Tidak lama orang yang dia tunggu muncul dari balik gerbang. Terlihat dia sedikit bingung saat melihat mobil yang parkir.Dengan raut muka yang sulit dijelaskan gadis itu masuk kedalam mobil. Mobil itu segera melaju agak kencang menuju jalan arah kediamannya.Pengintaian sore ini cukup sampai disini. Hatinya lega tahu gadis penuh misteri itu pulang bersama orang yang menampung selama ini.Dalam mobil Bella masih terlihat kesal. Karna sebelum naik tadi Burhan mengatakan bahwa mulai hari ini dan seterusnya mereka akan pulang dan pergi bersama.Apa ini pertanda bahwa laki-laki aneh itu telah menerimanya. Dia tiba-tiba tergidik membayangkan akan melewati malam pertama mereka.“Itu muka kenapa dilipat-lipat,” tanya Burhan yang tidak sengaja melihat penumpang gelisah dari kaca spion tengah.“Gak ada, Aku hanya lelah. Hari ini ada dia anak yang diadopsi jadi banyak berkas yang harus diurus,” jawab Bella acuh.“Alhamdulillah, semoga mereka dapat orang tua yang baik,” ujar Burhan.“Bang, apa in
Dia mematut dirinya di depan cermin. Tubuh yang nyaris sempurna tanpa celah. Cantik, kulit putih bak porselen, meski terbilang kurus untuk bagian aset terpentingnya masih padat berisi.Hanya satu kurangnya, tidak memiliki rahim. Dia meraba perut langsingnya. Apakah akan ada keajaiban suatu hari nanti akan tumbuh benih di dalam sana. Benih dari buah cintanya dengan sang suami. Merasakan fase hamil dari trimester pertama, kedua dan ketiga. Serta merasakan sakit dan detik-detik kelahiran sang buah hati.Menangis bahagia saat tangis malaikat kecil memenuhi pendengaran. Begitu bayi mungil itu menghirup oksigen secara langsung.Bulir bening kembali mengalir dari mata indahnya. Seharusnya dia bisa lebih bersabar mencari kebenaran tentang rahimnya.Penyesalan selalu datang di bagian akhir. Jika di awal bukan penyesalan tapi pendaftaran.“Na, makan malam yuk.” Bi Siti membuka pintu.“Tolong bawakan kesini saja, Bi,” pintanya.“Baiklah.” Bi Siti tidak jadi melangkah masuk. Dia berbalik kembali
“Jangan gunakan lagi penutup kepalamu saat dalam rumah,” ucap Burhan tiba-tiba setelah dia menyelesaikan sholat.“Hah, kalau ada laki-laki lain yang masuk bagaimana?” tanya bella yang terkejut.“Mulai hari ini Aku akan melarang satpam masuk dalam rumah. Makan siang mereka biar Bi Siti yang antar kepos saja. Mang Ujang pun tidak boleh masuk tanpa izin darimu,” papar Burhan.“Baiklah, terima kasih,” sahut Bella mengulas senyum.“Eit, jangan GR. Ini hanya bagian dari rencana. Agar Nana mengira kita telah melakukannya saat melihat rambutmu basah,” lanjut Burhan.“Tau, tapi Aku bahagia karena Aban
Entah bagaimana awalnya seketika dia berniat masuk kedalam kamar yang diyakininya. Menjadi tempat untuk suaminya mencapai hasrat kelelakiannya.Begitu pintu kamar terbuka lebar. Dia sangat terkejut melihat tali merah yang membagi tempat tidur king size itu menjadi dua.Tepat di bawahnya berjajar empat guling. Yang cukup untuk mempertegas itu adalah batas. Ditambah lagi lipatan selimut di masing-masing bagian. Ini sudah membuktikan bahwa yang dilihatnya selama ini kebohongan.Seharian dia tidak karuan. Berharap waktu cepat berputar. Meminta penjelasan dua manusia yang terang-terangan menipunya.Sengaja dia tidak menutup kembali pintu kamar Bella. Agar mereka tidak bisa berkilah lagi. Dengan alabi yang mereka anggap m
Astaga, gadis itu memukul kepalanya. Berdosa wanita bersuami memikirkan laki-laki lain. Dia tahu dan paham tapi, entah mengapa selalu diulangi lagi dan lagi.Dia menatap lekat rahang tegas milik laki-laki yang tengah terlelap di ranjangnya. Menyusuri setiap incinya.Tidak terlalu buruk untuk seorang laki-laki yang hampir menginjak kepala empat itu. Hatinya yang sulit untuk melengserkan sang ustadz. Menjadikan keadaan kian rumit. Tekadnya sudah bulat, dia akan mundur dan meninggalkan tempat ini.Malam kian larut, keheningan menyelimuti bumi. Keheningan yang begitu menyakitkan untuk jiwa yang tengah berjuang menerjemahkan setiap baris takdir.Makan malam dalam kebisuan hingga tertidur pulas tanpa saling menyapa
Menikmati pemandangan yang meluncurkan. Gadis aneh itu putus asa kepalanya berputar melihat sampai dimana ujung kawat berduri.Aliran listrik itu hanya akalan Burhan untuk menakuti saja. Bagaimana jadinya jika benar terhubung listrik. Gerbang pun tidak akan bisa disentuh karena terhubung langsung dengan kawat berduri itu.“Dikiranya Aku beg*. Mana ada arus listrik. Ah, sialnya. Aku takut ketinggian.” Bella menyeret langkah mencari tempat berlindung dari terpaan matahari pagi yang mulai menyengat.Dia terduduk lesu, menunggu kesempatan agar bisa melewatinya gerbang.“Paket, paket.” teriakan kurir membuat senyumnya terukir. Berancang-ancang untuk berlari cepat Melewati satpam yang sibuk menerim
Awalnya dia memang menyukai gadis bercadar itu. Tapi menyadari perasaannya hanya sia-sia belaka. Sang gadis telah dipersunting sahabatnya sendiri jadilah mencari ganti dengan harapan lebih baik lagi.Nana pun sempat menjanjikan padanya. Akan mengenalkan dia pada wanita yang baik dimata Nana.Bukannya dia tidak bisa mencari sendiri. Tetapi, dia bosan setiap mengenal wanita kebanyakan mengumbar aurat bahkan ada yang berani mengajaknya melakukan hubungan suami istri.Sebagai laki-laki yang iman setipis kulit ari. Tentu sangat mudah untuk tergoda. Hanya rasa sayang yang begitu besar pada sang adiklah yang membuatnya teguh mempertahankan keperjakaannya. Hingga hal itu halal untuknya.Nana tersenyum bahagia, menatap dua l
Penderitaannya tidak sampai disana. Saat usia dua tahun ayahnya menyusul sang ibu di keabadian.Lalu tumbuh dalam pengasuhan Bi Siti dan istri baru ayahnya hingga usia sepuluh tahun. Mengharuskan dia memiliki sikap yang tegas yang berdampak pada ego yang tinggi dan keras kepala.Pola asuh Bu Maya yang terlalu memanjakan dirinya semakin memperjelas watak kerasnya. Beruntung sikap rendah hati, tidak sombong dan penyayang ibunya. Masih diwariskan kepadanya.Ya, Nana menuruni sifat dan wajah mendiang ibunya. Andai disandingkan dia dan ibunya bagai pinang dibelah dua.Itu yang menjadi penyebab ibu tirinya membalaskan rasa sakit hati pada sang ibu lewat Nana. Biar begitu dia tetap menyayangi sepenuh hati. Sebagai putri da