Angel sama sekali tak menyangka dirinya akan bertemu Angkasa di sini. Tasya juga tidak pernah begitu bersyukur atas kedatangan Angel.Tasya mengalihkan pandangannya, sorot matanya memandang Angel dengan dingin. "Nona Angel? Kamu pasti datang untuk menjemput Tuan Angkasa? Atau kalian berencana menghabisiku berdua dan langsung menganiayaku di sini hingga mati?" Dengus Angel dengan kesal. "Aku merasa serba salah, apa salahku pada kalian berdua? Membuat kalian satu persatu datang dan mencari masalah denganku?!" Suara Tasya begitu dingin.Angkasa yang mendengarnya bicara seperti itu kembali berpikir keras, dia pun segera mengelap hidungnya sendiri dan berdiri di samping Tasya. "Kenapa kamu datang ke sini?"Suara Angkasa terdengar lebih sejuk. Melihatnya berdiri di samping Tasya, Angel merasakan bahaya yang begitu besar, persis seperti enam tahun lalu ketika Tasya dan Angkasa bersanding.Hatinya penuh dengan cemburu, tapi melihat Angkasa yang dingin dan tidak sabaran, akhirnya dia hanya bis
"Tidak Angkasa …. bukan begitu, aku benar-benar tidak melakukannya." Angel buru-buru menjelaskan.Dia tidak bisa membiarkan Angkasa tahu sepicik apa dirinya, apalagi sampai membuat Tasya merasa menang. Lagipula, orang itu tidak akan mendukungnya, digigit matipun dia tak akan mengakuinya.Tasya malas menyaksikan sandiwaranya. "Apapun yang sedang kalian perankan, silahkan mainkan itu di rumah! Jika ada keberatan padaku silahkan langsung katakan saja. Tapi, Tuan Angkasa, kuharap kejadian hari ini kamu bisa memberiku penjelasan yang baik. Mohon maaf, aku sedikit lelah, silahkan kalian lanjutkan sendiri," Selesai mengatakannya, Tasya segera mundur dan kembali ke dalam rumah.BRAK!Suara pintu rumah yang tertutup sekaligus membatasinya dan Angkasa yang berada di luar pintu.Angkasa yang tidak siap itu hampir saja terdorong oleh pintu itu, tanpa sadar dia mundur selangkah untuk menghindarinya. Namun ia tak melihat tangga di belakangnya, begitu kakinya menginjak udara, dia langsung jatuh terg
Enam tahun yang lalu pria itu setelah mengkhianatinya, mengkhianati pernikahan mereka! Ketika memancing Angel, dia pasti tidak sedingin sekarang.Tasya masih ingat ketika bertemu dengan mereka di rumah sakit, Angkasa begitu memperhatikan Angel, ekspresinya begitu gembira ketika mengetahui Angel mengandung. Sampai saat ini, dia bisa membuang begitu saja wanita yang disukainya, kalau begitu dia yang pernah menjadi istrinya itu punya posisi apa di hatinya?Mungkin …. sejak awal Tasya telah salah, tidak seharusnya dia mencintai pria itu. Dia memang berdarah dingin, batu yang tidak bisa diganggu gugat. Meskipun sudah tahu hal ini dari awal, tapi hati Tasya tetap mencintainya.Penderitaan yang dialaminya enam tahun yang lalu kembali berputar dalam pikirannya, api yang berkobar ditambah dengan suara pengawal yang dingin dari luar, yang mengatakan bahwa ini adalah perintah Angkasa! Sampai saat ini, dia masih dapat merasakan keputusasaan yang menggerogoti raganya.Pria seperti itu, satu-satuny
