Share

5. Menikah Ulang

Author: juskelapa
last update Last Updated: 2022-06-05 23:41:39

Sully merasa tangannya gemetar karena teriakan pria tua di ambang pintu yang menatapnya tajam. Perkataan Wira barusan membuat bapaknya murka. Detik itu ia menyesali usul konyol soal bersandiwara menjadi istri Wira. Angan-angan bisa tidur meluruskan kaki malam itu pun, lenyap seketika.

“Jangan sampai suara Bapak membangunkan tetangga,” ucap Wira pelan. Langsung mengingatkan bapaknya akan hal yang menjadi momok di desa. Yaitu, menjadi gunjingan.

Sully menunduk untuk mengibas betisnya yang baru digigit nyamuk. Lalu, satu kakinya terangkat untuk menggaruk betisnya. Ingin rasanya ia meminta kedua anak dan bapak itu berdamai setidaknya untuk malam itu saja. Ia benar-benar sudah sangat lelah dan mengantuk.

“Masuk,” pinta pria tua di depan pintu. Menepikan tubuhnya dengan kedua tangan terkepal di belakang.

“Ayo, masuk. Kamu pasti udah capek,” kata Wira, mendatangi Sully dan memegang lengan wanita itu. Sejenak ia lupa bahwa satu tangan Oky masih terkait ke lengan Sully. Lagi-lagi Oky mendengus kesal.

Wira menggandeng Sully melewati bapaknya. Mengambil barang bawaan wanita itu dan meletakkannya di kaki kursi. “Kamu duduk di sini,” ucap Wira, memegang kedua sisi lengan Sully dan mendudukkannya setengah paksa pada kursi panjang kayu. “Mbak duduk di sebelah sana,” kata Wira pada Oky yang baru muncul.

Ruangan itu bentuknya sangat sederhana. Ruang tamu berdampingan dengan sebuah kamar di sisi kanan. Kamar yang selama ini ditempati oleh bapaknya Wira. Ruang tamu memanjang itu terisi dengan seperangkat kursi dan lemari hias kayu berwarna cokelat yang bagian tengahnya terletak televisi tabung. Pintu kecil menuju ke belakang tertutup dengan tirai kain berwarna hijau.

Sully duduk tegak dengan kedua tangan terkepal di pangkuan. Langsung mengingatkannya akan sebuah wawancara kerja.

“Kamu duduk juga di sana!” seru Bapak Wira pada putranya.

Sully berjengit. Oky beringsut gelisah di kursi tunggal. Sedangkan Wira menekuk wajah dan duduk di sebelah Sully.

“Maafin Bagus, Pak. Mmm…maafin kami,” ucap Wira, meraih tangan Sully dan menggenggamnya. Tangannya masih berada di pangkuan Sully.

Sully merasa jemarinya ikut menegang. Kaku. Tangannya yang sejak tadi dingin dan nyaris mati rasa, tiba-tiba diselimuti kehangatan. Sully menunduk melihat tangan Wira menggenggamnya. Lalu, seakan sadar dengan pikirannya sendiri, Sully mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan diri untuk tidak menepiskan tangan Wira karena saat itu mereka sedang menjadi suami istri. Sully menelan ludah saat melirik Oky yang mengernyit jijik.

“Kenapa kamu enggak ngomong di telepon kalau sudah menikah?” Bapak Wira berjalan perlahan mengitari kursi kayu panjang untuk melihat wajah Wira dan Sully dari dekat.

“Aku enggak sempat ngomong. Bapak sudah mencecarku dengan omongan soal Ratna Manikam. Lagipula…aku takut Bapak kepikiran dan jatuh sakit. Sebulan yang lalu aku masih banyak kerjaan dan perlu waktu untuk resign dari perusahaan perkebunan itu. Jadi….”

“Tega-teganya kamu menikah enggak minta izin sama Bapak.” Bapak Wira duduk setelah memutari satu set kursi dan tiba di kursi tunggal di seberang Wira dan Sully.

