Mengikuti alamat yang diberikan oleh wanita gemuk, Ferdy menemukan sebuah klinik swasta. Sebelum memasuki pintu, dia mendengar suara ratapan wanita. Ferdy pun tanpa sadar berhenti.Lindsey berkata, "Kak Hans, kita lahirkan anak ini, ya. Aku ... bisa cuti setahun dulu. Aku ...."Sementara itu, Hans membujuk, "Linda, jangan terlalu dipikirkan. Itu adalah seorang anak, bukan kucing atau anjing jalanan. Kita harus membesarkannya dan semua itu butuh uang!"Lindsey berkata dengan makin serius, "Aku ... aku masih punya sedikit uang. Nantinya, setelah tubuhku pulih, aku masih bisa kerja. Kamu juga .... Kalau kamu nggak judi lagi dan tabung semua gajimu, kita bakal sanggup membesarkan anak ini."Namun, Hans telah kehilangan kesabarannya sehingga memarahi, "Kamu ini jangan terlalu polos. Kita bahkan sulit untuk membiayai diri sendiri, apalagi membesarkan seorang anak!"Usai berkata demikian, Hans seolah-olah teringat dengan sesuatu. Dia berbicara dengan nada yang sangat tidak sabaran, "Linda, ka
Lima tahun kemudian, di bandara Kota Mahar, seorang wanita yang mengenakan kebaya melangkah keluar dari jalur VIP. Dia mendorong koper kecil dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain mengangkat kacamata hitamnya. Tindakannya itu perlahan menunjukkan wajah mungilnya yang putih bersih.Kulitnya yang halus bersinar di bawah kain sutra hijau tua sehingga membuatnya terlihat sangat cantik Begitu tiba, dia langsung berhasil mencuri perhatian semua orang di sekitarnya. Namun, wanita itu seolah-olah sudah terbiasa. Dia hanya fokus pada percakapan dengan seseorang di earpiece bluetooth-nya."Timothy nurut, nggak?" tanya wanita itu."Ya, lumayan," jawab seorang pria.Tak lama kemudian, suara bocah terdengar di ujung telepon, "Mama, aku bukan anak kecil lagi. Kamu nggak usah begitu khawatir."Wanita itu tertawa mendengarnya, lalu dia berpesan, "Oke, jaga baik-baik Om Kendrian.""Oke," jawab Timothy Soraya yang masih kecil. Kemudian, dia mengembalikan ponselnya kepada Kendrian yang duduk d
Sayangnya, Chelsea telah pergi. Ferdy hanya melihat orang-orang yang berlalu-lalang. Dia pun agak mengernyit. Setelah Diana mengantar gadis kecil itu ke dalam mobil, dia mengikuti arah pandang Ferdy, lalu bertanya dengan penasaran, "Kamu lihat apa?""Nggak ada," jawab Ferdy. Dia pun berbalik dan naik ke dalam mobil.Sementara itu, Diana yang kebingungan melihat sekilas sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Di kursi belakang, Diana bermain game dengan si gadis kecil. Interaksi mereka terlihat sangat harmonis.Ferdy yang duduk di kursi penumpang depan tampak memejamkan mata. Dia tiba-tiba merasa terganggu sehingga mengingatkan, "Maura, diamlah.""Iya ...." Setelah mengiakan dengan patuh, Maura Milano menggerutu dengan bibir mungilnya dan bersandar dalam pelukan Diana.Perjalanannya masih panjang, jadi Diana membuat gadis kecil itu tertidur. Di bawah sinar matahari, gadis kecil itu terlihat mungil dan lucu.Namun, begitu teringat bahwa asal-usul gadis kecil itu tidak jelas dan terkait de
Chelsea sudah menghilangkan bekas luka palsu di wajahnya sejak dua tahun lalu. Di bawah pancaran sinar mentari, wajah mungilnya yang hanya dirias bedak tipis tampak lembut dan mulus. Meskipun dia memasang ekspresi menyebalkan di wajahnya, dia tetap begitu memesona.Olivia mengalihkan topik pembicaraan dengan berujar, "Chels, kamu benaran nggak mau debut? Di video klip Mandy tahun lalu, biarpun cuma separuh wajahmu yang terlihat, kamu sudah dapat banyak penggemar!""Kamu nggak takut aku merebut lapangan pekerjaanmu?" tanya Chelsea balik.Olivia mengulum senyum cerah sambil menjawab, "Nggak, tuh! Aku ikut senang kalau temanku cuan. Yang terpenting, aku merasa kamu nggak memanfaatkan wajahmu dengan baik, rugi banget!"Chelsea membalas senyum sahabatnya dan membalas, "Aku bisa mengagumi wajahku sendiri, lagian aku nggak kurang uang."Olivia memutar bola matanya seraya berkata, "Kalimat terakhir itu nggak perlu diucapkan, kali!"Saat ini, Chelsea membawahi Soraya Jewelry dan lembaga medis t
