Sesampainya di rumah yang dulu, pak Sukiman beserta ibu menyambut kedatangan Namira dan ayah Altezza.Namira yang masih sering berkomunikasi dengan bu Sukiman memberitahu kalau dia dan Reyshaka akan bercerai sekaligus mengatakan rencananya untuk kembali ke rumah.Tanpa diminta dan tanpa ijin, bu Sukiman membersihkan rumah Namira agar Namira dan ayah Altezza nyaman ketika pertama kali masuk ke rumahnya lagi.“Bu … ini Ibu yang bersihin ya?” Bu Sukiman menganggukan kepala. “Biar kalian nyaman.” “Mira jadi enggak enak hati.” Namira mengesah.“Kaya sama siapa aja.” Namira memeluk bu Sukiman dari samping yang kemudian tersenyum.“Terimakasih, Bu …,” ucap Namira tulus.“Mir ….” Pak Sukiman yang baru saja keluar dari kamar ayah tampak cemas raut wajahnya.“Kamu harus jagain ayah kamu ya, jangan sering ditinggal.” Pak Sukiman berpesan.“Memangnya ayah kenapa, Pak?” tanya Namira panik.“Ayah kamu bengkok lagi bibirnya, tadi ngomongnya enggak jelas lagi … ayah kamu udah cerita semua sama Bap
Hati Venus semakin sedih melihat perubahan sikap Reyshaka yang dingin dan jadi pendiam.Sang putra seperti kehilangan kebahagiaannya karena diliputi dendam.Venus dan Archio juga belum bicara banyak dengan Reyshaka karena sang putra selalu pergi pagi pulang malam, mereka jadi segan untuk mengajaknya mengobrol.Kebetulan saat ini Reyshaka memang tengah disibukkan oleh tender di Lombok yang baru akan dimulai.“Aku pergi, Bun.” Reyshaka mengecup punggung tangan Venus tidak lupa mengecup kening beliau lembut.Setelah sarapan pagi tadi sengaja Venus mengantar Reyshaka hingga teras depan dan Archio mengikuti mereka.“Iya sayang … hari ini Bunda sama ayah mau ke Bandung ya, mungkin beberapa hari di sana sebelum kembali ke Surabaya.”“Iya Bun, hati- hati ya … salam sama aki, nini dan Amara.” Reyshaka berpesan setelah itu dia beralih kepada Archio yang sudah berada di belakangnya.“Pergi dulu ya, Yah!” Reyshaka pamit.“Ya, hati-hati …,“ balas sang ayah.Venus mengembuskan napas panjang sepenin
Altezza harus dirawat di ruang ICU setelah kemarin malam terjatuh di kamar mandi dan dilarikan ke rumah sakit.Namira sampai meminta tolong kepada bapak dan ibu Sukiman, beruntungnya tetangga baik hati itu bersedia membantu.“Kamu pulang aja, biar Bapak di sini yang menunggu ayah kamu … kasian janin yang ada di dalam perut kamu, Mira.” Mana bisa Namira melimpahkan kewajibannya kepada pak Sukiman jadi dia menolak.“Bapak sama Ibu pulang aja, Mira yang akan menunggui ayah kalau-kalau nanti perawat membutuhkan Mira.” “Mir, kamu anggap kami apa? Kami juga keluarga kamu … Bapak bisa menggantikan kamu … kamu jangan sungkan, kamu harus memikirkan kondisi kamu dan bayi kamu.” Pak Sukiman bicara dengan nada tegas.Bu Sukiman mengusap pundak Namira. “Benar kata bapak, kita pulang ya? Kamu harus istirahat … tadi malam kamu sudah menunggui ayah kamu di sini … besok siang kita ke sini lagi.”Namira menoleh pada jendela kaca ruang ICU, dia bisa melihat ayahnya terbaring dengan mata terpejam dan m
