Setelah Angie kembali dari ruang kepala sekolah untuk bertanya di mana ruang kelasnya dan kini sudah di depan kelas bersama gurunya, kehadirannya membuat suasana kelas yang awalnya ribut, menjadi senyap.Hal itu terjadi karena empat dari pelajar yang dihajar Angie serta anak korban pembullyan tadi berada di kelas yang sama dengan Angie.“Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelasmu!” ujar guru kelas tersebut. Angie mengangguk singkat sebelum tersenyum pada para anak remaja di depannya.‘Astaga, aku tidak menyangka akan mengulangi masa sekolah dan perkenalan diri seperti dulu lagi,’ Angie masih terdiam saat mengingat dirinya berada di posisi yang sama ketika ia baru saja pindah ke sekolah menengah akhirnya dulu ketika Nyonya Hanum mengajaknya pindah ke sekolah yang baru. Namun keadaan dulu dan kini berbeda. Jika dulu hanya tatapan mengejek karena berita tentang murid baru yang pindah adalah seorang gadis tanpa kasih sayang orang tua dan terbagi dengan anak angkat yang lebih
Ya, Sammy memang sedang berada bersama Joe saat Angie memutuskan ingin menolong dan mencari anak pemilik warung Mie saat itu. Akan tetapi di satu momen pembicaraan, Angie kesal karena Joe tidak menjemput sendiri putra mereka, melainkan menyuruh mertuanya yang mengantarkan Sammy demi keamanan.“Entah mengapa aku merasa canggung bertatap muka dengannya. Ada kekesalan dalam hatiku padanya tentang kenapa dia tidak menjengukku di sini dan menjemput Sammy sendiri,”“Kalau dia merindukanku, kenapa dia menahan semua itu dan tidak menemuiku di sini. Padahal dia tahu aku belum diizinkan keimigrasian untuk kembali ke negara itu.” Angie menjawab apa yang dirasakannya selama ini.“Tapi kau juga sangat tahu kalau tidak ada satupun keluarga Clayton yang bisa keluar negeri mengingat kejadian besar waktu itu, kan? Ayah juga harus menggunakan identitas palsu untuk mengantarkan Sammy ke sana. Harusnya kau juga
Di esok pagi yang cerah, Icas terlihat sedang sendirian berbaring di sebuah bangku panjang di bawah pohon besar yang rimbun. Icas tidak mengikuti pelajaran karena masih malas bertemu dengan Demoun karena percakapan mereka tadi malam. Ia lebih menikmati segarnya udara pagi di taman sekolah dengan merebahkan tubuhnya dan bersantai.Tanpa disadari seorang pria yang bukan pelajar duduk di bangku yang sama di mana Icas berbaring."Kenapa kau tidak belajar? Kau harus menjadi pewaris yang hebat, kan?" ucapan dari pria tersebut terdengar mengejek di telinga Icas hingga membuka mata dari tidur santainya. Mendengar suara pria itu saja Icas sudah tahu siapa orang tersebut."Mau apa kau ke sini? Mau menyambung pendidikanmu yang kau tinggalkan?" Icas menjawab dengan cibiran sebelum duduk dan menoleh pada pria di dekatnya."Itu bukan pujian. Ternyata mulutmu masih sama pedasnya," pria tersebut membalas lagi, "Apa alasanmu melarang Demoun bergabung dengan Pixy? Jika kau