“Khawatir enggak direstui. Aku sadar kalau istriku ini jauh dari kriteria idaman Bapak,” jelas Wira.

Di dalam hati, Sully menyumpah berkali-kali. Kriteria idaman Bapak? Hei ….

Sully menegakkan kepala menatap pria tua di depannya. Ia sudah mengikuti saran Wira tanpa banyak protes. Meski kesalahannya sendiri mengira bahwa pria terpandang dan sesepuh kampung adalah orang kaya, Sully sudah menerima kenyataan dan membuang jauh-jauh angannya. Tidak apa-apa. Tapi dikatakan jauh dari kriteria seorang menantu anak laki-lakinya, Sully sedikit tersinggung. Ia tidak jelek. Wira bisa dikira memakai pelet jika orang kampung itu melihat penampilannya.

Sully merasa dirinya cantik dan menarik. Kalau tidak cantik, tidak mungkin dalam jangka waktu singkat ia bisa mendapatkan lebih dari satu juta follower di channel beauty vlog-nya.

Sedangkan penampilan Wira sendiri? Sully menoleh ke sisi kanan. Tangan kiri Wira masih menggenggam tangannya. Pria itu sedang beradu tatapan dengan bapaknya. Bukannya mau menghina, tapi Wira sendiri bisa dikatakan…. Sully mengerjap. Di bawah cahaya lampu ruang tamu orang tuanya, Wira ternyata ganteng. Itu sebabnya tadi pria itu sempat mengatakan kalau penduduk desa tidak akan percaya kalau Oky yang mendapat peran sebagai istrinya.

Sully kembali mengerjap dengan tatapan yang belum berpindah dari Wira.

Kulit Wira sedikit lebih gelap dari kuning langsat. Khas kulit pria yang cukup sering terpapar matahari. Walau sedikit memaksa, genggaman tangan Wira sangat mantap, dengan bagian telapak tangannya yang kasar. Sully kemudian menurunkan pandangannya.

Rambut lurus tergunting rapi dan modelnya standar. Tidak kampungan. Rambutnya alami tanpa efek pomade wax. Lalu …. Sully sedikit mendongak.

Bagian dalam telinganya bersih. Wira pasti mandi minimal dua kali sehari, tebak Sully. Hidungnya bangir, bibirnya penuh dan warnanya tidak gelap. Sully menebak dengan pasti kalau Wira bukan perokok. Kemudian … pakaiannya. Standar sekali, batin Sully. Kaus oblong, jaket training olahraga tak bermerek dan celana jeans gelap.

Sedang tenggelam dalam penilaiannya akan sosok Wira, tiba-tiba pria itu menoleh ke arah Sully.

“Kamu ditanyain Bapak,” bisik Wira.

Sully mengerjap. “Hah?” Saat itu ada penilaian baru yang muncul di benak Sully. Yaitu, bahwa bulu mata Wira panjang dan lentik. Laki-laki itu tak perlu memakai jasa eyelash lifting, pikirnya.

“Bapak nanya ke kamu,” ucap Wira dengan mulut nyaris tak terbuka.

“Oh, ya…ya. Gimana, Pak….”

“Gagah Sahari. Nama mertua kamu ini Gagah Sahari. Kamu tanya mulai dari pintu masuk desa, siapa Gagah Sahari. Semua pasti kenal. Sekarang Bapak yang tanya nama kamu. Enggak dengar?” sergah Pak Gagah.

“S-Sully, Pak,” jawab Sully dengan suara bergetar. Setiap seruan pria tua di depannya membuat jantungnya semakin berdebar.

“Nama lengkap…nama lengkap. Siapa nama lengkap kamu?” tanya Pak Gagah lagi dengan nada tak sabar.

“Sulistyawati, Pak,” ucap Sully sangat pelan.

