“Mau ke mana kalian?” tanya Sovia sambil menatap Sari dengan tajam, “Jangan bilang kamu akan membawa Yusuf dari rumah ini!” tebaknya dengan tersenyum sinis.Sari tampak mundur beberapa langkah dan menaruh anaknya kembali di atas kasur. Lalu ia membalas tatapan Sovia seraya berkata, “Kamu dan Tuan Adam telah merencanakan penculikkan Yusuf.”“Jangan asal menuduh kalau tidak punya bukti?!” jawab Sovia, “Ingat Sari kamu sudah menanda tangani surat penyerahan hak asuh Yusuf.” Wanita itu memberikan peringatan.“Kalian sungguh jahat, aku akan laporkan perbuatanmu ke polisi!” ancam Sari dengan serius.“Lakukan saja! Kamu punya apa bisa melawan kami?” seru Sovia sambil menantang Sari. "Jangan lupa siapa yang telah membayar uang tebusan Yusuf!" Ia kembali mengingatkan."Dasar wanita licik, aku tidak akan tinggal diam!" sahut Sari yang merasa dibodohi.Sari yang sedang emosi dan merasa terjebak segera mendorong tubuh Sovia. Kemudian ia menuju ke kamar Tuan Adam. Sesampai di depan pintu wanita it
Bayu mencoba pintu untuk mendobrak pintu itu, tetapi pintu itu sangat kokoh sekali. Sementara itu Tuan Adam segera berlari kesamping mencari jalan lain, tetapi pintu besi itu juga tergembok.Akhirnya dua orang security dan Kang Asep datang. Tuan Adam segera memerintahkan mereka untuk membantu. Lima orang laki-laki itu kemudian mengambil ancang-ancang dan melakukan pendobrakan secara bersamaan. Akhirnya pintu yang kokoh itu berhasil terbuka.Mereka semua segera menghambur masuk ke dalam dan langsung menuju ke landasan helikopter. Namun, kendaraan udara itu sudah terbang tinggi dan terlihat menjauh."Yusufffff ...!" teriak Sari sambil memangil anaknya yang sudah pergi bersama Sovia. Wanita itu kemudian bersimpuh di atas rerumputan sambil menangis tersedu. Baru saja ia bertemu dengan putranya kini harus berpisah lagi.Tuan Adam segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Sovia, tetapi tidak aktif begitupun dengan pilot helikopter itu."Sovia kenapa kamu lakukan itu?" tanya Tuan Adam y
Sementara itu di dalam sebuah apartemen Mewah. Sovia dan Yusuf sedang berbincang santai. Ternyata wanita itu berhasil menyakinkan Yusuf, kalau mereka akan jalan-jalan."Jadi kita mau naik pesawat lagi, Tante?" tanya Yusuf dengan senangnya.Sambil tersenyum Sovia menjawab, "Iya sayang.""Yusuf mau ibu dan ayah ikut Tante," pinta anak itu dengan manja.Sovia kemudian mengelus kepala Yusuf dan berjanji, "Iya nanti ibu akan menyusul bersama dengan ayah dan om ganteng. Sekarang Yusuf tidur dulu biar besok pagi kita langsung berangkat naik pesawat terbang!" Sambil mengangguk Yusuf kemudian menjawab, "Baik Tante, Yusuf mau tidur sekarang." Bocah itu segera membaringkan tubuhnya dan tidak lama kemudian sudah terlelap, meski terkadang suka gelisah.Ting ... Nong ...!Sovia tampak mengernyitkan dahinya. Ia heran siapakah yang telah mencet bel malam-malam di apartemennya. Sovia berusaha untuk menenangkan diri sambil melangkah ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Sovia mengecek kemera
