Share

Part 47

Erina tidak menjawab pertanyaan dari anak tirinya. Membuat Nadia yakin bahwa apa yang diceritakan polisi barusan adalah benar.

"Tidak usah dijawab. Ayo kita pulang," ajak Nadia pada Erina. Perempuan yang mengendarai motor matic berwarna putih itu diam dan hanya bisa menurut.

Sepanjang perjalanan, keduanya saling membisu. Hingga tak terasa, motor yang mereka tumpangi telah sampai di halaman rumah.

Dengan langkah cepat, Nadia masuk dan segera menuju kamarnya. Menguncinya dari dalam dan tidak membukakan pintu untuk siapapun yang mengetuk.

Bayangan sang ibu yang berjalan dengan pincang, berusaha membebaskannya dari tuntutan menari-nari di pelupuk mata.

"Kenapa harus aku ya, Allah," lirih Nadia di tengah isak tangis.

Menjelang Maghrib, Nadia baru beranjak. Itupun karena ingin ke kamar mandi.

"Nadia," panggil Saroh saat gadis itu terlihat berjalan melewati dirinya yang sedang menghangatkan makanan di atas kompor.

Nadia hanya melirik

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status