“Enggak dengar. Bapak sudah tua dan budek. Siapa?” seru Pak Gagah lagi.

“Sulistyawati,” kesal Sully.

“Mmmm…Sulis, toh …,” gumam Wira dalam bisikan.

“Sully…Sully…. Anak sekarang dikasih nama bagus malah disingkat-singkat. Tinggal ngomong Sulis aja repot,” ketus Pak Gagah.

Sully menelan ludah, lalu menepiskan tangan Wira saat Pak Gagah memalingkan wajah sekilas karena mendengkus.

“Sulis … kamu sampaikan ke orang tua kamu kalau saya akan mengulang semua prosesi pernikahan kalian dengan benar disaksikan semua para tetua Desa Girilayang.”

“Hah? Gimana, Pak?” Sully membulatkan mata dengan mulut setengah ternganga.

To Be Continued

Comments (30)
goodnovel comment avatar
DHIFA NADHIFA
baru sempet baca setelah sekian lama ...
goodnovel comment avatar
Riska Wulandari
hahaha dapet rejeki nomplok nih mbak Sulis..
goodnovel comment avatar
lad borneo
Ketemu njus di sini, tapi butuh perjuangan buat bacanya... Semangat dah...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Nakal Mas Petani   6. Tidur

    Wira duduk mencerna perkataan bapaknya. Dari sudut mata ia melihat Sully yang sedang memperhatikannya tak berkedip. Sedikit risi. Mau apa wanita menor itu memperhatikannya? Wira yakin kalau Sully tidak mendengar semua ucapan bapaknya malam itu. “Bapak sudah ngomong ke orang tua Ratna kalau kamu bakal pulang kampung. Memang Bapak belum ada ngomong soal bakal melamar Ratna. Tapi gadis itu duduk meladeni Bapak dengan sangat sopan. Kalau kamu tiba-tiba pulang bawa istri, bisa-bisa enggak bakal diterima, Gus. Paham warga kampung soal orang kota, apalagi wanita yang….” Pak Gagah memandang Sully sekilas, “yang dandanannya begini pikirannya sudah ke mana-mana. Bapak sendiri enggak yakin kamu memang sudah menikah. Bisa-bisa kamu cuma kumpul kebo. Ketemu dengan istrimu di mana?” Pak Gagah memandang Wira dengan sorot curiga. “Pak,” tegur Wira pelan. Pak Gagah seketika terdiam dan mengerling Sully yang masih memperhatikan Wira. Perhatian pria tua itu kemudian berpindah pada Sully. Dan benar sa

    Last Updated : 2022-06-05
  • Istri Nakal Mas Petani   7. Sandiwara

    Sebegitu pintu kamar Wira tertutup, Sully langsung menghempaskan tangan Wira yang menggandengnya. “Udah berapa kali hari ini kamu pegang-pegang aku? Ngambil kesempatan aja,” sergah Sully. Wira menaruh ranselnya di meja dan membuka jaket. “Jangan keluar dulu. Bapak masih ngeteh di dapur. Saya mau ke kamar mandi di belakang. Mau cuci muka dan bersih-bersih sedikit. Kalau Mbak Sulis mau ikutan biar sekalian. Soalnya kamar mandinya di luar.” “Jadi, sampai jam berapa aku di kamar kamu?” Sully masih berdiri di balik pintu. “Terserah Mbak sampai jam berapa. Yang penting tunggu Bapak balik ke kamarnya,” kata Wira, membuka lemari pakaian dan mengambil handuk dari dalam. Sully menunduk melihat kakinya yang kotor terkena becek. Sejak memasuki jalanan yang mulai berlubang di kampung itu, ia memang sudah melepaskan sandal bertali bertapak tebal yang dikenakannya. Dan mendengar soal kamar mandi, hasrat buang air kecilnya muncul tiba-tiba. Sully berdiri merapatkan kakinya. Huru-hara sejak siang