"Bodoh, kamu sendiri tahu, yang kuinginkan bukanlah terima kasihmu. Segera beritahu aku kalau kamu butuh bantuan. Zayn lumayan nakal, kalau dia menghambat rencanamu, aku akan mengirim orang untuk menjemputnya pulang!""Tidak perlu, keberadaan Zayn justru memberiku motivasi. Dia disini baik-baik saja, tenanglah …. ditambah lagi, Angkasa cepat atau lambat akan tahu keberadaan Zayn," ujarnya dengan tenang "Justru, jika menghindarinya bukan sebuah solusi, asalkan dia sejak awal telah memutuskan bahwa Zayn bukan anaknya, maka Zayn akan aman."Kata-kata Tasya membuat Khiar kehilangan kata-kata. "Aku akan mendukung apapun yang kamu lakukan.""Terima kasih, Khiar. Hanya saja, hari ini kecurigaannya padaku cukup besar, untung saja aku cepat tanggap, aku berencana membuang bekas luka bakarku, apa kamu tahu siapa yang bisa dipercaya?" Begitu Tasya teringat akan Angkasa yang baru datang tanpa terkendali, hatinya sedikit takut.Kali ini bisa menghindarinya, tapi bagaimana dengan lain kali?Kalau i
Setelah satu jam berlalu, Tasya akhirnya bertemu dengan Dokter tersebut di desa Arjasari."Apakah Anda Dokter Wade? Aku datang kemari karena Khiar," ucap Tasya.Mendengar Khiar yang mengenalkan tempat itu padanya, dokter itu bersikap begitu hormat pada Tasya. "Ahh …. Khiar telah memberitahuku semuanya, jika memang begitu, bisa kita mulai."Tasya berbaring di atas kasur, menahan jarum-jarum kecil yang menusuk-nusuk kulitnya, dan sekali lagi dia kembali pada ingatannya tentang kebakaran enam tahun yang lalu. Begitu panas, begitu membuat orang putus asa!Sekujur tubuhnya bermandikan keringat dan darah, namun dia mengertakkan giginya dengan erat, tanpa berkata apapun sampai selesai.Pekerjaan itu memakan waktu cukup lama, namun Tasya tetap bertahan meskipun di tengah-tengah fia merasa pusing. Bahkan, dokter itu pun khawatir melihatnya yang pucat pasi. Tapi, Tasya tetap memintanya meneruskan pekerjaannya.Ketika sudah selesai, seluruh tubuhnya terasa lemas, setelah beristirahat sejenak bar
Adelia segera membalikkan badan, dia melihat Zayn yang membuka pakaian Tasya, melihat bekas operasi yang terlihat masih baru di tubuhnya.'Mama …. sebenarnya apa yang terjadi?' Zayn tidak mengerti, dia hanya menyipitkan matanya. "Aku harus mencari tahu kenapa Mama melakukan operasi!"Ekspresi Zayn yang menyipitkan matanya itu sangat mirip dengan Angkasa, membuat Adelia menghela napas. Namun, itu justru membuat Zayn tersadar dari pikirannya sendiri. "Tante Adelia?""Mamamu sekarang sudah tidak apa-apa, jangan khawatir lagi, ya .… Aku akan membeli makanan, kamu jangan kemana-mana," ucapnya membelai rambut bocah itu. "Malam ini aku akan menginap di sini untuk menjaga Mamamu, sebentar lagi aku akan mengantarmu pulang, apa kamu tidak takut dirumah sendirian?" Sambil Adelia mengelus kepala Zayn, hatinya timbul secercah rasa sayang.Anak ini meskipun kecil tapi banyak cerdas, banyak ide. Tapi, bagaimanapun juga dia adalah anak kecil. Melihat Mamanya sedang dalam bahaya, tak urung dia pasti m
Untuk satu hal ini Zayn tak mengerti, tapi dia tidak tahan melihat orang lain menyiksa ibunya, apalagi Angkasa! Sepertinya pelajaran yang diberikannya pada Angkasa tidak cukup.Bibir Zayn mengembang, dia ingin melakukan sesuatu, tapi tiba-tiba teringat akan kejadian lalu di mana dia hampir ketahuan. Akhirnya dia berpikir sejenak, lalu menutup komputer. Bocah kecil itu mengeluarkan ponsel, mencari nomor telepon David yang baru hari ini dimintanya, lalu segera meneleponnya."Halo, siapa ini?" Suara manja kekanak-kanakan dari seberang sana terdengar.Zayn menjawab dengan dingin. "Ini aku, Zayn.""Zayn? Kamu meneleponku! Bagus sekali! Apa kamu sudah berniat untuk berteman denganku?" David langsung melompat kegirangan.Karena dia adalah cucu sulung dari keluarga Angkasa, maka semua orang begitu menghormatinya, tidak ada yang berani berteman dengannya. Hanya satu, Zayn yang hari ini baru masuk pertama kali, dia yang berani berebut barang dengannya. Bahkan, Zayn tidak menjaga sikap di depann
