Share

Bab 404

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Anak, Bunda. Kamu, pulang dengan suami mu?" tanya Tias.

Tias yang sedang berada di teras rumah pun tersenyum saat melihat putrinya yang kembali ke rumah.

Seperti yang dia ketahui bahwa anaknya itu sudah menikah, sehingga tidak salah dirinya bertanya tentang suami dari anaknya tersebut.

Apa lagi Tias tidak melihat Niko, hanya Ranti saja seorang diri yang pulang ke rumah.

"Ranti, sendiri. Mau istirahat juga, Ranti masuk angin, Bun. Pusing banget kepala, Ranti," Ranti pun memegang kepalanya yang terasa pusing, sebab kemarin kelelahan serta terlambat makan.

Di tambah lagi semalam dia tidak tidur, hanya tertidur di saat matahari terbit.

Jadi wajar saja jika dia kelelahan.

Bahkan bukan hanya sekedar lelah badan, dia juga sedang lelah perasaan. Karena, ucapan Niko yang begitu kejam.

Menuduhnya tanpa jelas alasannya, hingga membuatnya menyesal setelah mengambil keputusan untuk menikah dengan pria itu.

Pria yang menurutnya tak tahu terima kasih, bersyukur sekali wanita yang mengambil keputusa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Iraaaa
lanjut thorrr weekend ini enak baca novel
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
gas ..........
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
mereka sedang mengurung diri di kamar KK, jadi saya juga nggak bisa liat, mana pintunya di kunci lagi, Ahahahhaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 405

    "Ben, aku mau mengundurkan diri."Pagi ini Ranti langsung saja menemui Beni, dia adalah seorang perawat yang sebelumnya memilihnya menjadi asisten Niko.Setelah kejadian kemarin, hari ini dia pun memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai asisten Niko.Ranti benar-benar tak ingin bertemu apa lagi terlibat pekerjaan dengan Niko.Hingga keputusan tepat adalah keluar dari pekerjaannya.Dia bisa mencari tempat kerja lainya setelah ini, asalkan tidak bersama dengan Niko.Beni yang mendengar sedikit terkejut, dan dia juga tak tahu jika Ranti adalah istri sah Niko.Karena saat pernikahan Niko kemarin hari dia tak bisa datang, sebab Ibunya sedang sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit."Mengundurkan diri? Kenapa? Kamu itu bukannya mau cari pengalaman?" tanya Beni yang penasaran."Nggak, aku mau cari kerja di tempat lain aja," jawab Ranti dengan yakin."Kenapa?""Aku tidak ingin bertemu dan terlibat dalam hal apapun dengan, dia," membayangkan wajah Niko saja Ranti tidak ingin, apa lagi bert

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 406

    "Dokter Niko, ada pasien gawat darurat," kata Beni yang masuk untuk memanggil Niko.Niko yang ingin berbicara kembali dengan Ranti setelah Gina pergi pun terpaksa harus mengurungkan niatnya.Sedangkan Ranti hanya diam saja sambil melipat kedua tangannya di dada, dia seperti tak ingin terlibat dalam urusan Niko."Iya, saya akan ke sana," kata Niko.Kemudian Beni pun segera pergi."Ranti, urusan pekerjaan harus dilakukan dengan baik. Bukankah kamu sudah tahu seperti apa tugas kita sebagai tenaga kesehatan yang harus profesional dalam keadaan apapun?" tanya Niko, sekaligus mengingatkan Ranti.Ranti tahu dengan hal tersebut, tapi apakah dia bisa bekerja dengan Niko?Itulah yang membuatnya kesal.Coba saja dia bekerja dengan orang lain, mungkin keadaannya akan lebih baik dari ini."Baik, pekerjaan adalah pekerjaan, kamu juga jangan membahas masalah kita di sini, kamu tetap seperti sebelum pernikahan kita terjadi!" tegas Ranti."Iya," Niko pun mengangguk, "cepat, ikut aku!" Niko pun mencoba

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 407

    "Ranti!" panggil Niko.Akan tetapi Ranti tak mendengar lagi suara Niko yang memanggilnya, sepeda motor yang ditumpanginya sudah melesat jauh.Ranti pulang bersama dengan Beni, karena sudah berjanji untuk pulang bersama.Membuat Niko pun merasa kesal, dia sudah berusaha untuk menyusul Ranti saat pekerjaannya selesai.Namun, ternyata tidak membuahkan hasil.Hingga kini Niko langsung menuju kediaman mertuanya, karena dia tahu pasti Ranti pulang ke rumah Bundanya."Niko, kamu sendiri? Ranti, di mana?" tanya Tias yang tidak melihat putrinya Ranti.Niko pun bingung dengan pertanyaan Tias, karena Ranti sudah pulang lebih awal."Apa, Ranti belum sampai di rumah, Bunda?" tanya Niko kembali."Belum, memangnya kalian tidak pulang bersama? Kalian kan, kerjanya bersama terus," kata Tias yang benar-benar bingung.Hingga tak lama berselang Ranti dan juga Beni pun tiba."Sampai jumpa besok," Ranti pun melambaikan tangan setelah turun dari sepeda motor milik Beni.Setelah itu Beni pun segera pergi, di