Tuan Royce senang melihat Icas ikut ke rumahnya. Seingatnya, Olaf menyebutkan nama Icas sebagai tiga murid berpengaruh di sekolah itu. Terlebih setelah Icas menceritakan tentang latar belakang keluarganya yang berhubungan dengan Pixy.cas bercerita kalau perusahaan kakeknya terpisah setelah pamannya (ayah Tior) memaksa membagi aset perusahaan Pixy untuk beralih fungsi menjadi sarana pesatnya pertumbuhan gangster di kota.Menerima informasi yang cukup banyak dari Icas dan merasa kalau Icas memiliki niat untuk menjadi murid baik, Tuan Royce setuju mengajarkannya dan juga Olaf sebuah teknik yang bisa sangat berguna bernama Teratai Duri.Teratai Duri sebenarnya adalah jurus ciptaannya yang mengadaptasi satu teknik Taekwondo yang digabungkan dengan beberapa teknik bertarung bebas yang ia tahu. Tuan Royce mempelajari itu ketika dirinya mulai bertekad keluar dari kehidupan gangster dan senjata. Ia lebih memilih memperkuat diri dan melindungi diri dengan latihan f
Di sisi lain kelas, Olaf mendengarkan cerita Solana yang ketakutan dengan perlakukan kasar Demoun dan Gecco pada Angie yang notabene adalah perempuan. Olaf cemas dan langsung menceritakan hal itu pada Icas, hingga akhirnya mereka menelepon guru mereka yang tidak lain dan bukan adalah Tuan Royce. Setelah itu mereka pergi bersama untuk menyelamatkan Angie.Sesampainya di tempat Demoun dan Gecco menyekap Angie. Olaf dan Icas langsung disambut dengan Gecco yang sudah menunggu untuk baku hantam dua lawan satu. Tapi apa itu benar? Jelas tidak.Di ruangan olahraga itu Gecco menyuruh para pelajar lain yang sudah menjadi anak buahnya bertarung untuk melawan Olaf dan Gecco habis-habisan. Walaupun sempat kewalahan menghadapi anak buah Gecco, keduanya berhasil mengalahkan Gecco dan yang lain berkat kerja sama tim hingga akhirnya Olaf dan Icas berhasil melumpuhkan semuanya sebelum menuju ke ruangan OSIS.Ternyata isu tentang Angie yang dibawa ke ruangan olahraga hanyal
Icas mendengkus napas kasar sambil tersenyum miris, "Itu alasan kuno, Angie. Mana mungkin perempuan muda sepertimu memiliki anak yang usianya sepuluh tahun. Kenapa tidak sekalian saja kau mengatakan kalau kau sudah memiliki suami? Kau konyol, Angie!" sambungnya berucap miris."Aku memang—""Dia memang sudah memiliki anak berusia sepuluh tahun. Dia bahkan sudah memiliki suami yang akan menjemputnya kembali ke Indonesia!"Ucapan Angie terpotong dengan suara berat pria yang sepertinya ia kenal. Angie menoleh ke belakang, tempat di mana sumber suara berasal."J-Joe? Kau di sini?" sebutnya gagap.Icas ikut menoleh ke belakang dan mendapati ada seorang pria yang berdiri sambil menggendong seorang anak laki-laki yang tertidur di pelukannya."Sedang apa kau di situ? Bangunlah dan bawa Sammy ke dalam. Pinggangku hampir patah karena sepanjang jalan menggendong Sammy yang tertidur!" pria yang memang benar adalah Joe menyambung kalimatnya de
"Kenapa kau datang?" Angie langsung bertanya pada Joe. Kini mereka duduk berdua di tempat sebelumnya, di mana Joe mendapati Angie dan Icas tadi.Angie berbohong, ia tidak mengajak Joe ke kamarnya untuk menemui Angie, tapi mengajak Joe untuk bicara berdua."Kata tanya apa itu? Setelah berbulan-bulan lamanya hanya kalimat itu yang kau tanyakan pada suamimu?" Joe memprotes, "Angie, kau kenapa? Apa kau tidak merindukanku?" sambungnya berucap lembut sambil menarik tangan Angie untuk digenggam."Kenapa kau selalu menghindariku saat menelepon Sammy? Salahku apa, Angie?" Joe kembali bertanya."Bukan kau yang salah, tapi aku," Angie menjawab dan membalas tatapan Joe, "Aku yang salah karena berharap banyak darimu." Sambungnya."Apa maksudmu?""Aku salah karena berharap banyak darimu. Aku terlalu besar kepala dan percaya diri kalau kau mencintaiku seperti apa yang selalu kau katakan.""Aku memang mencintaimu. Aku tidak percaya kau mempertanyakan