Tok … Tok …Tok …“Masuk!” Reyshaka berseru dengan tatapan masih tertuju pada layar komputernya.“Selamat siang Pak Rey,” sapa pak Rudi yang kemudian masuk dengan sungkan.“Eh … Pak Rudi, ada apa Pak?” Sekarang Reyshaka memfokuskan perhatiannya kepada pengganti Doni itu.“Mau mengabarkan kalau rumah Pak Rey dan bu Namira sudah selesai, sudah bisa ditempati,” kata Pak Rudi setelah duduk di depan Reyshaka.Ekspresi wajah Reyshaka mengeras, dia menatap pak Rudi tajam membuat pak Rudi tersadar kalau mungkin ucapannya keliru.“Oh … maaf kalau saya salah mengira, Pak … karena hampir setiap hari telinga saya dicocoki dengan gosip yang menyebutkan kalau bu Namira adalah istri dari Pak Rey.” Reyshaka tidak berani menunjukkan kekesalannya kepada pak Rudi yang merupakan teman seperjuangan ayah Archio dalam membangun Mars Byantara Group di Jakarta.Dan lagi dirinya memang salah, pernah bersikap seolah-olah ingin menunjukkan kalau Namira adalah miliknya dengan menggenggam tangan Namira di depan
Tadi malam Reyshaka pulang larut sekali jadi bunda Venus dan ayah Archio tidak bisa bercerita mengenai pertemuan mereka dengan Namira.Kemarin, Namira memohon agar bunda Venus dan ayah Archio tidak memberitahu mengenai kehamilannya. Tapi menurut mereka, Reyshaka justru harus tahu kalau ada darah dagingnya sedang berjuang hidup di dalam perut Namira.Semoga saja kehadiran anak itu bisa meluluhkan hati Reyshaka.Dan pagi ini, akhirnya mereka bisa bertemu di meja makan saat sarapan pagi.“Khalis ….”Sorot mata Reyshaka tampak tajam tatkala mendongak menatap sang bunda yang memanggil namanya dengan sebutan yang sekarang paling dia benci.“Rey … maksud bunda, Rey ….” Bunda Venus meralat buru-buru membuat raut wajah Reyshaka melembut.“Kenapa, Bun?” tanyanya dengan nada rendah bersahabat.“Anter bunda sama ayah ke rumah Mistia ya … hari ini ada acara baby shower, usia kandungan Mistia sudah tujuh bulan.” Reyshaka menganggukan kepala. “Iya, Bun.” Dia menyanggupi.Biasanya akan ada Dandi di
Tubuh Namira menopang seluruhnya pada Reyshaka yang memeluknya erat bersama usapan lembut di kepala dan punggung.Dengan sabar Reyshaka menunggu hingga tangis Namira mereda tanpa sekalipun dia meminta untuk berhenti.Reyshaka ingin Namira meluapkan segala sedih dan gundah di dada yang selama ini dia pendam sendiri.Dan ketika sudah tidak terdengar isakan, Reyshaka menuntun Namira ke sofa tanpa melepaskan pelukan.Sampai mereka sudah duduk pun, Reyshaka tidak berhenti memeluk Namira.“Mas … udah enggak marah sama aku, kan?” Namira bertanya takut-takut.Dia menjauhkan kepalanya dari pundak Reyshaka karena tidak mendapat respon.“Mas … aku minta maaf, aku memang udah tahu kalau Mas adalah anak dari wanita yang pernah ayah nodai secara paksa … salah satu alasan kenapa aku memilih mengikuti ancaman pak Rivan untuk keluar dari Mars Byantara Group adalah agar kita enggak perlu bertemu lagi … anggap aja aku udah menanggung dosa ayah … karma dibayar lunas ….” Namira menjeda untuk mengusap air
Malam beranjak larut tapi tidak ada tanda-tanda Reyshaka akan pulang. Reyshaka masih betah karena pundaknya menjadi sandaran kepala sang istri sementara tangan besarnya mengusap perut Namira lembut.Mereka berdua tengah menikmati tontonan ajang pencarian bakat penyanyi berirama.“Kamu enggak ngidam ingin makan apa gitu?” Reyshaka mengecup kepala Namira setelah melontarkan pertanyaan tersebut.Dia ingat ucapan suaminya Mistia kalau ibu hamil itu pasti ngidam.“Kalau makanan enggak sih, Mas … tapi aku kok ingin perut aku diusap-usap sama penyanyi pria itu ya, Mas?” Namira menunjuk layar televisi di mana salah satu peserta pria ajang pencarian bakat sedang menyanyikan sebuah lagu.Raut wajah Reyshaka berubah kaku dengan rahang mengeras.Namira menyengir lucu agar suaminya tidak marah sebab tahu Reyshaka sedang cemburu.“Enggak ada ngidam yang lain?” Reyshaka bertanya sekaligus menawarkan.“Enggak … aku maunya perut aku diusap-usap dia, Mas.” Namira merengek.“Cari ngidam yang lain ya s
