Share

Bagian 40

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-27 11:28:25

Saat melewati jalan depan masjid, terlihat Pak Irsya memperhatikan ke arah kami. Pria itu tersenyum pada Danis dan melambaikan tangan.

“Dadah, Om …,” teriak Danis dari atas delman.

Aku hanya menunduk saja, saat delman berlalu di hadapannya.

Kusandarkan seluruh rasa padaMu, Sang Pemilik hati. Ucap batinku.

Saat akan melewati sebuah pertigaan, delman yang kami tumpangi berhenti. Entah kebetulan dari mana, datang sebuah delman lain dari arah kiri, yang penumpangnya adalah orang yang sangat kami kenal. Mas Agam bersama Aira, Rani dan Mbak Eka. Mereka terlihat bahagia.

Kuda yang menarik delmannya hampir menabrak kuda yang menarik delman kami. Sehingga, mau tidak mau, mereka melihatku dan anak-anak. Segera kupalingkan muka.

“Habis ini, kita ke

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (18)
goodnovel comment avatar
Hasdi Nursi
mantap Nia. biar taurasa mereka. cuma iya heran jg, kenapa harus sering ketemu mereka??!! mana kasihan sekali ke2 anak" Nia selalu dlm p0sisi tersisihkan 0leh Aira,, hemmm...
goodnovel comment avatar
Nur Inayah
kenapa lama bgt mereka gak cerai2,aku dah jengah liat polah keluarga agam yg g tau malu
goodnovel comment avatar
Rahmawati
oh gitu ya... iya ya... anaknya siapa itu? gak mungkin agam berbuat baik tanpa ada timbal balik... uupps...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 41

    Setelah memilih masing-masing satu balon, aku membayar.Jujur saja, hati ini sakit, melihat betapa terlalunya Agam pada Aira. Lelaki itu benar-benar harus diberi pelajaran.Kami sudah berada di mobil saat ini. Kulajukan kendaraan roda empat secara pelan-pelan. Mas Agam dan kroninya terlihat berdiri di samping jalan. Kebetulan sekali, ada kubangan air bekas hujan tadi siang. Segera kulajukan mobil dengan cepat agar air yang menggenang itu mengenai tubuh mereka. Dan, kejahatanku sukses. Badan mereka pasti basah kuyup.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 42

    Sidang ketiga pembacaan putusan sidang tinggal dua hari lagi. Aku sangat berdebar menanti hari itu datang. Berharap, keputusan cerai akan terjadi pada hari itu.Hari ini, adalah hari ulangtahun Danis yang ke lima. Anak kecil itu merengek sudah lama, ingin agar ulang tahun kali ini dirayakan seperti teman-temannya. Maklum-lah, selama hidup dengan ayahnya, dirinya tidak pernah sekalipun dibuatkan acara seperti itu.Dari pagi, kami sudah sibuk. Mbak Wati, Ibu dan beberapa pekerja pabrik, kuminta untuk memasak di rumah. Mereka membuat nasi tumpeng kuning lengkap dengan lauk pauk, aneka jajan yang dimasukkan dalam plastik, serta menata tempat yang akan digunakan untuk acara potong kue. Fani mendapat tugas menghias ruangan dan membungkus kado untuk doorprize. Bapak yang memasang balon pada bagian atas. Acara akan dilaksanakan jam satu siang. Dengan dua orang badut sudah kusewa untuk meramaikann

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 43

    “Danis, kenapa sama adeknya gitu, sih? Gak boleh, dong. Kan, adeknya jadi terluka.” Ibu Mas Agam tampak tidak terima melihat cucu kesayangannya terluka.“Bu, tolong jangan marahi Danis. Seandainya tadi Ibu tidak mengiyakan Aira, ini juga tidak akan terjadi. Lagipula, Aira dulu yang mencoba memukul Danis.” Aku menjawab kesal.“Aira masih kecil, Nia, Danis sudah besar.”“Besar apanya, Bu? Usia mereka hanya terpaut satu tahun. Sampai kapan pun, Ibu akan selalu menyuruh anak saya untuk mengalah. Pahami juga perasaan anak saya Bu.”Aira menangis sejadi-jadinya, membuat suasana semakin kacau. Ibu mertua membawa anak itu ke luar rumah. Ibuku yang sempat melongok, tetapi kembali ke dapur lagi. Wanita yang telah melahirkanku terlihat enggan menyusul mereka. Sebenarnya, keluargaku sudah jengah dengan anak kecil itu.Kini, hanya tinggal ada aku dan Mas Agam di ruang tengah. Danis marah dan masuk kamar, disusul k