Saat ini Sammy sedang menunggu sang papa yang tak kunjung keluar dari kamar mandi sejak tadi. Entah apa yang dilakukan Joe di dalam sana selama lebih dari setengah jam.“Sammy tidur dulu saja, Sayang. Nanti papa juga keluar dari sana dan menemanimu tidur sampai pagi. Mama juga tidak akan ke manapun. Jadi kalau Sammy sudah mengantuk, tidur saja, ya,” bujuk Angie yang kasihan melihat Sammy yang matanya sudah melambai dan bosan menunggu.Si kecil menurut namun ia tetap bertanya tentang papa-nya itu.“Papa sakit perut, ya, Ma? Lama sekali keluar dari kamar mandinya,” gumam si kecil dengan mata yang hampir menutup rapat sembari memeluk sang mama.Angie tidak menjawab namun tersenyum memandang wajah putra kecilnya yang telah masuk ke dalam mimpi setelah bergumam. Angie juga tidak tahu apa yang dilakukan Joe di dalam sana. Ia juga tidak berniat bertanya ataupun memanggil suaminya setelah teringat ucapan Joe saat mereka di dalam pesawat menuju kepulangan.‘Aku tidak sabar untuk nanti, Sayang,
"Maaf, aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan yang menurutku bersifat pribadi. Dan lagi, kurasa sikapmu salah, Tuan,""Walau aku tidak mengenalmu ataupun tahu seberapa akrabnya hubunganmu dengan Wakil Presdir, tapi kau tidak dibenarkan untuk duduk di kursinya. Silahkan turun dari sana dan duduklah bersamaku di sofa,"Sikap Milea yang berani membuat Ben menyunggingkan senyumnya, meski kebodohan Milea sangat fatal kali ini. Ia melakukan kesalahan terbesar dengan tidak mengenali atasannya sendiri.Ben hanya tersenyum mengikuti perintah Milea yang sudah memasuki peran sebagai sekretaris Wakil Presdir yang baik. Ben bangkit dari kursi kebesarannya dan berjalan mendekati Milea yang lebih dulu duduk di sofa, tempat duduknya semula.Tapi langkah Ben terlihat aneh karena saat ini bukannya ia seharusnya berjalan ke sofa di seberang Milea, tapi Ben malah terlihat mendekati Milea dan mengurung Milea hingga tersudut bersandarkan kepala sofa dengan tidak nyaman."Untuk nyali seorang
"Kau Milea?" Dita bertanya dengan sedikit bingung saat melihat dengan langsung penampilan Milea saat ini.Benar saja, Milea memang terlihat seperti pria. Ya, pria yang cantik."Ya, benar. Namaku Milea Anandita. Aku yang melamar pekerjaan di perusahaan ini, Nona." jawab Milea panjang."Apa penampilanmu memang seperti ini sehari-hari?" Dita bertanya bingung."Hmm, tergantung, Nona. Aku bisa jadi apa saja sesuai kebutuhan, hehe." jawab Milea setengah tertawa, "Tapi, walau penampilanku aneh seperti ini, percayalah, aku bisa menjalankan tugas sekretaris dengan baik. Dan aku yakin bisa membantu meringankan tugas Wakil Presdir dengan pengalaman bekerjaku, Nona." sambung Milea yakin."Hmm, boleh juga. Baiklah, kurasa aku menyukaimu dan setuju agar kau menjadi sekretaris Wakil Presdir. Tapi—,” ucap Dita setengah menggantung."Kau seorang wanita. Meskipun saat ini kau berpenampilan sebagai pria, di masa depan siapa yang akan tahu apakah kau akan mengubah penampilanmu dan malah berbalik menggoda