“Mas … kayanya aku enggak usah ikut deh, banyak dari keluarga Mas ‘kan enggak suka aku … apalagi Salsa hadir juga di acara itu.” Namira berujar takut-takut dengan suara rendah saat masuk ke ruang kerja suaminya di rumah mereka sembari membawa satu mug teh hangat.Besok adalah acara pernikahan salah satu sepupu Reyshaka dari pihak ayahnya yang akan dilangsungkan di sebuah hotel mewah di Jakarta.Kebetulan sepupu Reyshaka ini juga sepupunya Salsabila.Reyshaka paling tidak suka kalau Namira merasa rendah diri karena baginya Namira sangat berharga.Namira meletakan mug berisi teh manis hangat di atas meja Reyshaka.Dia lantas menunduk saat melihat tatapan Reyshaka yang menunjukkan protes.“Terus aku nanti sama siapa?” Reyshaka membalas dengan nada suara bersahabat.“Sama ayah, bunda, Amara dan Zaviya.” Namira mendapat kabar dari Amara kalau mereka sudah berada di Jakarta.Reyshaka menyesap teh manis buatan istrinya lantas termenung.“Kalau nanti di sana aku ketemu Salsa gimana?” pancing
Ayah Archio sudah sampai di Jakarta, beliau bermaksud menjemput Zaviya yang kabur ke rumah Reyshaka.Selama kabur itu, bunda Venus meng-handle semua urusan yang menyangkut restoran kelolaan Zaviya.Ayah jadi tidak memiliki banyak waktu dengan sang istri tercinta karena kesibukannya itu.Sampai di rumah saat hari sudah malam, bunda Venus pasti minta dipijat sampai ketiduran padahal ayah Archio ingin bermanja-manja.Jadi Zaviya harus pulang agar bisa menyelesaikan urusan restoran sebelum akhirnya nanti akan diserahkan kepada seseorang yang mereka rekrut untuk dikelola karena ayah Archio sudah memutuskan untuk menjodohkan Zaviya dengan anak dari sahabatnya semasa sekolah dulu.Ayah Archio datang ke Jakarta tanpa bunda Venus, beliau dijemput supir setibanya di Bandara Soekarno-Hatta.“Langsung ke rumah ya, Pak?” Sang driver memastikan karena siapa tahu beliau ingin ke kantor dulu.“Antar saya ke Sofia at The Gunawarman ya, Pak!” “Baik, Pak!” Ayah Archio memiliki janji temu dengan sahaba
Semenjak Namira dinyatakan mengandung, Janu sudah tidak mau lagi menyusu secara langsung dari dada Namira.Dengan berat hati Namira mengganti kebutuhan gizi yang terdapat pada ASI untuk Janu dengan susu formula.Sebagai ibu, hati Namira sedih karena harus mengorbankan ASI eksclusive Janu yang semestinya sampai dua tahun.Untuk urusan anak, Namira akan selalu melow.Siang ini tiba- tiba Reyshaka pulang ke rumah untuk makan siang tanpa sepengetahuan Namira karena kebetulan dari pagi, pria otu berada di proyek yang jaraknya tidak jauh dari rumah.“Istri saya mana, Bi?” Reyshaka bertanya pada bi Sum.“Di kamar den Janu, Pak.” Reyshaka langsung menuju ke sana.Sekarang Janu memiliki kamar sendiri, kamar yang sudah dipersiapkan Namira sebelum dia lahir.Reyshaka mendorong pintu bercat putih itu dan mendapati Janu yang sedang menyusu dari dot tengah dipangku Namira di sofa santai.Janu tidak tidur justru malah bundanya yang tertidur dengan kepala ditopang tangan yang menumpu pada sandaran t