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 408

    Kedua tangan Ranti yang menggantung mulai terkepal erat, dia tak dapat menahan rasa kesal terhadap lelaki menjengkelkannya di hadapannya itu."Kau itu, sangat menguji kesabaran ku! Sampai-sampai, Bunda, pun seperti itu!" omel Ranti.Sedangkan Niko memilih diam saja, sebab percuma juga berdebat dengan Ranti.Kemudian Ranti pun melihat handuk miliknya yang melingkar di pinggang Niko."Ini handukku!" Ranti pun menunjuk handuk tersebut dengan berapi-api, "ini handuk kesayangan ku! Kenapa kau lancang sekali memakainya?" Ingin sekali Ranti mencekik leher Niko karena berani memakai handuknya, ini sangat menjengkelkan.Selama ini tak pernah ada yang memakai handuk kesayangannya itu, selain dirinya. Karena, Ranti memang tak mengijinkan sama sekali.Tapi lihatlah pria itu, sungguh sangat tidak sopan."Aku hanya meminjamnya," jawab Niko dengan santainya.Tanpa amarah sama sekali, sampai saat ini pun tidak ingin berdebat juga dengan Ranti."Meminjam? Kau itu mencuri! Memakai tanpa ijin! Mana ada

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 407

    "Kamu itu banyak bohongnya! Cepat pergi!""Aku serius. Dan, aku juga butuh istirahat," Niko pun segera masuk ke dalam selimut, dia tak ingin pergi dari sana.Karena ternyata menggoda Ranti cukup menyenangkan, lihat saja wanita itu dengan wajah kesalnya bisa membuat Niko terhibur.Apa lagi saat lelahnya dalam bekerja, tentunya dia butuh sedikit hiburan.Tapi Niko memang sedang butuh istirahat, karena dia cukup kelelahan.Belum lagi saat dirinya memutuskan untuk menerima perjodohan Widia saat itu, seketika malam-malam Niko terasa berat.Dia bahkan tak pernah bisa tidur dengan nyenyak, sedangkan diwaktu siang hari pun dia terus menyibukkan diri dengan bekerja.Hingga saat ini dirinya merasa sangat lelah, lelah hati, pikiran dan juga badan."Pergi! Kamu pulang sana, aku mau istirahat juga!"Ranti terus saja berusaha untuk mengusir Niko, tetapi sulit sekali. Karena, pria itu masih dengan kerasnya pendiriannya.Membuat Ranti pun bingung harus bagaimana, dia pun segera keluar dari kamarnya.

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 408

    Ranti pun mengisi jarum suntik dengan obat, membuat Niko yang melihatnya pun bergidik ngerti.Niko memang seorang dokter, dia sudah biasa menggunakan jarum suntik untuk pasien-pasiennya, bahkan dia juga sudah terbiasa dengan benda tajam lainya.Mengingat dia juga sudah tak diragukan lagi dimeja operasi.Akan tetapi sebenarnya Niko sendiri takut di suntik.Begitu juga dengan saat ini, saat melihat Ranti berjalan ke arahnya dengan memegang jarum suntik sungguh membuatnya merasa ketakutan.Sejak kecil dia memang takut di suntik, tapi saat sudah besar malah berkeinginan menjadi dokter.Dia pikir dengan begitu maka dia tak akan takut di suntik lagi, namun kenyataannya sampai detik ini pun dia masih takut di suntik.Dan dia hanya mau menyuntik pasiennya saja, tidak untuk dirinya sendiri."Ranti, tolong jangan di suntik, aku sudah sembuh. Atau bagaimana kalau kau saja yang aku suntik, tapi pakai jarum suntik keramat," kata Niko berusaha untuk bernegosiasi dengan Ranti."Jarum suntik keramat?

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 409

    "Kamu ngapain ke kamar, Bunda?""Mau tidur, soalnya di kamar, Ranti, ada, Dokter Niko."Ranti pun merebahkan diri di atas ranjang milik sang Bunda.Dia benar-benar butuh istirahat, sebenarnya tempat istirahat terbaik adalah kamarnya sendiri.Namun, mau bagaimana lagi. Karena di kamar itu ada Niko.Jadi pilihan tepatnya adalah istirahat di kamar Tias.Akan tetapi sepertinya Tias bingung dengan putrinya tersebut."Kok, di kamar, Bunda? Kamu, 'kan, punya kamar.""Kan, Ranti udah bilang. Di kamar, Ranti ada, Dokter Niko.""Terus kenapa?"Ranti merasa kesal dengan pertahanan Tias, padahal tak perlu lagi di jelaskan. Karena seharusnya Tias tentunya mengerti."Bunda, di kamar, Ranti, ada, Dokter Niko. Terus apa mungkin, Ranti juga tidur di sana?""Kenapa tidak?" "Dia laki-laki, Bunda," terang Ranti lagi."Bunda, tahu. Dan, Bunda juga nggak pernah bilang, kalau dia perempuan," jawab Tias."Ya, udah. Kalau begitu, ngapain, Bunda masih tanya."Tias pun segera menarik tangan Ranti, "Bangun, kel

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 410

    Suara ponsel Ranti pun terdengar, membuatnya pun menghentikan aksinya yang tengah memukuli Niko.Kemudian dengan segera menjawab panggilan tersebut.Tapi, dia masih menatap Niko dengan begitu tajam. Rasa kesal pada pria yang berstatus sebagai suaminya itu belum juga bisa mereda dengan begitu mudahnya."Halo, Ben," jawab Ranti sambil meletakkan ponselnya pada telinganya."Aku jemput, nggak?" tanya Beni dari balik sambungan telepon, karena kemarin hari Ranti sendiri yang mengatakan agar Beni menjemputnya.Kemudian akan berangkat menuju rumah sakit bersama-sama."Tapi, aku nggak tahu apa, Dokter Niko, masuk kerja atau nggak. Aku tanya dulu, ya, nanti aku hubungi lagi," kata Ranti.Sebab dia tahu semalam Niko demam dan tidak tahu apakah pagi ini akan bekerja atau tidak.Lebih baik dia bertanya terlebih dahulu, sebelum belum capek-capek berangkat dan ternyata Niko tidak masuk bekerja."Baiklah, nanti kabari aku."Kemudian panggilan pun berakhir, Ranti pun meletakkan ponselnya pada sopa."D

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status