Kantor pusat The Eye God Tower…"Cory, bagaimana dengan penerimaan sekretaris baru yang kuajukan padamu? Apa kau sudah mulai menjalankan perintahku?" tanya Dita pada sahabatnya Cory yang merupakan Manajer Departemen HRD di Eye God Tower."Sudah. Tenang saja. Aku tidak mungkin mengecewakanmu, Dita." jawab Cory santai, "Tapi, aku tidak yakin kau akan menerima wanita-wanita yang melamar ke kantor hari ini." lanjut Cory ragu."Why not? Apa ada yang salah dengan persyaratanku?" tanya Dita bingung."Hmm, entahlah. Aku tidak yakin. Silahkan kau lihat sendiri data-data pemohon pekerjaan itu. Duduklah dulu di sofa, aku akan memanggil bawahanku untuk membawa data mereka," ucap Cory seraya mempersilahkan Dita menunggu dengan santai."Apa ada yang aneh? Sepertinya persyaratan mencari sekretaris handal untuk Direktur sudah cukup standart,” Dita masih bingung."Bukan itu masalahnya. Tunggulah sebentar lagi, kau akan tahu apa yang kumaksud saat ini." ucap Cory.Beberapa menit kemudian, sekretaris Co
Kelahiran si kembar Sophia dan Sean membuat kebahagiaan keluarga Clayton menjadi lebih sempurna. Baik Angie dan bayinya, ketiganya dipulangkan dari rumah sakit dengan keadaan sehat dan bugar.Pasca Angie melahirkan secara Caesar, Joe tentu saja memerlukan banyak waktu luang di rumah untuk membantu istrinya menjaga ketiga anak mereka, karena tidak mungkin Nyonya Neta atau Tuan Royce yang terus berada di rumah mereka.Meskipun mempekerjakan Nanny, tapi Angie dan Joe berusaha memberikan waktu full untuk anak-anak mereka.Dan sudah pasti jika ceritanya seperti itu, maka ada Ben yang menjadi tumbal perusahaan. Tidak main-main, bahkan itu sampai menginjak 6 bulan. Hahaha…Sementara itu, malam hari di kantor The Eye God Tower."Sayang. Cepatlah selesaikan pekerjaanmu! Ini sudah terlalu malam." rengek seorang wanita seksi bernama Dita.Dita Sagala, itulah nama lengkap dari wanita cantik di hadapan Ben yang sudah terlihat bosan menunggu sang pacar.Faktanya, Dita adalah wanita baik dan dari ke
"Angie, kau tidak apa-apa, kan? Bagaimana perasaanmu? Kau butuh sesuatu?” Tanya Ben beruntun pada Angie.Kini Angie sudah berada di ruangan rawat. Sementara si kembar masih di ruang perawat untuk dibersihkan.“I’m OK, Ben,”“Ada yang sakit tidak? Perlu kupanggilkan dokter?” Kini ia bertanya khawatir. Raut wajah pucat kakak iparnya itu jelas sekali dilihatnya.“Tidak perlu. Terima kasih. Kau terlihat kacau,” jawab Angie sambil tersenyum ringan dan sesekali meringis.Kondisi Angie yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal mengharuskannya menjalani operasi caesar. Tapi semua itu tidka masalah, yang terpenting Angie dan kedua bayinya sehat. Itulah yang sangat penting bagi mereka semua.“Angie, terima kasih untuk semuanya,” Ben berucap lagi, kali ini wajahnya memerah menahan tangis.“Terima kasih untuk apa?”“Terima kasih karena kau datang ke keluarga kami. Membawa cahaya kebahagiaan bagi Sammy dan kakakku, tentu saj aaku juga bahagia melihat keduanya bahagia,” Ben kini menang