    Last Updated : 2022-06-05
  • Istri Nakal Mas Petani   8. Bingung

    “Aku belum selesai pakai baju. Kamu jangan gitu. Tunggu di luar sebentar,” ucap Sully pelan. Nyalinya mulai ciut melihat tatapan Wira yang sangat serius memandangnya. “Jangan lama-lama,” pesan Wira lagi saat melangkah keluar. Tak sampai sepuluh menit berselang, Sully sudah keluar kamar mandi dan berganti dengan sepasang piyama sutra celana pendek. “Mbak Sulis bisa kembali lebih dulu ke rumah. Di luar banyak nyamuk,” kata Wira dari dalam kamar mandi. Sully berdiri membelakangi pintu kamar mandi. Perhatiannya kini berpindah pada bagian sekitar kamar mandi yang awal tadi tak begitu diperhatikannya. Di dekat kamar mandi itu ada pohon nangka. Buahnya besar-besar dan dua diantaranya ditutup karung putih. Dari tempatnya berdiri nangka tertutup karung itu membentuk rupa yang menyeramkan di kegelapan Sully merapatkan tubuhnya ke pintu. “Mas Wira … jangan lama-lama. Aku takut,” ucap Sully. Pandangannya kembali menyapu sekeliling. Bagian belakang rumah Wira benar-benar dikelilingi kebun de

    Last Updated : 2022-06-05
  • Istri Nakal Mas Petani   9. Persiapan

    Sully menunduk menatap ponsel yang dipenuhi puluhan notifikasi dari orang-orang yang mencarinya. Juga balasan dari Bu Kapolda yang langsung membalas pesannya lagi. ‘Kalau bisa jangan terlalu lama ya, Sul. Kamu juga jangan bawa-bawa soal masalah ini ke dalam konten kamu. Saya enggak mau orang-orang tahu soal masalah ini. Demi nama baik suami saya.’ Sully menatap nanar balasan pesan itu. Ia lalu menggulir pesan yang dikirimkannya ke distributor tas bernama ‘Mbak Kokom’ yang dikiriminya pesan bertubi-tubi namun hingga detik itu hanya mendapat tanda centang satu. “Mbak Sulis …,” panggil Wira. “Ha?” Sully mendongak menatap Wira. Tak sadar jarak mereka kini tak lebih dari setengah meter. Dalam terangnya lampu kamar, kali itu Sully bisa memperhatikan wajah Wira dengan jelas. Wajahnya lebih segar karena rambut lurusnya yang basah. Saat itu Wira menatapnya dengan sangat serius. “Sebentar … aku cek pesan-pesanku dulu,” kata Sully sedikit mengulur waktu. Jajaran pesan-pesan di ponselnya tak

    Last Updated : 2022-06-05
  • Istri Nakal Mas Petani   10. Rencana

    Tak tahu pukul berapa saat itu, Sully terbangun karena suara ketukan di pintu kamar. Tak ada jam di dinding kamar, ponsel yang digenggamnya saat tidur pun padam karena tidak diisi baterai selama seharian penuh kemarin. Setengah menyeret langkahnya, Sully mendekati pintu dan membukanya. “Ada apa? Aku masih ngantuk, Ky. Di sini dingin enggak perlu pakai AC.” Sully mendekap kedua lengannya. “Ehem!” Suara Pak Gagah yang berdeham membuat mata Sully melebar. “Sudah bangun? Ada yang mau bertemu kamu,” seru Pak Gagah dari meja makan. Sully membekap mulutnya dan mengangkat alis sebagai isyarat pertanyaan buat Oky. “Saya permisi buat ngomong sebentar dengan Sully, Pak,” kata Oky, mendorong Sully masuk ke kamar tanpa menunggu persetujuan Pak Gagah. “Itu ada ibu-ibu mau ngapain? Ini jam berapa? Masih pagi, kan?” tanya Sully kebingungan. “Kamu kemarin malam ada ngomong apa ke Mas Wira? Itu bapaknya Mas Wira datang bawa petugas desa buat urusan catatan sipil. Dua ibu-ibu itu mau ngukur size