Namira menegakan punggung, menekan flush lalu keluar dari bilik toilet yang belum sempat dia tutup pintunya.Saat tubuhnya berbalik dan hendak melangkah menuju wastafel untuk berkumur, dia melihat Salsabila dan sepupu perempuan Reyshaka bernama Chika.Namira tahu kalau Chika tidak menyukainya dan gadis itu berhubungan baik dengan Salsabila, dia jadi merasa terkepung.Setelah netra mereka bertiga sempat bertemu melalui pantulan cermin wastafel, Namira memutusnya kemudian melangkah pelan menuju wastafel tanpa menyapa.Untuk apa? Namira sadar diri dan tahu percis kalau Salsabila membencinya.Posisi mereka saat ini adalah Namira berada di tengah sedangkan Salsabila dan Chika berada di kanan dan kirinya.Namira lalu berkumur sementara Salsabila dan Chika sedang mencuci tangan.Mereka menggunakan masing-masing wastafel.Namira merasakan Salsabila dan Chika melirik sinis ke arahnya tapi dia berusaha menghiraukan.Sayangnya mual itu terasa lagi, Namira mencoba memuntahkannya namun sudah tida
Akhirnya pesta pernikahan Amara dan Javas akan dilangsungkan.Setelah sempat mereka bertengkar hebat dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan namun semua itu hanyalah cobaan sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih serius karena nyatanya cinta Amara dan Javas terlalu dalam sampai tidak mampu saling melepaskan.Pernikahan tersebut digelar di Kota Bandung, Amara cinta sekali dengan kota kelahiran bundanya itu sampai mendalami budayanya dan pandai menggunakan bahasa daerah yang disebut bahasa Sunda.Akad nikah dilakukan di tengah hutan pinus yang disulap menjadi sebuah venue dengan dekorasi bunga hidup.Namira yang saat itu menginap di rumah aki dan nini sibuk menyiapkan keperluan suami dan anaknya semenjak pagi sekali.Sampai dia sendiri belum selesai berdandan saat orang-orang sudah siap untuk berangkat ke venue.“Loh … Nami mana?” Bunda yang sudah sangat cantik seperti mempelai pengantin wanita pun bertanya.“Masih dandan, Bunda dan yang lain duluan aja … nanti kami menyusul.” “
Semenjak menjadi nyonya Byantara, Namira yang dulu hanyalah karyawan biasa di Mars Byantara Group sekarang sangat dihormati.Pak Arief saja sampai menganggukan sedikit kepalanya saat menyapa Namira yang baru turun dari mobil sambil menggendong Janu sementara Reyshaka tengah sibuk menurunkan koper dan tas keperluan Janu bersama driver.“Apa kabar Bu Mira.” “Baik, Pak Arief apa kabar?” Namira balas menyapa.“Baik … baik, Bu.” Namira beralih pada Rudi yang ikut juga ke Bali hari ini.Lalu Dimas yang raut wajahnya tampak sendu tidak bergairah semenjak Mala dipindah ke Surabaya.“Kenapa mukanya Pak Dimas,” tegur Namira bercanda.Dimas mengembuskan napas panjang dengan ekspresi nelangsa tapi meraih tangan Janu yang kemudian dia gerak-gerakan.“Percuma punya sohib istri CEO tapi waktu Mala dimutasi enggak bisa bantuin.” Dimas sedang bersarkasme.Namira tertawa renyah mendengarnya. “Yang CEO ‘kan pak Rey bukan aku ….” Dimas mendelik pura-pura sebal, mengulurkan kedua tangan untuk menggendo
Merasa kalau dirinya telah lama tinggal di Bandung meski lahir di Jakarta, Amara memutuskan untuk menganggap dirinya adalah orang Bandung terlebih pertemuannya dengan Javas untuk pertama kali terjadi di kota Kembang jadi acara pertunangannya dengan Javas pun—Amara menginginkan diadakan di Bandung.Tepatnya acara tersebut akan berlangsung di sebuah Cafe yang berada di Punclut yang memadukan tema alam, estetika dan kuliner.Hanya keluarga dekat yang diundang agar acara berjalan dengan khidmat dan intim.Jangan tanya kenapa acaranya tidak diadakan di rumah aki nini yang luas apalagi setelah direnovasi dengan sentuhan gaya arsitektur ayah Archio.Jawabannya adalah karena Amara berani menolak dan mengungkapkan keinginannya.Dia juga melarang aki dan nini membuat pesta besar dengan mengundang wayang golek.Amara memutar otak agar alasan-alasannya dimengerti oleh aki dan nini, kebetulan mereka sudah sepuh jadi tidak memiliki tenaga untuk berdebat juga mewujudkan pesta besar ala kearifan loka
