"Pagi sayang."
Luna tersenyum manja, rasanya dia masih ingin terus tidur dipelukan Erik pagi ini. namun mengingat mereka harus segera berangkat kerja. mau tidak mau Luna bangit dan menyeret langkah kakinya menuju kamar mandi."Sayang, mandi bareng yuk," ajak Luna."Lain kali aja ya Luna, aku masih ingin berbaring di ranjang. sampai kamu selesai mandi," ujar Erik kembali masuk kedalam selimut tebal.Selesai mandi, sambil menunggu Erik selesai. Luna dengan cekatan menyiapkan menu sarapan untuk mereka berdua.Erik tersenyum, Luna memang pintar menyiapkan menu sarapan kesukaan nya. mereka sarapan dalam diam. meskipun begitu, wajah ceria dan berbinar-binar terpancar dari wajah cantik Luna, yang begitu senang dengan kepulangan Erik.Siang itu cuaca sedikit mendung, yang menandakan jika sebentar lagi akan turun hujan salju yang membasahi bumi, Erik langsung melajukan mobil nya pergi meninggalkan lokasi apartemennya.Yah, Erik dan Luna baru saj"Mas erik milikku, dia tidak boleh pergi hu..hu....aku tidak ingin kehilangan Cintaku lagi," tangis Luna pecah mengisi setiap sudut ruangan kamar yang luas ini.Luna meremas rambutnya frustasi, kepergian dan dijodohkan dengan laki-laki lain dulunya, masih menyisakan kenangan pahit dan trauma mendalam. hingga dia bertemu dengan Erik kembali, dan mengatur rencana bagaimana cara agar dia bisa memiliki Erik dan menyingkirkan Siska. dan usahanya berjalan sukses, Erik hilang ingatan dan melupakan Siska, Luna berfikir dengan membawa Erik pergi jauh tidak akan bertemu lagi dengan orang-orang masa lalunya, namun usahanya sekarang gagal. Erik mengingat semuanya.Diluar kamar Erik masih berusaha mengedit pintu kamar, meneriaki Luna agar mau membuka pintu. Luna yang masih menangis menutup kedua kupingnya, dia tidak ingin dan sanggup mendengar penuturan Erik lagi."Aku harus mencari kunci cadangan, bisa-bisa Luna nekad lalu mencelakai dirinya sendiri," guma
Mayang yang sedari tadi memperhatikan Luna, ikut terhanyut dengan suasana dan persaan mereka. perlahan Mayang mengayunkan kaki berjalan mendekati posisi tempat duduk Luna dan ikut duduk disebelahnya."Hay, kamu pasti Luna Khan?" sapa Mayang sambil tersenyum ramah.Luna menoleh kearah Mayang, dan mengusap air matanya."Kamu tahu namaku?" balas Luna."Ya, aku tahu semua tentangmu dan hubunganmu bersama Erik." balas Mayang."Oh maaf, tapi aku tidak mengenalimu sama sekali.""Perkenalan aku Mayang, teman dari Siska dan Erik. " Mayang menjulurkan tangannya."Luna," balasnya tersenyum ramah."Oya Luna, bukan maksudku untuk ikut campur permasalahan kalian, aku juga mengerti dengan perasaanmu saat ini Luna, karena aku dulu juga pernah jatuh cinta dan pernah mengalami hidup diposisi yang sama dengan mu, meskpun ada sedikit perbedaan diantara kita." terang Mayang."Tapi aku tidak bisa sepertimu, saat ini aku tida
"Sayang, boleh aku temani, aku sudah lama merindukanmu. dan belum bisa lepas dan melupakan mu, Luna. mantan istri ku." bisik Rama mendekati dan berbisik telinga Luna, dia sudah yakin saat ini Luna tidak akan menolak dirinya, melihat kondisi gadis itu yang sudah berantakan, beberapa kancing baju bagian atasnya terlepas karena Luna sempat mengeluh panas dan sangat gerah. memperlihatkan gundukan yang putih bersih itu menyembul seakan penyangganya tidak muat lagi untuk menampung.Luna tidak memperdulikan kehadiran mantan suami pertamanya itu, dia terus menggerakkan Tubuhnya mengikuti alunan musik yang terdengar hingga bingar. Luna sudah lupa dengan dirinya serta perasaan sedih yang terpenting baginya menggerakkan tubuhnya dengan perasaan yang sudah melayang tinggi keawan."Aku bahagia la...la....aku ingin terbang, terbaaaang," ucap Luna hampir oleng dari posisinya berdiri, namun dia masih berusaha untuk berdiri kembali dan menggoyangkan tubuhnya kembali."Tubuhmu sangat i
"Mas Erik, bangun," Siska menguncangkan tubuh suaminya, meskipun sebenarnya dia tidak tega melakukan hal ini, mengingat Erik terlihat tidur dengan tidurnya, meskipun sudah pagi sebelum. "Ada apa Siska?" sambil mengupas dan menutup dengan punggung telapak tangannya. "Apa ngak sebaiknya, mas pulang dulu keapartemen kalian, takutnya Luna akan mengkhawatirkan, mas. mengingat semenjak kemaren kita terus bersama menunggui Kasandra, disini juga, saat ini Luna, juga istrimu, dia pasti menginginkan perhatian darimu juga mas ." terang Siska.