    Last Updated : 2022-06-07
  • Istri Nakal Mas Petani   11. Alasan

    Malam sebelumnya Wira tak bisa tidur. Sejak awal bertemu dengan dua orang wanita di gapura pintu masuk desa, perasaannya sudah campur aduk. Rasanya ia hanya menggunakan sekelebat keberanian mengutarakan rencananya, dan dalam sekejab saja seorang wanita sedang tidur di ranjangnya. Wira menyugar rambut dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bayangan wajah Ira melintas di benaknya. Sedikit menyesal bahwa rencana yang diutarakannya sebelum tiba di rumah terlalu impulsif. Terlalu buru-buru. Terlalu asal-asalan.Sully yang berbaring menghadap dinding dan memunggungi Wira sudah terlelap dari tadi. Begitu nyenyak dengan suara napas teratur yang akrab dengan istilah tidur kelelahan. Sesekali tangan Sully mengusap-usap betisnya. Lalu, tiba-tiba satu tangan Sully terangkat menutup kepala.Wira terkesiap menatap punggung Sully. Apa semua wanita tidur segaduh itu? Dia beringsut menjauh hingga mencapai tepi ranjangnya. Sedikit khawatir kalau Sully tiba-tiba berbalik dan menyentuhnya. Wi

    Last Updated : 2022-06-08
  • Istri Nakal Mas Petani   12. Pasrah

    Sebelum bertemu pemilik satu-satunya salon pengantin dan petugas desa pagi itu, langkah kaki Wira menuju rumah Ketua Tani pagi itu diwarnai dengan kegalauan.Wira baru saja tertidur selama dua jam ketika tersentak saat langit masih gelap. Merasa tak mungkin kembali tidur, ia buru-buru mandi dan pergi ke rumah Ketua Tani. Percakapan dengan bapaknya dini hari tadi masih memenuhi kepalanya.Tanah kakak perempuan Wira, hasil pemberian dari Pak Gagah telah digadaikan oleh suaminya untuk meminjam uang dalam jumlah besar ke tengkulak. Itu sebabnya Pak Gagah bersikukuh menjodoh-jodohkan Wira dengan Ratna. Tak sadar, Wira berdecak kesal. Dalam cerita novel, yang harusnya dijodohkan untuk menebus hutang orang tua itu adalah anak perempuan. Bukan malah anak laki-lakinya.Predikat pria paling ganteng, paling terpelajar, paling kalem, paling rajin, paling pintar, paling populer, dan paling diminati hampir semua perawan di Desa Girilayang hanya dihargai bapaknya dengan satu hektar kebun aren milik

    Last Updated : 2022-06-08
  • Istri Nakal Mas Petani   13. Mengganggu

    Wira juga sepertinya baru tersadar dengan yang barusan dikatakan Budhe Lina si Bidan Pengantin. Matanya terbelalak sedetik, lalu menoleh gelisah ke arah Sully. “Kalau gitu saya geser ke sini aja,” kata Wira, bergeser beberapa langkah ke sebelah kanan ranjang. Ia menghadap dinding untuk membelakangi Sully. Banyak hal melintas di pikiran Wira. Soal kakak perempuannya, soal istri bohongan, soal Ira di pulau Sumatera, juga soal keluarga Ratna yang pernah didatangi bapaknya. Ternyata semakin dipikirkan, masalahnya semakin serius. Di sisi lain, Wira juga memikirkan soal Sully. Apa akibatnya buat wanita itu? Bagaimana dengan keluarganya? Apa Sully tidak punya keluarga yang mencarinya? Apa hubungan Sully dengan aktor pendatang baru yang didengarnya tadi tidak serius? Sebesar apa masalah Sully sampai wanita itu begitu pasrah menerima nasib? Atau … kenapa Sully begitu membutuhkan tempat tinggal di desa itu? Atau jangan-jangan Sully benar-benar buronan? Wira merasa lehernya tiba-tiba kaku. Se