Hari ini langit Jakarta terlihat mendung. Mentari tampak mengintip di balik awan kelabu yang seolah selalu memeluknya kembali. Setelah mendapatkan perawatan medis, Sari merasa jauh lebih baik. Ia dan Bayu segera menuju ke apartemen. Pada saat yang bersamaan Tuan Adam, Sovia, dan Yusuf juga keluar dari tempat itu dan mereka bertemu di tempat yang lapang. Sovia sedikit terkejut melihat ada Sari di hadapannya, tetapi wanita itu segera terlihat tenang seolah tidak melakukan kesalahan."Ibu," panggil Yusuf yang sedang digendong oleh Tuan Adam.Wajah Sari yang masih terlihat pucat segera tersenyum ketika melihat anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Ia kemudian dan membalas, "Yusuf."Tuan Adam segera berjongkok dan melepaskan Yusuf. Bocah itu segera berlari ke arah Sari yang langsung memeluknya dengan erat."Ibu pasti mau ikut aku terbang naik pesawat ya?" tanya Yusuf sambil menatap wajah ibunya.Sari hanya tersenyum getir menjawabnya. Entah apa maksud Yusuf bertanya demikian yang jelas ia
"Jika kamu pilih Yusuf, maka aku akan kembali kepada Sari karena dia masih istriku, begitupun sebaliknya," jelas Tuan Adam yang membuat Sovia dan Sari tampak tercengang mendengarnya."Jangan membodohiku Al, kamu sudah menjatuhkan talak kepada Sari malam itu!" sergah Sovia yang sudah tahu semuanya. Tuan Adam mengangguk seraya berkata, "Memang benar, tetapi tidak sah karena aku mengatakannya dalam keadaan marah."Malam itu memang Tuan Adam sangat marah karena dipaksa pulang ke Turki untuk dijodohkan dengan Sovia. Ditambah lagi mengetahui Sari hamil, sehingga membuatnya gelap mata dan menyuruh menggugurkan Yusuf. Hal itu dikarenakan Adam tidak mau anak yang dikandung Sari bernasib sama dengannya. Sementara itu Bayu tampak tersenyum karena sudah mengerti jalan pikiran Tuan Adam untuk menghentikan rencana Sovia merebut Yusuf dari tangan Sari. Ia mengakui pria itu memang pintar mengatasi masalah ini.Sovia terlihat menggeleng, tentu dia tidak mau Tuan Adam kembali ke pelukan Sari lagi kar
Mentari selalu datang di setiap pagi hari dan pergi di kala magrib tiba. Seperti itulah kehidupan manusia harus tetap berjalan dengan segala suka dukanya. Begitupun aku mengikhlaskan apa yang telah terjadi di dalam hidupku ini.Semangat, cinta dan air mata bagaikan pelangi mewarnai hari-hariku. Aku kini sudah siap untuk memulai hidup baru bersama Bayu. Rencana untuk mengikat janji suci sudah kami bicarakan dengan serius. Namun, tiba-tiba sebuah musibah menimpa keluargaku, ambu jatuh sakit."Ambu kenapa Jaka, Ningsih?" tanyaku ketika baru pulang dari pasar kepada kedua adikku yang sedang panik di sebelah ambu. "Tidak tahu Teh, tadi tiba-tiba ambu jatuh di depan kamar," jawab Ningsih sambil menangis."Ya sudah ayo cepat bawa Ambu ke rumah sakit!" seruku dengan cemasnya."Baik Teh," sahut Jaka sambil membopong tubuh ambu.Tanpa membuang waktu lagi, kami segera melarikan ambu ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Aku sangat terkejut ketika dokter mengatakan jika ambu ter
Setelah ke pulangannya ke Turki, Tuan Adam menjalani hidupnya dengan tenang bersama Sovia. Ia tidak perlu mengkomsumsi obat untuk bisa tidur lagi, meskipun terkadang dirinya masih rindu kepada Sari dan Yusuf. Namun, ketika Sovia dinyatakan oleh dokter positif hamil rasa itu seolah tergantikan. Al merasa hidupnya bahagia sekali. Akhirnya mereka punya momongan juga setelah hampir tujuh tahun penantian.“Terima kasih ya Allah atas karunia-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku,” ucap Al dengan penuh syukur.Kini perhatian dan kasih sayang Tuan Adam hanya tercurah kepada Sovia. Ia mulai belajar untuk mencintai istrinya dengan sepenuh hati. Hari demi hari berlalu dan mereka sangat bahagia menjalaninya. Apalagi ketika usia kandungan Sovia menginjak tujuh bulan dan di USG Ternyata mereka akan mendapatkan anak berjenis kelamin laki-laki. Kebahagian Al dan Sovia jadi lebih sempurna karena itulah yang diharapkan untuk menjadi pewaris keluarga Al Razi.“Aku sangat bahagia sekali Al,” ungkap Sov
