Setelah mereka selesai fitting baju pengantin Alex pamit kepada sang mamah. "Mah, Alex ke kantor dulu ya. Ada urusan mendadak tadi Rafa telfon. Alice biar nanti dijemput sama Niko aja,” ucap Alex. “Ehh jangan. Menantu mamah biar nanti mamah yang anter. Mamah mau shoping sama Alice sekalian mau makan siang sama papah mu,” kata Agatha. “Ya udah mama titip Alice dulu ya. mamah mau ambil mobil,” lanjut Agatha “Kamu jaga sikap sama mamah ya. Inget jangan sampai mamah atau papah tau kalau hubungan kita hanya sandiwara. Apalagi kalau sampai mereka tau kamu menikah dengan aku karena terpaksa,” bisik Alex. Melihat mobil sang mamah yang sudah didepan mata, Agatha langsung mengitari mobil tersebut dan masuk kedalam mobil. “Hati-hati ya ma,” ujar Alex. Dengan perlahan Alex mengemudikan mobilnya ke kantor. Agatha dan Alice pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana mereka berbelanja. Agatha tidak segan-segan membeli beberapa baju yang cocok untuk Alice tentunya dengan brand yang terkenal dan harg
Setelah Alex hilang dari pandangan matanya. Alice berlari meninggalkan dapur tersebut sambil menangis. Ia berlari menuju taman. “Aaaaaaaa.” Teriak Alice. Alice mejatuhkan dirinya di rerumputan hijau yang ada di taman itu. “Tuhan apa salahku? Sehingga aku yang harus menerima ini semua. Kau tau tuhan bukan aku yang menabrak mereka. Tapi kenapa aku di sini yang masih saja disalahkan. Bahkan sekarang aku justru menjadi tameng hubungan antara manusia sombong itu dengan kekasihnya. Kenapa semua ini terjadi pada ku, Tuhan? Apakah aku tak pantas untuk bahagia?” ucap Alice sambil setengah berteriak. Ia menangis memegangi dadanya yang terasa nyeri. “Bahkan aku selalu mengalah dengan kakakku. Aku selalu menuruti apa yang kedua orang tuaku inginkan tapi kenapa justru aku yang merasakan sakit seperti ini, Tuhan.” Lagi-lagi Alice hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat tragis ini. Suasana malam ini menjadi semakin menambah mellow tatkala terdengar gemuruh petir yang sudah mulai kelu
Sesampainya dikantor. “Hay Lex, Aku dengar dari tente Agatha kalau kamu bentar lagi mau menikahi Alice. Benar begitu?” tanya Askara. “Hemmm,” singkat Alex. “Wah wah wah sayang sekali, padahal tadinya aku yang akan menikahi Alice, ehh taunya malah udah keduluan. Alice yang cantik, imut, pinter masak, tinggi, putih, behh idaman baget pokoknya. Sebenernya sayang si, kenapa dia harus sama kamu,” ujar Askara Alex yang mendengar ucapan Askara hanya menatap sahabatnya tajam. “Santai Bro.. lagian kan kamu udah punya Meli. Jadi lebih baik Alice buat aku aja. Aku janji kalo aku bakal mencintai Alice dengan segenap jiwa raga aku." “Brisik kau Al. Sampai lo berani nyentuh Alice, habis lo di tangan gue!” Alex mencoba memperingati Alex. “Hahahahah.. kalem Lex, aku cuma pengen ngerti hati kamu yang sekarang aja. Ternyata bener kamu udah mulai cinta sama Alice,” kata Askara sambil tersenyum miring. “Diem gak kau! Brisik tau! Bagaimana pun hati aku itu bukan urusan kamu! Yang jelas aku masih ci