Adelia menatap Tasya dengan kebingungan. 'Apa yang akan kamu lakukan sebenarnya?'Dia ingin Tasya menyelesaikannya secara adil, tapi siapa pihak lawannya itu? Lawannya adalah Angkasa! Seorang Tuan Muda di Bandung, Konglomerat di kota ini.Hanya dengan menghentakkan kaki saja, dia bisa membuat orang di kota ini ketar-ketir, apa yang bisa dilakukan oleh rakyat biasa seperti dirinya ini? Yang bisa dilakukannya untuk Tasya hanyalah sebuah tempat tinggal, sebisa mungkin menutupi permasalahan ini untuk membantunya.Adelia bisa merasakannya, kali ini Tasya memiliki rencana tersendiri dalam kepulangannya, bahkan mungkin ada sesuatu yang akan dilakukannya. Tapi, Tasya tidak mengatakannya padanya, dia juga tidak enak bertanya. Sampai saat ini ketika dia melihat Tasya yang begitu kesakitan, Adelia merasa sedih yang tak dapat diungkapkan.Susah payah dia menenangkan Tasya, namun air mata terus mengalir dari matanya tanpa henti. Tasya tidak berhenti mengigau, tidak berhenti berkata dan terus meman
"Tuan Angkasa!" Ethan menerobos pintu kamar dengan terburu-buru. "Tuan, aku mendapatkannya!"Ethan berlari mendekati Angkasa sembari memberikan secarik kertas kepada Angkasa. Melihat kertas itu, raut wajah Angkasa berubah, dia terlihat sangat gembira dan berkata. "Bagus! Bagus sekali! Tapi, kenapa orang ini tidak menginginkan imbalan sama sekali? Siapa dia?!"Pertanyaan itu membuat Ethan tertegun, dia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata. "Aku tidak tahu, Tuan, pria itu tidak ingin memberikan identitasnya, dia hanya menelpon dan ingin memberikan ginjalnya kepada Putri, namun, siapakah Putri?""Nanti aku jelaskan, untuk sekarang jangan banyak bertanya!" Angkasa mengerutkan keningnya, dia terus berpikir namun tidak menemukan jawaban apapun. Kemudian dia berkata, "Apakah dia mau datang ke rumah sakit?"Ethan terkejut, dia tidak berani bertanya lebih banyak lagi dan berkata. "Ya, tapi dia tidak ingin bertemu denganmu, dia hanya berkata 'Jika menginginkan Putri selamat, jangan mencari
Melihat ibu dan putranya yang sama-sama menangis, membuat Ethan merasa sedih. Da melangkahkan kakinya dan berkata, "Nyonya, Tuan Muda, Tuan Angkasa telah memperhatikan kalian selama ini. Enam tahun yang lalu, saat tubuh Nyonya tidak ditemukan, Tuan Angkasa tidak mengizinkan siapa pun untuk membangun makam untuk Anda. Dia bersikeras mengatakan bahwa jika tubuh istrinya tidak ditemukan, itu berarti istrinya masih hidup. Selama enam tahun terakhir, Tuan Angkasa telah mengubah dirinya menjadi sebuah mesin yang bekerja tanpa henti seperti robot," Ethan menghela nafas panjang. "Tak ada kesedihan, kegembiraan, maupun kebahagiaan. Meskipun dia membawa Nona Angelina ke rumah Keluarga Wijaya, dia juga merawat dan memperhatikan Tuan Muda Kedua dan ibunya. Meskipun demi mengembalikan identitas dan perkembangan Tuan Muda Kedua, tapi Tuan Angkasa sama sekali tak ada perasaan khusus kepada Nona Angelina."Ethan terdiam beberapa saat, kemudian melanjutkan. "Tuan Angkasa bahkan tidak membiarkan Nona A