"Apa aku samperin langsung kekamar saja." tiba-tiba mata Erik menangkap sebuah puntung rokok, yang bukan milik nya." Aku tidak pernah merokok, dan ini miliki siapa. apa Luna menerima tamu? atau tukang servis yang masuk ke apartemen ini?" gumam Erik mencoba berfikir positif.Langkah Erik terhenti, nampak keraguan dan kebimbangan. Namum rasa penasaran dan kegundahan nya yang terus-menerus mendesak. membuat Erik mau tidak mau terus melangkah menuju letak kamar yang terdapat dua ruang kamar tidur yang sama-sama tertutup rapat.Tiba-tiba tangan Erik terhenti, saat hendak memegangi gagang pintu kamar tidur mereka. suara desahan yang sangat dikenalnya terus terdengar, semakin lama semakin jelas."Suara desahan perempuan, ya aku sangat yakin jika itu adalah suaranya Luna, dan siapa laki-laki yang bernama bersama nya sekarang, yang terus disebut-sebutnya. apa yang telah mereka perbuat didalam kamar itu. apa mereka berdua sudah sering melakukan ini dibel
Tubuh Luna melemah, melihat kondisi Erik yang kesakitan memegangi kepalanya. Dengan darah segar yang keluar dari kepalanya."Mas bertahan lah. aku akan segera menolong mu." ucap Luna panik dan cemas, Erik berusaha untuk bangkit sambil memegangi kepalanya, namun dia kembali ambruk dilantai."Tidak Luna, kamu harus ikut dengan ku, apa kamu ingin masuk penjara. Erik dan keluarga nya tidak akan memaafkan kesalahan mu yang sudah mencelakai nya selama ini."" Aku tidak pernah mencelakai mas Erik, aku melakukannya. karena aku sangat mencintai nya. aku mohon Rama, kita harus menolongnya." Luna masih bersikeras untuk menolong Erik dan membawanya segera kerumah sakit terdekat.Dengan kasar Rama, menarik sebelah tangan Luna. karena Luna masih bersikeras untuk bertahan membantu Erik yang sudah kesakitan."Tidak...tidak aku tidak mau ikut dengan kamu, Rama. kita sudah bercerai dan tidak punya hubungan apa-apa lagi, gara-gara kamu suami terlu
" Aaaagghhh...."Perlahan Luna membuka matanya, meskipun masih tersa pusing dikepala nya dan perih dibagian pipi sebelah kanan, bekas pukulan dari kelas Rama.."Aku dimana? aduhhh...... perih."Luna mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan kamar yang tidak dia kenal sama sekali keberadaan nya saat ini. perlahan dia bangkit. membuka gagang pintu yang sudah terkunci rapat dari luar. seiring ingatan nya tentang kejadian yang menimpa dirinya yang dipukul dan diculik Rama semalam lalu dibawa ketempat ini."Mas Erik, bagaimana kondisi nya sekarang?"Luna berusaha mencari-cari ponselnya, termasuk membolak-balik sepray dan seisi kamar. namun dia tidak menemukan apapun alat komunikasi untuk dia meminta pertolongan, termasuk meminta pertolongan untuk Erik. yang dikira Luna masih berada di apartemen mereka."Semoga tidak terjadi sesuatu pada suamiku, mas Erik. maafkan aku, ini gara-gara perbuatanku, maafkan aku mas, aku tidak bermaksud membuat mu
"Aaaagghhh....gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa disini? Mama...papa tolong Luna." meronta-ronta sambil menangis ketakutan."Aku dimana? apa aku sudah meninggal dan sekarang sendirian dalam kuburan?? tidak....aku tidak mau mati... toloooong." meronta-ronta sambil menangis, keringat dingin membasahi tubuh Luna yang langsung terlonjak bangun dari tidur panjangnya."Syukurlah....cuma mimpi."Luna menarik nafas panjang, dia masih ngos-ngosan untuk mengatur pernafasan nya, sambil menyeka keringat dingin membasahi wajah cantiknya."Ternyata kamu masih bisa bangun, aku pikir kamu akan tertidur selamanya saat hampir jatuh dari jendela atas balkon barusan, untung saja aku masih berbaik hati untuk membantu mu Luna, dan masih menyimpan sedikit belas kasih untuk perempuan seperti dirimu." sindir Rama dengan tatapan sinis."Jadi, saat aku jatuh itu bukan mimpi?""Luna, tidak mungkin aku membunuh mu. karena kamu adalah sumber kehidupan dan kebahagiaan