Di tempat lain. Di dalam kamarnya Ferdi menatap foto Alice sang putri sambil meneteskan air matanya. Dirinya sangat rindu dan sangat mengkhawatirkan keadaan Alice karena sampai detik ini komunikasi diantara dirinya dengan Alice terputus atas permintaan dari Alex. Ferdi selalu merasa tak berguna, karena tak bisa berbuat apa pun untuk Alice. Dirinya gagal untuk membuat Alice Bahagia. “Pah, cukup pah sudah. Biarkan Alice disana. Harusnya papah lega karena Denira tidak kenapa-kenapa.” Ujar Febri menghampiri Ferdi “Kau memang orang tua yang tak punya hati! Kau fikir aku bisa tenang saat anakku ada di dalam sana? Dia ada Bersama orang yang terkenal kejam!” ucap Ferdi. “Tapi buktinya kita tidak mendengar kabar kematian Alice kan, Pah. Jadi ya berarti Alice masih hidup dan baik-baik aja disana,” ucap Febri dengan rasa tak bersalahnya. “Astaga Febri! Apa yang sesungguhnya ada di otak kamu itu!” bentak Ferdi. “Sudahlah Pah. Aku tak mau berdebat. Percuma aku ngomong. Toh kau akan tetap memb
Mendengar tangisan dari Alice yang membuat aksi Alex berhenti dan kemudian tersadar atas apa yang dia lakukan saat ini. Alex pun segera bangkit dan pergi dari mansion itu. Pagi hari dimeja makan. “Kau gadis bodoh! Makanlah Bersamaku!” ujar Alex yang melihat Alice sedang menyiapkan sarapannya. “Tap..tapi tuan di dalam surat per jan….” “Aku yang membuatnya dan aku pula yang menyuruhmu untuk melanggarnya sebentar. Maka duduklah sebelum aku marah,” ucap Alex yang memotong perkataan Alice. Mau tak mau Alice pun langsung duduk di kursi yang ada depan samping Alex. “Besok adalah pernikahan kita, kau harus jaga sikap, mengerti gadis bodoh!” tukas Alex. “Iya Tuan, saya mengerti.” Jawab Alice singkat. “Oke kalau kau mengerti, disana kau harus memanggilku dengan sebutan Alex,” ujar Alex kembali “Iya Tuan,” kata Alice. “Huh kan aku sudah bilang panggil aku Alex. Apa kau tak mengerti Bahasa manusia?” tanya Alex sedikit kesal. “Astaga Tuan, kau yang mengatakan pada aku kalau disana aku h
Setelah acara pernikahan selesai, Agatha meminta Alex dan Alice untuk menginap beberapa hari di mansion utama dengan alasan dirinya ingin lebih dekat mengenal Alice. Mau tidak mau baik Alice maupun Alex terpaksa menyetujui usulan sang mamah dari pada nanti mamahnya menjadi curiga. Alice merasakan lelah yang sangat teramat pada tubuhnya. Untuk sedikit menghilangkan rasa lelahnya dirinya berniat untuk segera mandi dan lanjut untuk tidur. Setelah beberapa menit Alice melakukan ritual mandinya, Alice sengaja ingin merebahkan badannya dulu di sofa sambil memainkan gedgetnya sebentar. Namun tiba tiba suara Alex mengagetkan Alice. “Kalau kau mau tidur, langsung saja tidur di ranjang. Jangan tidur di sofa. Apa kau harap aku akan bersikap romantis terhadapmu yang akan menggendong tubuhmu yang ketiduran di sofa lalu di pindahkan ke ranjang? Jangan bermimpi gadis bodoh!” ujar Alex. Astaga mengapa semakin kesini pemikiran tuan ini semakin aneh, Tuhan. Padahal tak ada sedikit pun fikiranku un
Ke esokan harinya dikantor.Askara mengunjungi kantor Alex yang sebenarnya ada perlu dengan Rafa. Ya Rafa juga merupakan teman dari Askara. Namun saat urusannya selesai Askara melihat Alex yang sedang memasuki ruang kerjanya.Dengan usil Askara pun pergi untuk menggoda Alex.“Wih wih wih pengantin baru udah kekantor aja nih. Gak kejar tayang emang. Hahahah.” Goda Askara.“Brisik Lo. Kalau gak ada kepentingan mending lo keluar deh dari pada lo ngegoda gue. Gue lagi mau kerja!.” Ujar Alex“Santay Bro, Gak Asik lo sekarang. Ya udah lah kalau yang pengantin pria gak mau gue goda mending gue godain pengantin wanitanya aja. Kan lumayan siapa tau kalau kalian udah cerai nanti Alice mau nikah sama gue.” Ujar Askara.“Berani Lo ngegodain Gadis itu. Gue patahin tangan sama kaki Lo Al.” Ancam Alex“Wih Wih Wih makin ngeri aja bos yang satu ini. Hahahaha. Lagian lo itu jangan maruk dong. Lo harus pilih salah satu diantara mereka. Alice atau Meli. Pilih salah satu yang lo cinta. Lo gak kasian apa
