat dewasa," kekeh Abel. Sagara menggemaskan, selalu ada saja tingkahnya yang membuat Abel tertawa. Abel sangat menyayangi putra semata wayangnya. Abel jadi memikirkan ucapan suaminya tadi pagi, mungkin Sagara sudah saatnya memiliki adik. Abel mengecup dahi putranya cukup lama mengusap kepalanya lembut. Menarik selimut sampai batas lehernya, dengan perlahan Abel kelaur dari kamar putrany
5 tahun kemudianKini Sagara sudah berumur enam tahun dan hari ini hari pertama dia akan mulai masuk ke sekolah barunya. "Mama!" teriakan melengking itu berasal dari seorang anak kecil tampan yang kini sudah duduk di meja makan. Wajahnya terlihat cemberut, melihat papanya yang tengah memeluk mamanya saat ini. Entah mengapa Sagara selalu saja membuat Leon jengkel. Ya, contohnya seperti ini. "Kenapa, Sayang?" Abel tersenyum gemas melihat bibir putranya yang maju beberapa senti. Abel meletakkan susu milik Sagara. "Papa jangan peluk-peluk mama Sagara!" teriak Sagara kesal, lebih kesal lagi saat Leon justru mengejeknya dengan mencium pipi Abel berulang kali. Abel selalu saja dibuat pusing dengan tingkah dua orang ini, anak dan juga suaminya. "Mama kamu istri papa juga, kamu nggak berhak larahf-larang papa buat cium mama." ucap Leon tak mau kalah. Sagara turun dari kursi makannya ia berlari memeluk tubuh Abel erat. "Mama gendong!" dengernya. Abel menghela napas panjang. Membawa tubuh
Sudah hampir setengah jam Leon menunggu Abel yang masih merias diri. Pada akhirnya ia berdecak kesal. "Sayang, kamu ngapain aja sih? Dari tadi nggak keluar-keluar!" kesal Leon. Ia yang memang memiliki kesabaran setipis tisu, Leon paling bengi jika disuruh menunggu. Ia mudah bosan, meskipun kini ada Sagara yang bersamanya. Tetap saja Tuan Muda satu ini merasa jengkel karena Abel tidak kunjung keluar. "Iya sabar dong, Mas. Namanya juga perempuan wajar dong kalau dandanya lama! Aku udah selesai, ayo kita berangkat." Abel keluar dari kamar mereka, wajahnya terlihat berkali-kali lipat lebih cantik. Leon bahkan hampir tidak mengenali istrinya sangking cantiknya Abel saat ini. Gaun hitam yang ia kenalan semakin menambah kesan anggun dalam dirinya. Polesan make up natural yang mampu membuat Abel sekelas dengan artis papan atas. Leon tidak berbohong, istrinya benar-benar sangat cantik. "Yang mau nikah kakak kamu atau kamu sih," cetus Leon. Abel memang cantik justru karena itu Leon tidak me
"Leon, Abel!" Kedua insan itu pun berbalik menatap sosok yang memanggil mereka. Abel tersenyum berbeda dengan Leon yang memutar bola matanya malas. Daniel berlari menghampiri mereka, ia telihat sangat senang saat melihat Sagara dj gendongan Abel. "Kebetulan banget kita ketemu di sini, oh ya gue sekalian aja deh kasih di sini." Daniel memberikan sebuah undangan yang di terima oleh Abel. "Wih, udah mau nikah aja nih kamu. Cepet ya dapatnya Kemarin-kemarin bilangnya masih jomblo dan mau nungguin aku janda!" kekeh Abel. Leon langsung mendelik kesal. "Apaan sih kamu, By!" kesal Leon. Abel tertawa geli begitupun dengan Daniel, pria tengil itu menyengol lengan Leon pelan. "Senyum kek, gue temen lo bukan musuh lo! Gue nggak akan rebut bini lo lagian gue udah punya pacar juga. Jangan lupa datang ke nikahan gue besok." Leon dan Abel sama-sama terkejut mendengarnya. "Lah, besok acaranya?" Daniel mengangguk lalu tak lama seorang gadis mendekat ke arah mereka dan merangkul lengan Daniel mesra