Tasya menepis keraguannya, kemudian mendengar rekaman itu.[Angkasa, kamu sungguh keji! Tasya, kamu brengsek! Apakah kamu tidak melihatku di matamu, selama wanita ini ada? Aku kembali enam tahun yang lalu untuk mendapat status sebagai Nyonya Wijaya?! Angkasa, apakah kamusungguh-sungguh tak tahu? Aku melahirkan David untuk bisa bersamamu. Tapi, mengapa hanya ada Tasya di hatimu? Itu kejadian enam tahun yang lalu, dan enam tahun kemudian juga masih seperti itu! Kamu yang memaksaku, Angkasa, kamu memaksaku!][Enam tahun lalu, aku menyuruh seseorang membakar Tasya hingga mati. Enam tahun kemudian, bahkan aku juga membuat hidup Tasya jauh lebih buruk!]Saat dia mendengar apa yang dikatakan Angelina, ekspresi wajahnya mendadak berubah. Ternyata kebakaran enam tahun lalu diatur oleh Angelina! Dengan kata lain, Angkasa benar-benar tidak tahu apa-apa pada saat itu.Apakah justru dia yang selalu menyalahkan Angkasa? Meskipun Tasya sudah mulai percaya kepada Angkasa, tapi ketika bukti sudah ada
Zayn rasanya ingin sekali menghajar Decky, tapi Ethan lebih cepat darinya. Saat Angkasa melangkah mundur, dia langsung meninju mata pria itu. Decky merasa kepalanya pusing. Ethan memelintir lengannya tepat di belakangnya dan mengambil alih kembali.Ethan menendang tempurung lutut Decky dan berkata dengan dingin, "Decky, siapa yang mengajarimu keahlian ini? Kamu sungguh tak tahu berterima kasih karena hari ini kamu berurusan dengan Tuan Angkasa. Apakah kamu tidak punya hati?"Decky tahu bahwa dia sudah kalah, dia tidak bisa berjuang lebih jauh lagi. Namun, dia berpikir, 'Apakah Kokom sudah membuangku saat ini?'Decky tidak tahu dan tidak berani bertanya, dia hanya berharap Kokom bisa melarikan diri dari dunia ini. Meskipun kemungkinannya sangat rendah, memiliki harapan masih lebih baik daripada tak punya harapan.Dimas yang berada di luar juga bergerak cepat. Dia sudah berurusan dengan tim di bagian depan dan segera berkumpul menuju ke tempat Angkasa berada."Angkasa, Zayn!" Tasya berl
Saat Kokom melihat Angkasa, mereka berdua bingung. Dia menarik Decky, kemudian berbalik dan pergi. Namun dia mendengar Angkasa berkata dengan nada dingin, "Kalian kira kalian bisa pergi ke mana? Salon ini dikepung oleh orang-orangku. Apa kalian yakin kalian bisa kabur?"Decky langsung menghentikan langkahnya saat itu juga. Sebenarnya, Angkasa bisa dianggap sebagai penyelamatnya. Dalam Keluarga Wijaya, selama ini Angkasa sangat baik kepadanya, tapi ... Decky menghentikan langkahnya dan memandang Angkasa.Dia merendahkan suaranya dan berkata, "Tuan Angkasa ... Kupikir Anda meninggal dalam kebakaran enam tahun yang lalu. Ternyata aku sangat naif. Anda melewati hidup Anda dengan baik saat ini. Tapi Tasya telah berubah karena kebakaran itu. Dapatkah Anda memberi tahu saya apa yang terjadi kemudian?"Wajah Angkasa berubah menjadi dingin, raut wajahnya tak sebaik sebelumnya.Decky tahu bahwa persahabatannya dengan Tuannya, Angkasa dan asisten rumah tangganya, telah memburuk sejak enam tahun
Decky buru-buru kembali. Saat dia melihat seseorang membuat keributan, dia merasa sedikit gugup. Namun, dia tak berani tinggal di situ dan segera berbaur dengan kerumunan orang yang berjalan ke arahnya.Sebelum Angelina keluar, Decky ditarik seseorang begitu dia melalui pintu."Siapa?" Decky sangat waspada."Ini aku, Kokom." Mata Kokom hanya dibalut secara sederhana, tapi luka itu masih terasa sakit.Melihat kondisi Kokom, Decky menjadi makin khawatir. "Bagaimana kamu bisa jadi seperti ini?""Bocah ingusan itu! Kami semua membenci anak itu. Decky, dengarkan aku. Zayn kabur. Meskipun aku tahu dia masih di salon kecantikan ini, tapi aku sangat kesal dan tidak tenang. Bukan suatu kebetulan jika seseorang membuat masalah di luar tanpa alasan. Kemungkinan kita semua akan terlibat!" Ujarnya dengan panik. "Dengarkan aku. Jangan menemui Angelina sekarang. Ayo kita pergi. Aku khawatir orang-orang Angkasa ada di luar sekarang. Ketika kita ingin lari, kita sudah tidak bisa lari lagi." Kokom berk