Alex menyeret Alice sampai kedalam kamarnya. Dengan kasar alex menghempaskan tubuh Alice ke atas Kasur.“Katakan gadis bodoh !. Katakan apa yang telah kau lakukan pada temanku !!!. apa kau berniat untuk menjadi tuan putrinya dengan berusaha menggodanya ! Iya !. Dasar kau gadis bodoh tak tahu malu!.” Teriak Alex tepat didepan wajah Alice sambil menjambak rambut Alice dengan kencang.“Kenapa ?. Kenapa kau marah padaku jika memang aku gadis bodoh yang tak tahu malu ?. Kenapa kau harus berteriak padaku seakan kau tak terima aku dengan pria lain ?. Kenapa !. Kau sendiri yang membuat perjanjian dengan tidak mencampuri urusan satu sama lain ! Seharusnya kau tidak berhak tuan !.” Ujar Alice.“Rupanya sekarang kau sudah bisa menjawab perkataanku !. Apa kau lupa kalau kau sekarang adalah istri Ku hah !.” Ujar Alex semakin mengeratkan tangannya“Istri ?. Istri macam apa yang kau maksud jika perlakuan mu seperti ini pada ku tuan ?. Aku ini hanyalah tamengmu saja atas hubunganmu dengan Nona Meli.
Alice menghembuskan nafasnya kasar.”Tapi sayangnya kau memang sudah ditakdirkan menunggu, sayang. Karena saat ini aku sedang datang bulan. Jadi maafkan aku sepertinya malam ini kau kurang beruntung.” Alice berusaha menahan tawanya.”Ah sial.” Alex mengusap rambutnya kasar.…Pagi ini masih seperti biasa, Alice bangun terlebih dahulu. Ketika ia membuka kelopak matanya Ia melihat Alex yang masih nyaman dengan dunia mimpinya.Melihat wajah tampan milik Alex, Alice pun teringat akan kebohongan yang dilakukannya semalam.Sebenarnya Alice sangat merasa bersalah karena telah membohongi suaminya dan menolak untuk memberikan haknya sebagai istri. Tapi semua ini ia lakukan demi untuk membentengi hatinya agar tidak jatuh lebih dalam kedalam cinta semu yang ia sendiri tidak yakin akan terus menerus tumbuh dan mekar.Alice mengecup kening Alex, ”Maafkan aku.”Hari ini Alice ingin menghidari kakak beradik yang selalu membuat hartinya gudah. Ia ingin pergi, toh bukankah kini Alice sudah diperbolehk
Ketika berada di kantor tampak Brian sangat gelisah.”Kak, sepertinya aku kurang enak badan. Bolehkah aku pulang terlebih dahulu?” tanya Brian.”Tentu, pulanglah. Jangan lupa mampir ke apotik terlebih dahulu untuk membeli obat yang kau perlukan,” ujar Alex.”Iya Kak, Aku pamit.”Sesampainya di mansion milik Alex, Brian langsung mencari keberadaan Alice. Entah mengapa sedari tadi fikirannya selalu tertuju pada wanita yang sedari dulu singgah dihatinya itu hingga dirinya berani berbohong kepada sang kakak demi bisa menemui pujaan hatinya.”El,” panggil Brian yang melihat Alice sedang duduk di taman.Merasa dirinya dipanggil, Alice pun langsung menoleh ke sumber suara.Brian datang menhampiri Alice dan langsung memeluk Alice.”El, ayo kita pergi dari sini. Kita bangun keluarga kita bersama, El. Hanya ada kamu, aku dan anak-anak kita El. Aku gak mau kamu gak bahagia disini,” ucap Brian.”Lepaskan Iyen! Ingat, sekarang aku kakak iparmu!” Dengan sedikit kasar Alice melepaskan pelukan dari B