Tuan Adam kembali lagi ke Indonesia. Di mana tertinggal sepenggal hati dan cintanya di negri ini. Tentu kedatangan Al bukan untuk mengharapkan kisah asmara masa lalunya kembali lagi. Akan tetapi, hanya ingin menenangkan diri dari semua masalah pribadinya dengan Sovia. Al langsung menuju ke kantornya yang berada di Jakarta. Tanpa expresi dan senyum pria itu memasuki sebuah ruangan yang mempunyai kepentingan di sana. Tuan Adam membuka pintu ruang kerja Zein tanpa mengetuk terlebih dahulu. “Al, kapan kamu datang?” tanya Zein sambil berdiri menyambut kedatangan Tuan Adam yang tiba-tiba. Tuan Adam tidak membalas sapaan Zein. Pria itu menatap dengan sorot mata yang tajam seolah ingin menerkam mangsanya. Al tampak mengepalkan tangannya dengan keras sambil terus mendekat ke arah Zein."Oh ya, kudengar Sovia sudah melahirkan seorang bayi laki-laki selamat ya,” ucap Zein dengan seulas senyum sambil mengulurkan tangannya.Tanpa banyak bicara Tuan Adam melayangkan sebuah pukulan yang tepat men
"Memakai hijab itu adalah salah satu kewajiban muslimah demi menjaga auratnya. Tapi mengenakan kerudung itu harus berdasarkan keimanan bukan karena sesuatu hal. Misalnya untuk menarik perhatian orang agar terlihat lebih baik," ujar Azza menjelaskan setelah mendengar keinginan Jelita yang mau memakai hijab. Jelita kemudian menegaskan,"Oh seperti itu, jadi kalau hati kita belum mantap sebaiknya jangan berhijab dulu?" "Boleh-boleh saja untuk belajar. Tapi amat disayangkan, kalau kita sudah memakai hijab karena alasan tertentu lalu melepasnya kembali, miris melihatnya," ujar Azza yang juga memberitahu bagaimana sikap seorang muslimah terutama dalam menjaga aurat dan pandangannya. "Ya sudah kalau begitu aku mau belajar sekarang," ujar Jelita dengan antusiasnya. Mendengar itu Azza tampak senang sekali dan mengajak, "Boleh, ayo sini aku ajarkan memakai hijab!" Azza kemudian memilah koleksi hijabnya dan mulai mengajarkan Jelita cara memakainya. "Masya Allah, kamu cantik sekal
"Jelita mana Tante?" tanya Fatih sambil mencari gadis itu dengan kedua mata elangnya. Dengan tetap tenang Tante Windi menjawab, "Ada di kamar sedang istirahat. Duduklah Fatih, sepertinya kita harus bicara!" Fatih segera duduk di sofa berhadapan dengan Tante Windi."Menurut Tante, kamu fokus saja urus perusahaan. Soal Jelita biar Tante yang tangani. Dia sudah dewasa Fatih, jadi sudah berani membangkang dan bisa melakukan perbuatan lebih nekat lagi, kalau terlalu dikekang!" ujar Tante Windi memberikan masukan ketika Fatih datang untuk menjemput Jelita.Fatih tampak berpikir sesaat dan menurut saran dari Tante Windi ada benarnya juga. Dengan tinggal di rumah ini, ia bisa bekerja dengan tenang dan tidak perlu khawatir lagi. "Baiklah, aku setuju Jelita tinggal bersama Tante. Tapi aku akan menambah beberapa orang keamanan lagi," ujar Fatih menyetujui."Oke, demi Jelita kamu boleh memperketat keamanan untuknya!" ujar Tante Windi sambil mengangguk kecil. "Sebelum pulang, aku mau bicara e