Angie berjalan pelan ke arah tangga sejak kehamilannya mendekati bulan kelahiran. Joe memang sengaja mengganti kamar mereka ke lantai satu, alasannya tentu saja agar Angie tidak harus bolak-balik naik turun tangga.Angie mendongak ke atas. Ini adalah hari minggu Sammy dan Ben sepertinya belum bangun, terbukti mereka yang belum turun ke bawah sejak tadi.Baru saja Angie hendak naik ke anak tangga pertama, wanita itu tiba-tiba memegangi perutnya yang terasa sakit.Angie meringis sambil memegang pegangan tangga supaya tidak jatuh. “Ya ampun, Nyonya! Nyonya tidak apa-apa?” tanya seorang asisten rumah tangga yang kebetulan lewat dengan teh di tangannya. Wanita paruh baya itu menaruh tehnya lalu beralih menghampiri Angie lagi. Dia menahan tubuh Angie agar tidak jatuh.“Bibi, sakit sekali,” lirih Angie.“Tuan Joe, Tuan Ben! Lihatlah Nyonya. Nyonya kesakitan!” Teriak asisten rumah tangga tersebut.Joe yang baru saja keluar kamar dan mendengar suara teriakan langsung berjalan terdesak. Sement
Di malam hari yang tenang setelah beberapa waktu selesai makan malam, Angie membawa Sammy ke kamarnya. Seperti biasa, meskipun sudah menginjak usia 10 tahunnya, Sammy tetap ingin dibacakan dongeng sebelum tidur.Si kecil sudah semakin pintar dan ceria. Kepercayaan dirinya juga meningkat tajam setelah Angie menjadi mentornya langsung dalam pelatihan Taekwondo. Sammy sudah tidak takut lagi pada orang-orang asing tanpa menurunkan kewaspadaannya.Setelah Sammy tidur, Angie kembali ke kamar utama, tapi Joe tidak ada di sana. Ia pun berjalan mencari suaminya dan mendapati penerangan di ruang kerja Joe menyala, itu artinya sang suami ada di sana.Dari depan pintu yang setengah terbuka, Angie bisa melihat keseriusan Joe saat bekerja. Senyumnya terangkat miris.‘Apa kau bekerja selarut ini untuk mengubur kekecewaan?’ gumam Angie dalam hati. Sedih sudah pasti karena harapan besar Joe yang ing
“Hoam…” Angie terlihat berulang kali menguap. Entah mengapa dirinya lebih sering mengantuk semingguan ini, dan ternyata keanehan menantunya itu terlihat oleh Nyonya Neta.“Apa kau sering begadang, Angie? Beristirahatlah, Nak. Kegiatanmu itu sudah banyak sekali, janganlah sering begadang,” ucap Nyonya Neta memberi perhatian.Setelah kejadian besar saat itu membuat perangainya berubah drastis pada Angie. Kini Nyonya Besar keluarga Clayton itu begitu menyayangi anak menantunya ini. Semakin menyayangi Angie, karena menantunya itu juga memperhatikannya dan sang suami yang saat ini memang sudah tidak bisa lagi melakukan pekerjaan berat.Seperti hari ini contohnya, Angie membawa dan mengantarkan ayah mertuanya ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan. Mengingat Joe dan Ben sendiri harus berjuang menstabilkan perusahaan mereka, maka di sinilah Angie bertindak sebagai menantu yang baik.
Hari-hari kembali normal. Joe dan Angie kembali disibukkan dengan rutinitas masing-masing. Angie semakin sibuk mengurus Teratai Mekar yang kini bekerja sama dengan Kementrian Olahraga untuk mencetak atlet tangguh menuju ranah Internasional.Sementara Joe harus menghadapi ujian pekerjaan yang menumpuk. Nama baik The Eye God Tower juga sedang menjadi perbincangan di bursa saham dan kalangan pebisnis. Itu karena investor Jepang yang menarik saham mereka besar-besaran setelah kasus Axe meledak.Untuk memperbaiki keadaan perusahaannya, Joe harus lembur dan pulang dini hari semingguan ini.Pukul 11 malam, Angie yang baru kembali dari kantornya kini sudah berada di depan kantor Eye God Tower.“Aku tidak percaya kau akan lembur lagi malam ini,” Angie bergumam sambil menghela napas. Di tangannya sudah ada bungkusan cemilan malam dan kopi untuk Joe.Angie mulai melangkah masuk