    Last Updated : 2022-06-18

Latest chapter

  • Istri Nakal Mas Petani   KABAR GIVEAWAY DARI MAS WIRA & SULIS

    Halo ....Selamat pagi Boeboo tersayang pembaca juskelapa. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.Di sini saya mau menginformasikan bahwa novel ISTRI NAKAL MAS PETANI sudah tamat di Bab 280. Apabila kemarin ada penulisan TO BE CONTINUED di akhir bab 280 itu adalah kesalahan penulisan dan error revisi yang terlalu lama. Jangan lupa aplikasinya di-update agar mendapat tampilan terbaru dari GOODNOVEL yang semakin kece ya. Nantinya ISTRI NAKAL MAS PETANI akan diberi bonus chapter di saat kita semua sudah rindu.Kabar gembira giveaway-nya adalah MAS WIRA & SULIS akan memberikan merchandise sederhana untuk 50 orang pertama di peringkat GEMS 1-50. Bagi yang namanya tertera di peringkat tersebut bisa mengirimkan alamat ke :ADMIN JUSKELAPA melalui pesan singkat dengan nomor 0 8 2 2 -5 7 8 5-1 2 3 8 dengan menyertakan tangkapan layar peringkat GEMS (vote).AtauBisa kirim pesan melalui sosial media inssstagram ketik : juskelapa_ di pencarian. Buat yang belum beruntung bisa men

  • Istri Nakal Mas Petani   280. Kenangan Manis Untuk Dikenang (TAMAT)

    Pak Gagah ikut mengangkat gelas teh dan meneguk isinya hampir setengah. Baru menyadari nikmat bertukar cerita yang selama ini diamatinya pada kaum perempuan ternyata juga bisa ia rasakan. Sungguh Pak Gagah ataupun Pak Mangun tidak pernah menyangka bahwa hal yang mereka anggap sebagai tindakan tercela bisa mereka ubah menjadi sesuatu yang membawa masa depan baik untuk desa. “Kamu memang tidak berniat menjodohkan Bagus dan Ratna, kan, Gah?” Pak Mangun meletakkan cangklong di sudut bibirnya. Pak Gagah menggeleng-geleng. “Tidak…tidak. Aku tahu maksud Effendi menekan Ajeng soal hutang dan sertifikat kebun pasti berkaitan dengan Bagus. Ratna itu mondar-mandir terus di dekat rumah sini. Setiap berpapasan jalan yang ditanya Bagus. Tapi Bagus, kan, di Riau.” Pak Mangun tergelak. “Oh, sekarang aku ingat. Karena Ratna sering ke sini kamu jadi kepikiran ide buat ngomong kalau Bagus dijodohkan dengan Ratna.” “Alasan perjodohan itu ditambah dengan banyaknya petani yang terjerat hutang di Effend

  • Istri Nakal Mas Petani   279. Impian Yang Terwujud

    Desa Girilayang itu terletak di kaki Merapi. Awalnya desa itu hanya berisi 12 kepala keluarga dengan 34 jiwa. Kakek buyut Pak Mangun dan Pak Gagah disebut-sebut sebagai orang pertama yang tinggal di desa itu untuk pertama kalinya. Secara geografis Desa Girilayang merupakan sebuah punggung bukit yang diisolasi oleh dua jurang di sisi sebelah barat dan timur. Itu sebabnya sebelum pembangunan jembatan seluruh warga desa harus berjalan memutari bukit dan cukup lama berada di jalan untuk bisa sampai ke kota.Pada sebuah peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia Wira pernah menyampaikan pidatonya yang mengatakan bahwa Desa Girilayang adalah tempat di mana semua warganya menjaga adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Juga melestarikan tempat-tempat wisata sejarah berikut pemandangan alam cantiknya untuk mendongkrak kemajuan desa dalam bidang pariwisata.Semua orang setuju dengan apa yang disampaikan Wira dan setuju dengan apa yang dilakukan Kepala Desa Girilayang terpilih itu u