Pagi hari Alex dan Brian sudah berada di kantor.Hari ini Brian ingin mengunjugi perusahaan keluarga mereka yang sekarang dipimpin oleh sang Kakak dengan didampingi oleh Boy untuk mengawal mereka berdua.Alice diminta oleh Alex untuk tidak kemana-mana dan tetap berada di mansion.Seperti bisa Alice duduk di kursi taman sambil memandang bunga lily dengan tangannya yang memeang novel.Ia berencana ingin membaca novel kesukaannya, tapi entah kenapa mood membacanya pagi ini tak baik biasanya.”Boleh Aku duduk ?” Tanya Niko yang ternyata sudah berdiri di samping Alice.”Silahkan Kak.” Jawab Alice.”Aku rasa akhir-akhir ini Kau sedang bayak fikiran. Apakah Kau mau berbagi denganku ?” Tanya Niko.”Aku tidak apa-apa Kak. Mungkin hanya prasaanmu saja.” Ucap Alice berusaha menutupi perasaaannya.“Baiklah kalua Kau tidak mau jujur. Tapi bolehkah Aku bertanya sesuatu padamu ?” Tanya Niko kembali.”Tentu Kak.” Jawab Alice singkat.“Kemarin Aku melihat Tuan Muda Brian memelukmu di sini. Apa yang te
Ekhem.Suara Brian mengagetkan kedua sejoli yang tengah asyik saling menatap itu.”Sepertinya Aku menganggu.” Ucap Brian dengan sedikit penekanan.Melihat Brian yang mendekat dengan segera Alice hendak berdiri dari pangkuan Alex. Namun pinggang Alice ditahan oleh Alex.”Mana mungkin Kau menganggu ? Kau kan adikku. Siapa tau kau ingin belajar dengan kakakmu ini bagaimana cara memperlakukan wanita dengan romantis.” Ucap Alex yang dibalas dengan sedikit penekanan pula.”Oh ya ? Apa Kau sejago itu Tuan Muda Alex ?” Tanya Brian dengan nada sedikit sengit.”Kau kenapa ? Apa Kau sedang cemburu ?” Tanya Alex dengan senyuman miringnya.Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Brian sehingga terciptalah keheningan diantara mereka.”Hemm Aku bari ingat kalau aku ingin membuat cookies bersama dengan Bi Ayem. Jadi Aku duluan ya.” Ucap Alice memencahkan keheningan itu.Saat Alice hendak berdiri, ternyata pinggangnya masih ditahan oleh Alex.”Buatlah Cookies yang enak dan buatlah dengan penuh r
Di dalam kamar, Alice sedang menangis. Air mata yang keluar dari matanya tak kunjung berhenti. Ia benar-benar merasakan hatinya sangat sakit. Bagaimana tidak, disaat hatinya mulai mencintai orang lain, kini masa lalunya justru datang untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka.Mungkin akan singkat jika masa depan dengan dan masa lalunya tidak saling kenal. Tapi kini masalahnya tidak sesingkat itu. Kisah ini menjadi rumit rumit karena antara masa lalu dan masa depannya merupakan 1 keluarga bahkan ditubuh mereka mengalir darah dari keturunan yang sama.”Apa yang harus Aku lakukan Tuhan ? Aku ingin sekali mengabaikan Iyen, padahal Aku sudah berusaha untuk melupakan masa lalu dan tidak menganggap kehadiran Iyen disini, tapi Apa yang Dia lakukan tadi ? Dia berusaha menyakinkan Aku, berusaha ingin meminta maaf. Satu yang Aku tidak bisa Tuhan yaitu menyakiti salah satu diantara mereka berdua. Kenapa Aku harus terjebak dikadaan yang seperti ini Tuhan.” Ujar Alice sambil men
Alice sedang berada di taman dengan menatap indahnya bunga lily yang berjejer ditaman itu. Bagi Alice dengan dirinya menatap bunga lily bisa sedikit menenangkan hatinya tapi tidak untuk kali ini.Kegundahan yang ada dihatinya tidak kunjung membaik.”Ya tuhan kenapa Aku harus berada diposisi seperti ini ? Ini terlalu sulit bagiku Tuhan.” Ujar Alice dengan suara lirih.Keadaan yang tak pernah memihak pada dirinya membuat Alice lelah. Sebisa mungkin dirinya harus menekan rasa cinta yang kini mulai tumbuh dihatinya untuk Alex, tapi disisi lain Alice harus menghadapi orang yang datang dari masa lalunya yang kisah diantara mereka belum selesai.Kisah masa lalu yang harus membuatnya bangkit dari sebuah luka yang yang teramat dalam, kini setelah dirinya bisa kembali merasakan cinta, justru cinta itu hadir pada orang yang salah. Yaitu pada laki-laki yang juga masih dimiliki oleh perempua lain dan merupakan kakak kandung dari masa lalunya.Terbesit fikiran bodoh dibenak Alice, adakah yang mau