Tangan Angkasa gemetar. Ketika Tasya mendengarnya, fia dengan cepat mendekati Angkasa. Ketika dia melihat deretan kode di ponsel Angkasa, dia bertanya dengan bingung, "Di mana ini? Mengapa semuanya begitu acak?"Angkasa dengan bangga berkata, "Anak kita sungguh genius! Ini adalah kode jaringan antara dia dan aku. Zayn telah memberi tahu aku lokasi tepatnya. Ethan, beri aku alat pelacak lokasi."Karena Ethan tahu teknologi komputer Zayn, sehingga dia tidak meragukannya lagi. Ethan menyerahkan alat pelacak lokasi kepada Angkasa. Angkasa mencari sesuai dengan posisi yang diberikan oleh Zayn, dan akhirnya lokasinya terlacak di sebuah kamar di lantai pertama barat laut sebuah salon kecantikan."Di sana! Zayn ada di salon itu! Tunjukkan padaku bagaimana cara masuk ke lubang ventilasi. Yang lain bekerja sama dengan Tasya. Ethan, suruh Agung untuk menutup jaringan internet. Semua orang yang berada di luar, hari ini, tak peduli siapa yang ada di dalam sana, aku tak akan membiarkannya kabur!""
Setelah Zayn bersembunyi di bawah tempat tidur di ruang VIP, dia tiba-tiba melihat sebuah lubang kecil yang didalamnya terdapat kamera. Dia tidak mengerti mengapa benda itu ada di sana, tetapi baginya, itu merupakan kesempatan.Zayn tersenyum tipis. Dengan cepat, dia melihat ke arah kamera, dan menemukan bahwa ini hanyalah mesin yang terhubung, dan ada mesin kontrol utama di luar untuk mengendalikannya.'Bagaimana aku bisa melewati semuanya di sini?' Zayn merasa bahwa ini agak merepotkan.Jika dia mematikan kamera ini, pasti akan menarik perhatian semua orang, sekaligus memberitahu semua orang bahwa dia ada di sini. Zayn menjulurkan kepalanya dan melihat ke arah kamar mandi. Orang di dalamnya masih mandi dan bahkan tidak memperhatikan dia masuk.Zayn pelan-pelan merangkak ke luar, mencari saklar listrik, tapi dia tidak bisa menemukannya. Dia tiba-tiba menyadari bahwa saklar biasanya ada di luar, dan dia akan tertangkap jika dia keluar.'Bagaimana aku bisa mematikan listrik untuk semen
Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan nada marah, "Salon kecantikan macam apa ini? Kalian mengintimidasiku seperti orang asing? Baiklah! Di seluruh Bandung, tak hanya ada salon kecantikan ini saja. Kamu benar-benar menganggap dirimu sampah. Aku tak perlu membuang waktuku di sini."Setelah berkata demikian, Tasya menendang kursi, mengambil tas miliknya, dan meninggalkan salon kecantikan itu. Pelayan itu tidak menahan kepergian Tasya, tapi dia merasa lega."Pergi dan periksalah. Apakah orang-orang di belakang sudah menemukan si kecil brengsek itu? Sekarang, pasanglah tanda di luar untuk menutup toko. Jangan biarkan seorang pun masuk lagi, atau sesuatu akan terjadi." Seorang Manajer salon kecantikan itu berkata dengan tenang.Para pelayan lainnya melakukan titahnya dengan cepat.Tasya memperhatikan bahwa saat dia keluar, para pelayan salon kecantikan itu tiba-tiba menggantung tanda 'TUTUP'.Tiba-tiba, dia merasa dugaannya semakin kuat. Saat Angkasa melihat Tasya keluar, di