"Kamu harus pulang Nak, agar keluarga Jelita tidak cemas!" saran Sari setelah mendengar cerita Jelita.Jelita langsung terlihat sedih dan memohon, "Tolong Bu, izinkan aku menginap beberapa hari lagi!"Sari segera membelai kepala Jelita seraya berkata, "Maaf Nak, ibu dan abi bukan tidak suka kamu menginap di rumah kami. Tapi tanpa izin dari orang tua, kamu akan dianggap hilang. Jadi sebelum mereka lapor polisi sebaiknya kamu pulang dulu. Nanti boleh menginap lagi di sini kapan pun."Jelita tampak menghela napas panjang. Ia mana mungkin diizinkan menginap di rumah orang lain. Keluar dari pintu gerbang rumah saja dilarang. Gadis itu terus berpikir agar bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini. "Ya sudah, boleh aku pinjam telepon, untuk menghubungi mami di rumah?" pinta Jelita yang dijawab anggukan oleh Sari. Setelah dipinjami telepon, Jelita segera menjauh untuk menghubungi keluarganya. Jelita tentu tidak mau merepotkan Yusuf dan keluarganya yang begitu baik. Ia akan pulang dan kemba
Mentari tampak bersinar di ufuk timur. Bunga dan dedaunan terlihat segar dibalur sisa air hujan. Jelita sudah bangun dengan tubuh yang lebih bugar, meskipun kakinya masih terasa pegal akibat lari kemarin. Ia segera membasuh tubuhnya yang terasa lengket, meskipun air cukup dingin. Setelah itu segera memakai celana panjang dan sweater yang dibawakan Azza semalam. Setelah selesai, Azza datang lagi menemui Jelita. Tidak lama kemudian kedua gadis itu segera ke luar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Di mana keluarga Tuan Adam terlihat sedang sarapan bersama. "Jelita kenalkan ini, Ibu, Abi dan Kang Yusuf," ujar Azza memperkenalkan keluarganya. Jelita segera menyalami Sari, sedangkan Tuan Adam dan Yusuf hanya mengatupkan tangan. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Sari sambil tersenyum ramah. "Aku baik-baik saja Bu. Terima kasih, sudah memberikan izin untuk menginap di sini," ucap Jelita yang merasa disambut dengan hangat, padahal mereka baru
Hujan masih mengguyur kawasan puncak. Ketika sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di jalan yang tampak macet. Seorang gadis cantik terlihat ke luar dari kendaraan itu dan berlari ke arah belakang. Tidak lama kemudian disusul oleh pria berbadan besar dan berpakaian rapi. "Tunggu, jangan pergi Non!" seru pria itu sambil mengejar.Gadis itu tampak ketakutan dan terus berlari sekencangnya. Sesekali ia berhenti di belakang kendaraan lain, sambil mengatur nafas dan berharap pria itu tidak mengejarnya lagi. Akan tetapi, doanya tidak terkabul. lelaki itu justru semakin dekat ke arahnya. Sehingga membuat gadis itu jadi kian panik."Pokoknya aku tidak mau kembali ke rumah," lirih gadis itu yang segera kembali berlari dengan nafas yang terengah. Namun, ketika di belakang mobil box Ia sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri. Kini dirinya hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi. Alunan musik terdengar mengalun syahdu dari salah satu mobil sayur. Seorang pria bermata teduh tampak menikmati l
Lelaki sejati.Waktu terus bergulir, tidak terasa usiaku kian menua, raga ini juga mulai sakit-sakitan. Untung aku mempunyai seorang istri yang sangat perhatian sekali. Ia Seorang perempuan hebat yang Allah jodohkan dengan diriku ini yang jauh dari kata sempurna.Selama pernikahan kami tidak pernah sekalipun Sari mengeluh, ia selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan merawatku anak-anak, dan ibuku. Sungguh aku sangat bersyukur karena semenjak kecelakaan 20 tahun yang lalu, seolah Allah memberikan aku kehidupan kedua untuk memperbaiki diri untuk menjadi lelaki sejati.Kini perkebunan sudah dipegang oleh Yusuf, sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan hanya sesekali ke kebun jika Yusuf sedang keteter atau pergi. Aku menjalani sisa hidupku dengan banyak beribadah dan sering ke masjid.Alhamdulillah … aku di percaya menjadi salah satu pengurus. Rasanya begitu damai hati ini banyak melakukan kegiatan di rumah Allah. Sungguh aku tidak pernah merasa hati ini begitu bahagia