Keesokan harinya, mentari bersinar cerah. Gelak tawa dan canda riang diiringi alunan musik merdu terdengar di halaman depan Gereja. Angin sepoi-sepoi dan langit pun seakan-akan turut bersukacita.Harris menyiapkan acara pernikahan yang megah untuk Olivia. Setiap sudut lokasi acara dihias indah dengan bunga-bunga yang menyebarkan wewangian unik. Para tamu terus berdatangan dan pihak pengantin pria sibuk menyambut mereka.Evan yang berdiri di samping Ferdy berujar, "Mari kita berduka buat teman bodoh kita yang menjatuhkan diri ke dalam perangkap bernama pernikahan dengan sukarela."Saat melihat Ferdy tidak berkomentar, Evan hendak kembali mencerocos. Namun, mendadak pandangannya tertuju pada gerbang bunga di kejauhan. Matanya terbelalak saat dia berseru, "Ada wanita cantik!"Sesosok wanita bertubuh gemulai sedang berjalan melewati gerbang bunga. Rambut ikal sebahunya menonjolkan wajahnya yang mungil. Meskipun dia menggunakan kacamata hitam, siapa pun bisa melihat kecantikannya. Detik ber
Chelsea menoleh, lalu melempar senyum dan membalas, "Kabarku baik. Pak Peter sendiri, gimana kabarnya?"Peter sontak tertegun saat melihat wajah mulus Chelsea. Katanya, "Be ... bekas luka di wajahmu ...."Peter masih menyalahkan penglihatannya yang buruk di tengah kerumunan orang tadi. Sekarang, saat melihat dari jarak dekat, wajah Chelsea benar-benar bersih dan mulus. Sama sekali tidak terlihat jejak bekas luka di sana."Teknologi bedah plastik sekarang canggih banget, apa susahnya menghilangkan bekas luka? Apa Pak Peter harus begitu terkejut?" ujar Chelsea. Kemudian, dia mengalihkan topik dengan berkata, "Kebetulan, ada yang ingin kubicarakan denganmu."Peter kembali tersenyum santai dan bertanya, "Soal Celestial Jewelry, ya?""Karena kamu sudah tahu, aku nggak akan basa-basi. Sebelum aku ke luar negeri, aku selalu tertarik dengan Celestial Jewelry. Sekarang, aku sudah kembali, jadi aku tentu mau menggenapi keinginanku yang belum terwujud," sahut Chelsea sambil tersenyum manis. Kedua
Kelopak bunga menari lembut di udara dan balon warna-warni melambung bebas ke langit. Alunan musik dan sorakan semua orang menggema bersama angin. Olivia tersenyum manis dan memeluk erat Harris. Di hadapan segenap kerabat dan teman-temannya, keduanya berciuman dengan mesra.Chelsea berdiri di dekat panggung. Meski suasana di sekitar sangat ramai, dia sama sekali tidak merasa risih. Matanya tanpa sadar berkaca-kaca dan hatinya terasa hangat saat melihat Olivia. Setelah sekian lama tinggal di luar negeri, dia senang bisa kembali ke tempat akrab dan bertemu orang-orang yang dikenalnya. Detik itu, Chelsea baru benar-benar menyadari bagaimana rasanya menjadi bagian dari sesuatu.Di sisi lain panggung, Ferdy menatap Chelsea lekat-lekat. Seolah-olah, jika dia sebentar saja mengalihkan pandangannya, pemandangan di depan akan menghilang bak mimpi yang usai setelah terbangun. Selama beberapa tahun ini, Ferdy begitu sering memimpikan Chelsea dan harus menghadapi kekecewaan setiap kali terbangun
Tak lama, Ferdy pun melajukan mobilnya pergi. Setelah terdiam beberapa lama di tempatnya, Chelsea segera memarkir mobilnya di halaman. Hal pertama yang dilakukannya begitu memasuki vila adalah mencari Timothy.Timothy sedang bermain Lego di lantai kamarnya. Saat mendengar suara pintu terbuka, dia mendongak dan menyapa ibunya dengan lembut. Chelsea masuk ke dalam dan berjongkok di depan Timothy. Waktu tangannya mengusap rambut lebat putranya, hatinya seketika menghangat."Kamu takut nggak sendirian di rumah?" tanya Chelsea.Timothy menggeleng sambil menyahut, "Nggak takut. Om Ardi tadi telepon, dia bilang bakal pulang minggu depan untuk menemaniku berlatih tinju."Chelsea tersenyum lembut dan membalas, "Oh, ya? Sekarang, Om Ardi sampai melaporkan agendanya padamu. Mama saja nggak tahu kalau dia bakal pulang minggu depan.""Mama, Om yang tadi sama Mama itu siapa?" tanya Timothy sambil mengerjap polos.Saat Chelsea masih tertegun, Timothy menunjuk ke arah balkon dan melanjutkan, "Aku liha
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me