“Lo yakin kita enggak salah sasaran, Tu?” cemas Surya berupaya mengimbangi langkah kawannya yang sangat cepat.
“Gue yakin 100% bahwa memang dia orangnya, Ya. Si berengsek yang udah bikin hidup adik gue hancur.”
“Tapi ini tindak kriminal, Tu, kita bisa kena masalah kalau bertindak semena-mena sama dia.”
“Sejak kapan lo patuh sama hukum, Ya? Kalau emang lo enggak mau bantu gue, lo boleh pulang sekarang.”
Ratu menaiki anak tangga dengan cepat, bangunan yang dia kunjungi sekarang adalah bangunan kosong yang pembangunannya belum selesai. Ada urusan yang harus ia selesaikan di sana, wanita itu sama sekali tidak memberitahu suami atau adiknya tentang rencana ini. Hati yang diliputi amarah membuat otak Ratu memutuskan sesuatu yang cukup membahayakan nyawanya dan orang lain.
Akhirnya kedua sahabat itu tiba di lantai tertinggi, di sana dia melihat beberapa orang suruhannya sedang melingkup satu laki-laki yang s
“Nayla minggir, aku harus membunuhnya!”Nayla menoleh dengan mata bersimbah air kesedihan, kedua tangannya masih memeluk Geva erat. Melindungi laki-laki itu dari amukan Ratu yang membabi buta.“Aku tidak akan membiarkan kakak melakukan itu, jika kakak ingin membunuh laki-laki ini. Langkahi dulu mayatku baru kakak boleh membunuhnya.”“Nayla!” sentak Ratu, dia menyugar rambut terikatnya frustrasi. Ketika membalikkan tubuh ke belakang ternyata Nayla tidak datang ke sana sendiri, ada Rezan juga yang sedang menatap datar pada istrinya.Rupanya saat Ratu menginterogasi Geva sambil menyiksa anak itu, Surya mengirim pesan pada Rezan untuk segera datang ke sana dan menghentikan aksi gila Ratu. Surya tidak ingin sahabatnya menjadi pembunuh oleh karena itu dia terpaksa mengkhianati Ratu d
Geva kritis dan sempat koma selama tiga hari, kondisinya sangat buruk sampai akhirnya di hari kelima lelaki itu sudah tidak menempati ruang ICU lagi. Dia dipindahkan ke kamar rawat inap biasa dan sudah sadar dari komanya. Meski masih terbaring lemas di ranjang pasien, lelaki itu mengingat semua kejadian yang telah menimpanya. Bagaimana mengerikannya tindakan seorang kakak yang sudah ia sakiti hatinya. Pandangan lelaki itu masih lurus menatap jendela yang memancarkan cahaya mentari pagi. Sorot matanya kosong, pikiran lelaki itu terbang pada kejadian lima hari lalu. Saat dengan tangis kekhawatiran Nayla menghampirinya, memeluk tubuhnya yang bersimbah darah. Rela menentang kakaknya hanya untuk melindungi laki-laki pecundang seperti Geva.[Aku memaafkan Kakak, aku memaafkan semuanya, jadi tolong ... hiks hiks ... aku mohon ... bertahanlah. Hhgg ... aku tidak mau Kakak pergi, aku mohon hiks hiks.]Mata Geva memejam sambil meneteskan air mata penyesalan, betapa bodo
“Baik-baik di rumah,” kata Rezan sebelum menutup panggilannya.“Iya, kamu juga.”Panggilan terputus, Ratu merenung panjang di ruang tengah. Perhatiannya baru teralih ketika mendengar suara pintu terbuka, Nayla keluar dari kamar dan sudah berpenampilan rapi. Perut Nayla sudah agak terlihat mencuat memasuki usia kandungan kurang lebih tujuh minggu. Umumnya di kehamilan pertama perempuan, perut baru akan terlihat mengembang di usia kandungan 12-16 minggu.Hanya saja karena pola makan Nayla yang berubah sejak hamil sehingga ia mengalami kenaikan berat badan yang drastis, perutnya jadi semakin terlihat. Dokter sudah menyarankan agar Nayla mengatur pola makannya dengan baik. Banyak mengonsumsi sayur dan mengurangi makanan berlemak atau yang mengandung kadar gula tinggi.“Kamu mau
“Aku akan bertanggung jawab, aku akan memastikan Kiran tetap memiliki masa depan yang cerah.”Ratu tersenyum remeh, “Hhh, bagaimana bisa aku percaya pada bajingan sepertimu? Kamu sudah mencelakai adikku, melukainya habis-habisan, dan berniat menelantarkannya. Kamu bahkan ingin membunuh darah dagingmu sendiri, otakmu disimpan di mana sebenarnya? Apa jangan-jangan kamu memang tidak punya otak?!”“Kak Ratu ...,” cicit Nayla yang merasa umpatan kakaknya sudah keterlaluan.“Diam, Nay! Kamu jangan ikut campur!”“Bagaimana aku tidak ikut campur, ini masalahku, Kak! Sudah kubilang berhenti membenci kak Geva, aku sudah memaafkannya.”“Kamu bodoh atau bagaimana, hah? Kenapa kamu masih membelanya? Dia jahat, Nay, dia sudah membuatmu menderita!”“Iya, kak Ratu benar, kak Geva memang sudah sering menyakitiku tapi Kakak mesti tahu dia juga yang membuatku bahagia. Dia yang sudah