  • Istri Nakal Mas Petani   278. Menyambut Yang Keempat

    Morning sickness yang dialami Sully berlangsung sampai kehamilannya menginjak usia delapan bulan. Sully mulai kuat terhadap bau-bauan dan bisa makan dalam porsi yang lebih banyak. Jika sebelumnya ia sulit menelan air dingin, masuk bulan kedelapan Sully sudah bisa memanjakan lidahnya dengan es teh manis. Seluruh keluarga besar Pak Gagah ikut senang dengan perubahan baik itu. Sully yang ceria sudah kembali. Pagi hari Sully ikut mendampingi anak-anaknya mandi dan makan. Kerjanya tak hanya bergulung di ranjang saja. Sully sudah mulai rajin seperti biasa. Ia juga mulai menggoda Wira dengan meremas bokongnya atau menggaruk perut pria itu. Wira menyambut bahagia godaan-godaan Sully. Sudah cukup lama pemenuhan kebutuhan batinnya berdasar mood istrinya itu. Menunggu belas kasihan Sully yang mau memberikan dengan sukarela tanpa mulut mengerucut. Memasuki bulan kedelapan mereka sudah kembali bercinta dengan hangat. Kehamilan yang terbebas dari morning sickness, tiga anak laki-lakinya sehat, pa

  • Istri Nakal Mas Petani   277. Dalam Sebuah Pesta

    Kedatangan keluarga Pak Gagah yang hanya berjarak seminggu sebelum pesta pernikahan Oky membuat Pak Anwar menyusun agenda sepadat mungkin untuk mengajak besan berkeliling kampunghalamannya.Hal pertama yang dilakukan Pak Anwar adalah mengajak Pak Gagah melihat kebun kelapa Sully yang dibelikan Wira. Dalam perjalanan menuju kebun itu tak lupa Pak Anwar menunjukkan jalan hasil pengaspalan yang didanai oleh Wira.“Lihat seberapa panjangnya jalan menuju ke kebun kelapa ini, kan? Nah, ini semua Bagus yang mengaspal. Warga yang sudah lama mengharapkan perbaikan jalan bisa ikut menikmati yang dilakukan Bagus. Apa yang dilakukannya ini membawa banyak kebaikan. Bahkan warga yang tidak kenal Bagus secara pribadi malah mengenal namanya. Pernah sekali waktu saya ke kebun kelapa, ada seorang pria yang baru pulang merantau menanyakan soal jalan yang bagus. Orang tuanya langsung mengatakan jalan ini diaspal menantunya Pak Anwar. Namanya Bagus.” Pak Anwar terkekeh-kekeh senang saat menceritakan kisah

  • Istri Nakal Mas Petani   276. Resepsi dan Silaturahmi

    Rombongan itu benar-benar ramai. Tiga generasi melalui perjalanan panjang berpindah-pindah moda transportasi. Pak Gagah yang sudah lama tidak melancong jauh bangun paling pagi dibanding yang lain. Pria tua itu mengecek semua bawaan mereka untuk kesekian kalinya.Perjalanan hari itu dimulai dengan Asmari dan seorang supir dari pabrik yang diminta mengantar ke bandara.“Asmari ikut juga, kan, Gus? Masa Hendro resepsi Asmari enggak ikut?” Belum apa-apa Pak Gagah sudah protes karena Asmari yang belakangan dekat dengan Hendro tidak terlihat memiliki tentengan.“Asmari ikut, Pak. Nanti setelah mengantar kita ke terminal keberangkatan dia titip mobil di parkir inap bandara. Asmari berangkatnya satu pesawat bersama Pretty dan ibunya.” Wira baru saja melepas Asmari untuk meletakkan mobil di parkir inap. Pak Gagah yang sedang menggendong Bima pun sepertinya masih punya banyak waktu untuk memperhatikan orang sekitar.“Bapak capek? Bima bisa diletak dulu di stroller. Gantian sama Tika. Dari tadi