Proyek di Lombok hampir rampung, Reyshaka diundang langsung pemiliknya untuk mengecek ke sana.Selama ini hanya pak Arief dan pak Rudi yang bolak-balik mengawasi untuk kemudian dilaporkan hasilnya kepada Reyshaka.Dan kali ini Reyshaka tidak bisa menolak undangan sang klien.Jadi dia harus pergi bersama tim termasuk Raina, itu kenapa wajah Namira tampak sendu saat menyiapkan keperluan Reyshaka dan memasukannya ke dalam koper.Meski tahu kalau istrinya cemburu kepada Raina namun Reyshaka tidak pernah ingin membahas hal tersebut karena baginya itu tidak penting, dia tidak memiliki rasa apapun terhadap Raina selain profesionalitas antara bos dengan sekertaris. Namira merasakan kedua tangan kekar melingkari pinggangnya disusul kecupan di tengkuk.“Mas … nanti aku enggak selesai-selesai beresin baju Masnya,” tegur Namira dengan suara lembut.Reyshaka tidak menyahut malah semakin dalam mengecup leher Namira.Kedua tangannya berpindah ke dada untuk meremat bagian yang semakin besar itu seme
“Minggir … mohon maaf, ini bukan boneka jangan main asal cubit aja,” tegur Reyshaka menggeser posisi kedua adiknya yang sedang mengelilingi box bayi Janu Ardiaz Byantara.Akhirnya mereka sepakat kalau nama pilihan Namira yang digunakan untuk sang putra pertama mengingat Namira lah yang selama sembilan bulan mengandung dan susah payah mempertaruhkan nyawa untuk melahirkannya ke dunia.“Iiiih … Mas mah, pelit.” Zaviya menjulurkan lidahnya meledek.“Sini … sini, mau Bunda jemur Janu dulu.” Bunda datang menahan tangan Reyshaka yang hendak menggendong Janu.“Minggiiiiir ….” Bunda mendorong box bayi akrilik Janu melewati ayahnya yang tidak bisa memprotes karena Surga ada di bawah telapak kaki beliau.Tidak tampak raut lelah atau mengantuk di wajah mereka setelah semalaman tidak tidur atau hanya tidur sebentar di sofa ruang tunggu, kedua orang tua Reyshaka beserta dua adik perempuannya antusias sekali menyambut kehadiran anggota baru keluarga Byantara.Ayah Archio mengikuti bunda dari belaka
Tidur Reyshaka terusik mendengar suara pintu kamar mandi tertutup.Dia mengerjapkan mata dan mendapati sang istri yang baru saja duduk di tepi ranjang seperti kelelahan setelah berjalan dari kamar mandi tadi.“Sayang …,” panggil Reyshaka parau.“Mas … aku mules tapi enggak keluar apa-apa.” Namira mengeluh.Reyshaka menyalakan lampu utama kemudian bergerak turun dari atas ranjang, memutari setengah bagiannya untuk sampai di depan Namira.Reyshaka berlutut, kedua tangannya mengusap-ngusap perut Namira kemudian mendekatkan wajahnya dengan bagian buncit itu lantas memberikan kecupan.Rambut suaminya yang berantakan justru membuat wajah pria itu terlihat tampan berbahaya.Namira menyisir rambut Reyshaka yang masih menempelkan bibir di perutnya.“Kayanya aku udah mau melahirkan, Mas ….” Namira asal bicara tapi feelingnya mengatakan demikian.Reyshaka mendongak. “Mau ke rumah sakit sekarang?” Namira mengangguk sambil meringis. “Mules lagi, Mas.” Tangannya mengusap-ngusap perut.“Jangan ke k