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 44

    “Kalau tidak suka, silakan pulang, Mas. Lagian, Mas Agam juga sudah digugat cerai, kan? Kenala masih ke sini? Biasanya juga, gak ingat kapan Danis ulang tahun.” Adik semata wayangku mengungkapkan kekesalannya.Lagi-lagi, Aira menangis karena tidak mendapat barang yang diinginkan.“Danis, ayah pulang, ya?” pamit Mas Agam.“Iya,” jawab anaknya dengan ketus, tanpa menoleh sama sekali.“Aira, kadonya dikasih sama Mas Danis, sana.” Ibu mertua membujuk anak Rani yang masih sesemggukan di pangkuan.Benda yang terbungkus kertas itu, teronggok di sudut ruangan bersama jaket dan Ibu. Sepertinya, Fani yang menyingkirkan.“Gak mau! Kadonya mau dibawa pulang aja!”“Bawa pulang aja. Kita juga malas buka barang kamu,” sungut Fani kesal.Bapak masuk dari ruang tamu, dan segera bergabung duduk bersama kami.“Agam, setelah ini, saya minta jangan data

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 45

    “Ngapain?”“Taruh sandal mereka di tempat sampah,” jawab Fani, tanpa beban sedikit pun. Bahkan, dia sudah tertawa bahagia.Aku mengembuskan napas. “Kalau ada CCTV, gimana?”“Palingan, Mas Agam diem aja kalau tahu aku yang ngumpetin, Mbak.”Aku hanya bisa menggeleng-geleng kepala, melihat ulah jahilnya. Beberapa saat kemudian, aku merasa pusing. Mungkin karena terlalu lama berada di ruangan pengap dengan suara gaduh. Aku langsung mengajak Fani untuk pulang.“Kalau kalian masih mau nyanyi, silakan. Nanti aku yang bayar. Mau berapa jam?” tanyaku pada Rena dan Dini.“Kita ikut pulang aja, ah, Mbak. Gak asih kalau cuma.”Jawaban Rena itu bohong. Aku tahu, pasti canggung bila harus bersama Dini yang baru dikenalnya.“Makan dulu, yuk? Mbak Nia yang traktir.”Ya Allah, ini bocah. Aku seperti serang dimanfaatkan.Aku hanya berdecak. B

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 46

    Diriku berada di toilet lumayan lama. Sekitar seperempat jam, baru kembali ke saung. Sesampainya di sana, Pak Irsya sudah tidak ada. Aku bernapas lega. Segera kuinterogasi Rena.“Kenal, Mbak. Dulu, pas awal nikah, aku ngontrak di perumahan yang sama dengan Pak Irsya. Waktu beliau masih punya istri.”“Kalian pernah membicarakanku?”“Kira-kira?” Rena malah balik bertanya.Aku mendengkus kesal. “Ren, kamu yang kasih tahu Pak Irsya, kalau aku di sini?”“Tidak, Bos. Tuh, Pak Irsya ada di saung sana, lagi ada acara makan-makan juga sama kepala sekolah yang lain.” Rena menunjuk salah stau saung di sana. “Itu namanya jodoh, Mbak. Di mana-mana selalu ajq ketemu.”“Mbak, itu siapa, sih?” tanya Fani, yang memang tidak pernah tahu siapa Pak Irsya.“Calon. Calon suaminya Mbak Nia, Fan. Ingat, ya, calon. Kamu paham, kan?”“Maksud Mbak Rena?&

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 47

    Teleponku berdering saat aku memasak di dapur. nomor baru. Kuangkat segera dan mengucap salam pada orang di seberang sana.“Mbak, ini Dina.”“Ya, Din, ada apa?” tanyaku malas.“Aku disuruh bude untuk ngabarin sama Mbak, kalau Aira sakit.”“Terus, apa hubungannya sama aku?”“Kali aja, Mbak mau jenguk.”“Maaf, Dina. Aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga mereka, apalagi Aira.”“Nanti aku kirim nama ruangannya, ya, Mbak?”“Gak perlu, Dina,” tolakku, tanpa ampun. “Dengar, apa pun yang terjadi sama anak kecil itu, aku tidak mau tahu.”“Mbak, jahat banget, sih? Aira itu anak kecil, Mbak. Jangan dibawa-bawa untuk melampiaskan kemarahan Mbak sama Mas Agam. Mbak terima saja takdir kalau Mas Agam tidak cinta lagi sama Mbak,” cerocos anak itu, dengan penuh emosi. “Tapi, sekarang Aira sakit

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 48

    “Buat comblangin ke Mbak, kali, bukan buat aku. Kalau aku, sih, mau gebet dosen bujang pembimbing skripsi aja. Tapi dia mau sama aku, gak, ya?”“Pasti enggak, lah, Fani! Sadar diri, otak pas-pasan begitu.” Kali ini, aku balik mengejeknya.“Eh, Mbak, kalau Pak Irsya masih bujangan, aku mau sama dia. Sayang, udah duda.”Aku diam saja.“Dia sama kamu aja, deh, Mbak. Sama-sama kesepian.”“Hentikan bercandamu, Fani! Kamu maupun Nia, tidak boleh ada yang menikah dengan PNS lagi. Cukup sekali bapak punya menantu berpangkat. Bapak tidak ingin lagi dianggap orang yang tidak punya harga diri.”Seketika, bibir Fani mengatup sempurna saat melihat bapak berdiri di ambang pintu tengah. Muka adikku pucat, antara menahan takut juga malu.Setelah kepergian lelaki yang telah banyak berjasa dalam hidup kami, Fani terdiam. Menatap benda berlayar besar di meja dengan pandangan yang nanar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status