Roda kehidupan telah berputar, kini Bayu semakin sukses sebagai pengusaha di bidang otomotif yang memiliki beberapa bengkel di kota tempat tinggalnya. Jika Allah telah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Apalagi Bayu adalah sosok yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.“Aku turut senang Ning, jika sekarang Bayu sudah sukses sebagai pengusaha,” ucap Sari atas keberhasilan adik iparnya itu.“Iya Teh, Alhamdulillah ….” Ningsih bersyukur atas keberhasilan suaminya.“Bayu memang pantas mendapatkan semuanya karena ia adalah lelaki yang baik,” puji Sari sambil mengingat kebaikan Bayu yang tiada terkira kepadanya.Ningsih tampak mengangguk seolah sependapat dengan kakaknya. Lalu ia pun bertanya, “Teteh sendiri bagaimana? Pasti senang sekali ternyata Kang Adam masih hidup dan bisa berkumpul lagi dengan Yusuf.”“Teteh sangat bahagai Ning, ternyata Alllah banyak memberikan rahmat-Nya yang melimpah,” ujar Sari akan karunia yang didapatkannya selama ini.Sementara itu, Ada
Dari kabar yang terdengar, ternyata mobil yang dikemudikan oleh Saba masuk ke jurang ketika dikejar oleh polisi dan suster gadungan itu juga sudah ditangkap. Sementara itu keluarga Al Razi seperti Fatimah dan putranya segera kembali ke Turki setelah menjual semua saham serta aset perusahaan yang berada di Indonesia, kecuali vila.Sebenarnya Adam bisa saja merebut harta warisannya kembali, tetapi tidak mau. Ia ingin hidup sederhana dan bahagia bersama dengan keluarga kecilnya. Setelah situasi sudah aman, Adam kemudian menjemput Yusuf untuk tinggal bersama kembali. “Ibu!” panggil Yusuf sambil berlari kecil ketika melihat Sari di depan teras yang sudah menunggu kepulangan putranya.“Yusuf,” balas Sari sambil melapangkan satu tangan memeluk putra sulungnya itu.“Yusuf kangen sama Ibu,” ungkap bocah itu sambil memeluk Sari dengan erat.Sari segera membalas pelukan Yusuf dan mencium kepala anak itu seraya berkata, “Ibu juga kangen sama kamu sayang.” “Ibu, ini adik siapa?” tanya Yusuf sa
Malam itu hujan turun dengan lebat. Udara pun jadi dingin seolah menggigit tulang. Aku segera menyelimuti tubuh ini rapat-rapat dan mencoba memejamkan mata, tetapi entah mengapa selalu gagal. Tiba-tiba jantungku berdetak sangat cepat. Aku segera menyibak tirai dan melihat hujan masih turun deras.Entah mengapa pikiranku tertuju ke sungai yang berada di bawah sana. Perasaan ini kian gelisah dan berpikir mungkin akan terjadi banjir bandang. Akan tetapi, itu tidak mungkin karena rumahku berada di atas tebing. Untuk menghilangkan kegelisahan hati aku melakukan zikir sampai pagi menjelang.Aku segera membuka pintu, ketika hujan masih turun gerimis. Diriku kemudian berjalan ke halaman rumah untuk melihat aliran sungai. Tiba-tiba pandanganku tertuju kepada sesosok tubuh yang tersangkut di bebatuan. Naluriku untuk menolong pun muncul dan dengan hati-hati menuruni anak tangga menuju ke tepian sungai.Ketika sampai di tempat tujuan, aku segera menarik tubuh itu dengan sekuat tenaga. Lalu memeri