Tak terasa hari berganti minggu dengan begitu cepat, kini usia Baby Sagara sudah satu tahun. Abel semakin aktif mengajak ngobrol putranya, acara Sagar bisa sedikit-sedikit mulai berbicara. Sagara terhitung kurang aktif, dia lebih banyak diam ketimbang bermain seperti bayi pada umumnya. "Sagara, mama pulang!" Abel yang baru selesai belanja bulanan dengan Leon langsung berlari ke arah putranya yang saat ini tengah bermain dengan David. Sagara pun begitu melihat keberadaan Abel, dia seakan ingin segera berlari menemui mamanya. "Mammma," Kedua bola mata Abel membulat ia langsung menjauhkan tubuh putranya darinya menatap lekat ke arah Sagara. "Coba ngomong sekali lagi, Sayang? Ah, Sayang Sagara sudah bisa memanggilku mama!" teriak Abel kesenangan, sampai orang di rumah tersebut langsung berlari ke arahnya. Sungguh itu adalah kata pertama yang Sagara ucapkan. Leon segera mendekat ke arah istri dan anaknya. "Seriusan, By?" tanya Leon. Abel menganggukkan kepalanya mengecup pipi putranya
Leon mimijit pelipisnya yang terasa pusing, setelah hmpir setengah hari ia menghabiskan waktu bergelut dengan pekerjaan kantor. Kini sudah menujukkan pukul satu siang, sudah waktunya ia untuk makan siang. Leon bahkan merasa sangat malas untuk beranjak dari tempatnya berdiri. Pintu yang terbuka tiba-tiba membuat Leon merasa kesal, tanpa menatap ke sang pelaku suara Leon cukup mengintimidasi. "Berani sekali kau masuk ke ruangan saya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu!" kesal Leon. "Oh, maaf aku lupa. Aku ke sini cuma mau bawain kamu makan siang, kalau kamu nggak suka yaudah aku pulang aja!" Leon langsung mengangkat wajahnya saat mendengar suara yang tak asing itu. "Sayang, kamu yang datang. Aku pikir siapa, sini!" ucap Leon sembari menjentikkan tangannya agar Abel mendekat. Wajah Abel terlihat masam karena Leon baru saja memarahi dirinya. "Maafin aku, kalau tahu itu kamu aku nggak akan semarah itu." Leon memeluk tubuh Abel erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya. Leo
ig: nabilaputrii74****Tin Tong Pagi sekali sudah ada yang bertamu di rumah Leon, Abel yang tengah membantu bibi di dapur melenggang keluar untuk membukakannya. "Nona, biarkan saya saja yang membukanya," ucap Bi Darti menghentikan pergerakan Abel. "Tidak apa biar saya saja, Bi. Bibi lanjut memasak saja!" ucap Abel ia keluar melihat dari layar monitor siapa tamu yang datang sepagi ini. Dahi Abel berkerut saat melihat seorang pria dengan setelan casual dan juga kaca mata hitam yang ia kenakan. Wajahnya asing, Abel belum pernah melihatnya. "Apakah dia teman Mas Leon?" pikir Abel. Abel pun membuka pintu rumahnya membuat pria itu tersenyum menurunkan kaca matanya guna melihat wajah Abel lebih jelas. "Wow, cantik sekali!" ucapnya. Dahi Abel berkerut, ia memincingkan matanya menatap pria itu dari atas sampai bawah. "Maaf, masnya cari siapa ya?" tanya Abel. Namun, pria itu hanya diam dan justru melamun sembari memperhatikan dirinya. Abel pun mengibaskan tangannya di depan wajah pria it