”Jadi bagaimana istriku dimatamu ?” Tanya Alex saat mereka telah sampai di ruang kerja Alex.”Baik, lembut, perhatian, dan sangat cantik. Dia begitu sempurna.” Ucap Brian sambil membayangkan wajah wanita yang saat ini sudah menjadi kakak iparnya itu.”Ekhmm. Ku harap Kau menjawab itu bukan sambil membayangkan wajah istriku.” Ucap Alex.Deg.. Selalu saja kakaknya itu pandai menebak apa yang dia rasakan saat ini.”Hahaha mana mungkin aku berani memikirkan wajah kakak iparku sendiri Kak.” Ucap Brian.”Tenang adikku Aku hanya bercanda. Ya Kau benar, Dia memang sempurna itu yang membuatku tak mau melewatkan kesempatan untuk memilikinya.” Ucap Alice.”Sungguh ? Kau yakin pada pilihanmu ? Lalu bagaiman dengan Meli ? Apa yang akan Kau lakukan padanya saat Dia sadar dari komanya ?” Tanya Brian.”Masalah Meli Aku sudah memikirkan matang-matang. Aku sudah menetapkan pilihanku pada Alice maka Aku sudah siap untuk melepaskan Meli. Aku tidak akan menyakiti kakak iparmu Brian. Aku akan melepaskan Me
Ditengah keheningan yang mulai membuka kembali sebuah luka yang telah mengering, disaat yang bersamaan Alex tiba di mansion miliknya.Pemandangan pertama kali yang Alex lihat saat dirinya memasuki mansion miliknya adalah dua orang yang saling menatap sedangkan didalam tatapannya itu terdapat sebuah luka. Alex memang tak tau pasti namun dugaan itu mencuat ketika samar-samar Alex mendengar suara sesenggukan dari Alice.Namun sebisa mungkin Alex menyingkirkan perasaan itu semua.Ekhmm... Suara Alex memecah keheningan itu.Alice yang mendengar suara Alex seketika langsung menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya.”Hati-hati dengan pandanganmu karena bisa saja jika Kau terlalu lama memandang istriku Kau akan jatuh cinta dengannya sama seperti Aku.” Ujar Alex menghampiri Alice dan Brian.Aku memang sudah mencintainya sejak dulu Kak, bahkan Aku masih mencintainya sampai sekarang. Aku yang lebih dulu mengenalnya dan bersamanya dibandingkan dirimu Kak ! Andai Aku bisa mengucapkan isi ha
Satu minggu telah berlalu, Alice mencoba untuk tetap kuat. Dirinya harus bangkit dan tidak boleh kalah dengan keadaan karena Alice percaya Tuhan akan memberikan ending cerita yang indah untuknya.Kini Alice mencoba untuk melupakan semua itu. Alice harus tetap seperti biasanya. Alice tak mau kalau Alex sampai tau kalau Alice sudah mengetahui semuanya.”Pagi Bi Ayem. Bagaimana kabar Bibi sekarang ?” Tanya Alice.”Astaga Non Alice, sudah berapa kali Non Alice ini bertanya seperti itu pada saya ? Bahkan sudah seminggu ini Non Alice tidak pernah absen menanyakan hal itu ke saya. Saya udah sehat Non bahkan sangat sehat. ” Jawab Bi Ayem.”Hehehe, masa si Bi. Kan Aku hanya ingin memastikan saja Bi. Aku tidak mau kalau nantinya Bibi jatuh sakit lagi.” Ucap Alice.”Bilang aja Non Alice khawatir tidak ada yang membantu berkebun dan merawat bunga lily milik Non kan kalau Bibi sakit lagi.” Ucap Bi Ayem sambil bercanda.”Hahaha. Ternyata Kau sangat mengenalku Bi.” Jawab Alice.Dari kejauhan Alex te