  • Istri Nakal Mas Petani   275. Rencana Perjalanan Jauh

    Dan bukan Sully namanya kalau segala yang ia lakukan tidak menimbulkan kehebohan orang sekeliling. Malam itu setelah mengutarakan keinginannya dengan cara merajuk, Wira menyanggupi semua hal yang akan dilakukan oleh istrinya itu agar mereka mendapatkan seorang bayi perempuan.Pertama-tama mereka berdua mendatangi praktek Dokter Masayu untuk berkonsultasi. Sully santai saja saat mengutarakan keinginannya. Raut dan gesture-nya sangat percaya diri seperti biasa. Terutama saat Dokter Masayu bertanya, “Sulis sudah mau program bayi perempuan? Awang belum dua bulan.” Dokter Masayu mengingatkan.Wira yang masih mengenakan seragam cokelat mengangguk yakin. “Katanya mau sekarang aja, Dok. Biar sekalian aja.”“Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti gitu, Dok. Kemarin hamilnya Awang juga bisa secepat itu. Saya mau tahu tips-tips khusus buat hamil anak perempuan.” Sully bicara dengan kedua tangannya yang melingkari lengan Wira. Ia sudah tidak peduli lagi dengan komentar ketiga kakaknya. Karena jik

  • Istri Nakal Mas Petani   274. Sebuah Impian Sully

    Bisa dibilang Sully memasuki masa sedang repot-repotnya. Ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi Wira hadir sendirian. Ulang tahun pabrik yang harusnya bersamaan dengan ulang tahun si kembar ternyata perayaannya harus dilewatkan karena Sully baru melahirkan putra ketiganya.Putra ketiga Sully dan Wira lahir di bulan yang sama dengan kelahiran Bima dan Sakti. Dan keluarga Sully kembali datang dengan formasi yang sama. Sari; kakak Sully adalah orang yang pertama kali tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui kehamilan adiknya.Dan hari itu, satu bulan setelah Sully melahirkan Sari kembali datang dengan anak bungsunya yang mulai belajar jalan. Dari ketiga kakak Sully, Sari pulalah yang menggendong putra ketiga adiknya itu sambil mengatakan, “Selamat datang putra ketiga adikku yang dulunya setiap hari ngomong jangan banyak anak.”Karena itu Sully mengerucutkan bibir memandang kakaknya.Keramaian ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi memang senga

  • Istri Nakal Mas Petani   273. Bukan Kelalaian

    Sully sudah melupakan tentang percintaan sore yang dilakukannya dengan penuh semangat dan keringat. Fokusnya sementara hanya tertuju merawat putra kembarnya dan mengerjakan dua tawaran endorsement yang sudah ia sanggupi. Ada dua iklan yang videonya sedang mereka garap. Pil pelancar ASI dan produk korset pelangsing perut. Kedua endorsement itu diterima Sully dengan penuh suka cita. Terlebih tenaga ‘babysitter’ si kembar masih melimpah ruah.Semua orang di rumah sedang berlomba-lomba menjadi sosok yang paling bisa menaklukkan hati si kembar. Semua ingin mendapat sebutan orang yang paling bisa membuat si kembar langsung tenang saat menangis. Termasuk Pak Anwar dan Bu Dahlia yang biasanya sering berdebat kecil. Suami istri itu kini terlihat kompak menjaga cucu laki-laki dari anak bungsu mereka.“Kita harus sering-sering bikin konsep video begini. Biaya produksinya kecil, mengedukasi, juga anti ribet-ribet klub.” Sully sedang membereskan kotak make-upnya.“Konsepnya emang bagus, tapi nggak

DMCA.com Protection Status