[Jaga kepercayaan saya maka hidup saya adalah milikmu]Terbesit pernyataan Rezan yang menjadi bukti cinta laki-laki itu untuk Ratu. Dia selalu lemah saat Rezan mengungkapkan hal itu dan kini Geva melakukan hal yang sama. Katanya anak itu siap memberikan seluruh hidupnya untuk Nayla, apakah Ratu harus mempercayainya?“Nayla, kamu sangat mencintai laki-laki ini?” tanya Ratu tanpa mengalihkan pandangannya dari Geva.“Iya, Kak, aku sangat mencintai kak Geva.”Ratu membeku untuk waktu yang lama, Nayla sudah keringat dingin menanti jawaban sang kakak. Geva terus berdoa dalam hatinya agar Ratu luluh dan memberi satu kesempatan untuknya. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi jika Ratu sampai menolak permintaannya.“Hhh, lakukan apa yang kamu mau, tapi ingat janjimu, jika kamu melukai Nayla lagi maka aku benar-benar akan menghabisimu,” tegas Ratu, Geva dan ayahnya bernapas lega sementara Nayla langsung berhambur
“Aku tidak menyangka anak itu benar-benar jatuh cinta, syukurlah,” kata Restu tersenyum bahagia melihat putranya yang sekarang.Dia sudah tidak tenggelam dalam kepiluan masa lalu, walaupun Rezan belum memaafkannya setidaknya dia senang melihat putranya bahagia.“Mas tidak merasa istri Rezan itu orang yang berbahaya?” tukas Laras yang turut hadir dalam acara itu, bayinya tidak ikut serta dan dititipkan pada pengasuh.“Berbahaya bagaimana maksudmu?”“Asal-usulnya tidak jelas, dia bermasalah begitu pun dengan adiknya. Aku merasa citra buruknya akan merusak nama baik Rezan dan perusahaan nanti.”“Rezan bukan orang ceroboh yang asal memilih pendamping, apa yang dia alami di masa lalu memberikan pelajaran berharga untuknya. Ratu bisa menyembuhkan luka Rezan, artinya dia memang benar-benar pantas untuk menjadi pendamping putraku.”“Tapi Mas, aku tetap merasa tidak nyaman dengan kehad
“Mas udah selesai kerjanya?”“Sudah, saya baru mau kembali ke kamar.”“Jangan dulu, kita ngobrol aja di sini. Bosen juga sama suasana kamar.”Tanpa meminta izin, Ratu langsung duduk di pangkuan Rezan yang masih duduk di kursi kerjanya. Rezan membiarkan saja, sisi manja istrinya sedang kumat. Dia akan menikmati momen ini.“Saya pikir kamu sudah tidur.”“Enggak bisa tidur,” keluh Ratu sambil menyimpan kepalanya di dada Rezan, ia membimbing tangan suaminya untuk memeluk tubuhnya agar posisi Ratu semakin nyaman.“Kenapa?”“Enggak tahu, belum mau aja mungkin.”“Belum mau atau gara-gara tidak ada saya?”“Kayaknya yang kedua.”Rezan tersenyum, menyedot semua perhatian Ratu sampai mata wanita itu tak berkedip cukup lama.“Kenapa lagi, terpesona?” tanya Rezan lembut.“Huum, denger deh,
“Apa yang harus aku lakukan Bram? Sepertinya si tua bangka itu mulai curiga padaku,” cerita Laras, saat ini ia sedang menemui laki-laki yang tempo hari bertukar kabar dengannya via telepon.Setelah berhasil keluar dari rumah secara sembunyi-sembunyi dan menitipkan bayinya pada pengasuh Laras menemui Bram di salah satu kelab yang cukup terkenal. Dia tidak bisa bergerak lambat, sebelum semuanya terbongkar Laras harus mengamankan posisinya.“Curiga bagaimana?”“Entahlah, sikapnya aneh dan dia jadi sering mengintimidasiku.”“Maklumi saja, suamimu kan sudah tua jadi pasti dia lebih akan lebih sensitif.”Bram dengan asyik menikmati segelas vodka sambil menghisap vape dan mengembuskan asapnya ke arah Laras. Kurang ajar, Laras sampai terbatuk karenanya.“Aku serius Bram, kita harus cepat bertindak.”“Kamu mau aku melakukan apa, Sayang?”“Lakukan apa saja, tua
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia