Setelah keputusan besar itu diambil oleh Andreas, ia mulai berusaha mengejar Clara. Walau malas mencurahkan perhatian, tetapi diingat bahwa tujuan dari semua tidak lain demi buah hati. Andreas menahan kesabaran dalam diri, ditolak berkali-kali oleh Clara selama dua minggu ini. Niat dan semangatnya tak padam, ditambah Laras telah memberi lampu hijau. Memudahkan Andreas meluluhkan Clara agar bersedia menikah dengannya.Termasuk Clau dan Arjuna, sejoli ini bersedia membantu asalkan Andreas benar-benar tulus. Akan tetapi, hati manusia memang tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri dan Sang Pencipta.“Aku bilang tidak perlu dijemput. Clau pasti memesan taksi online untuk aku dan ibu.” Clara memutar bola mata, karena Andreas selalu memaksakan kehendak.Ya, setelah dua minggu melihat perjuangan Andreas. Setidaknya membuat Clara yakin jika ayah dari bayinya, tidak akan mengecewakan. Alhasil, Clara menerima lamaran Andreas, tetapi mengajukan syarat jika mereka hanya bertindak sebagai oran
Tepat hari ini semua akan berubah, status, peraturan, peran dan kehidupannya. Clara sedang didandani oleh penata rias terkenal kepercayaan keluarga Lehman. Gaun putih panjang melekat sempurna, perut buncitnya menolak disembunyikan. Sejak pagi tadi janin dalam kandungan bergerak.“Clau kenapa anakku tidak bisa diam?”“Umm … mungkin dia senang ayah dan ibunya akan menikah. Coba kakak bicara agar dia sedikit tenang.”Clara mengangguk, melakukan saran dari adiknya. Benar saja, janin mulai tenang dan tidak membuat perut Clara geli. Ia menatap diri pada cermin besar berhias bunga, pada akhirnya pria yang menjadi suaminya bukanlah Arjuna tetapi Andreas Lehman.Sore ini pernikahan dilangsungkan di Villa pribadi milik Andreas Lehman. Semua tidak lain untuk menutupi jejak Clara, dan mengamankannya dari adik sambung Tuan Besar Lehman. Clara menolehkan kepala ketika seorang pengiring pengantin wanita memanggilnya keluar. Dibantu Clau, ia berdiri perlahan, menggenggam buket bunga mawar putih. Tid
“Clara? Clara Stewart! Hey.”Andreas menggerakkan telapak tangan di depan wajah Clara. Sebab wanita hamil ini melamun, menatap kosong ke depan. Menyebabkan kedua alis Andreas saling bertaut, lalu mencoba mengguncang pelan bahu Clara.“Clara? Kenapa bengong? Kalau lelah istirahat, atau mungkin lapar, hah?”Seketika Clara mendapatkan kembali kesadarannya, mengerjapkan mata dan melirik isi kamar. Kemudian tatapan bola mata coklat beralih kepada Andreas yang sedang melepas celana panjang.“Kamarku di mana?” bingung Clara karena tadi setelah membuka pintu ia tertegun mendapati Andreas membuka kemeja.“Tentu saja di sini. Villa ini hanya memiliki satu kamar tidur, sengaja aku dekor untuk kepentingan pribadi. Tidak menerima tamu apalagi orang asing.”“Jadi kita tidur di sini?” telujuk Clara mengarah pada ranjang yang cukup besar. Bukan king size seperti kebanyakan kamar mewah.“Clara, kau itu bukan perawan lagi. Jadi apa yang harus ditakutkan, kalaupun terjadi sesuatu diantara kita, memang s
“Andreas? Kenapa belum tidur?” Clara terbelalak, bola mata indah berwarna coklat itu hampir melompat.“Badanku pegal Clara! Kenapa berdiri di sana? Cepat tidur!” sebenarnya Andreas ingin mengambil kesempatan, tetapi Clara terlalu lama berdri di sisi ranjang. Akhirnya karena kesal tidak mendapat reaksi apapun, Andreas beranjak dari posisinya. Langsung menarik lengan Clara, hingga ibu hamil ini terduduk tepat di depan Andreas. Wajah keduanya saling berhadapan, degup jantung mulai tidak berdetak normal. Clara menelan saliva dengan susah payah, napasnya juga tertahan. Seolah ada penghalang di depan hidung.Kedipan kedua kelopak berbulu mata lentik ini memberi sesuatu yang berbeda bagi Andreas. Naluri sebagai lelaki menuntun untuk menikmati sejenak bibir tipis merah muda. Sebelah tangan Andreas menarik tengkuk Clara, mulutnya menempel dan mengulum bibir manis Clara. Namun, lebih gilanya lagi sosok yang dibayangkan oleh Andreas adalah Clau, bukan Clara. Keterlaluan memang, satu tangannya
Paska kejadian 10 hari lalu di villa pribadi, Andreas dan Brigitta kini menghadap kedua orang tua Brigitta. Seluruh keluarga besar Brigitta terkejut karena menantu yang dinilai mengayomi ternyata seorang penipu. Brigitta menunduk lesu dihadapan ayah dan ibu, tetapi tidak dengan Andreas. Pria ini duduk di samping mantan istri sembari melipat tangan depan dada, serta menaikkan kaki kanan di atas paha kiri. Pembawaannya begitu santai, tak ada ketegangan sama sekali.“Maafkan aku Ayah, aku tidak—““Diam kau Brigitta, sekarang Andreas jelaskan semuanya!”Andreas menarik napas lalu membuangnya perlahan, melirik Brigitta sebelum membuka mulut. Ia memang tidak memiliki perasaan apapun terhadap wanita di sisinya ini. Tetapi tidak tega membongkar keburukan mantan di depan orang tua.“Ekhem … sebenarnya di sini aku yang salah.” Kalimat itu keluar begitu mudah dari bibir Andreas. “Aku sadar pernikahan ini salah, aku memaksa Daddy untuk melamar Brigitta karena patah hati. Aku pikir semua bisa ber
Hari ini terasa sangat sulit bagi Brigitta, dua orang yang disayangi sama-sama tergolek lemah di ranjang rumah sakit. Baik ayah atau Karen belum siuman, Brigitta memandang lengan yang tertutup perban kecil.Belasan menit lalu dirinya baru saja mendonorkan darah untuk Karen. Sebab golongan darah Kevin tidak sesuai, kebetulan dirinya sehat dan memiliki rhesus yang sama juga. Diapit oleh dua pria tampan, Brigitta duduk pasrah di ruang tunggu. Tubuhnya ingin menemani sang ayah tetapi rasa sayang terhadap Karen begitu besar.“Kenapa dia bisa terjatuh?” gumam Brigitta bertanya seorang diri.“Dia berlari mengejar wanita yang mirip denganmu. Karena tidak melihat jalan, Karen tertabrak mobil.”“Seharusnya kamu menjadi ayah yang baik Vin, menjaga Karen lebih ketat lagi!”Seketika kening Kevin mengerut, menolehkan kepala dan menatap penuh arti kepada Brigitta. Hati lelaki itu meronta ingin melepas semua lara, tetapi bibirnya terkunci rapat tidak bisa bersuara.Selama sembilan tahun ini Kevin se
“Karen?”Brigitta menggeser pintu ruang rawat inap, segera masuk dan memeluk Karen yang tersenyum hangat menyambut kedatangannya. Dekapan penuh kasih sayang itu, Brigitta berikan. Kelopak matanya tidak tahan lagi, ia terisak membasahi piyama Karen.“Tante cantik ada apa? Kenapa? Tante sakit ya?”Entahlah Brigitta bingung bagaimana mengungkap jati diri. Karen hampir berusia 10 tahun, bukan anak kecil lagi yang menerima penjelasan. Terlebih selama ini Brigitta tidak pernah hadir, tiba-tiba muncul menyatakan diri sebagai ibu kandung. “Tante …” lidah Brigitta terasa kelu mengucap satu kata itu. Rasanya nyeri dan tidak rela buah hati memanggilnya dengan sebutan ‘Tante’. “Ada apa, Tan? Terima kasih Tante darahnya, aku bisa sembuh. Karen sayang Tante Brigitta.” Bocah kecil ini kembali memeluk Brigitta. Merasakan perasaan senang karena bisa melihat wajah yang disayangi.Sementara Kevin melirik Andreas, yakin telah terjadi sesuatu. Pandangan penuh tanya dilayangkan Kevin, degup jantungnya be
“Caranya?” Kevin menautkan sepasang alis. Dia menelan saliva menanti kalimat jawaban dari Brigitta. Sebagai ayah yang baik, Kevin tak akan lagi menutupi hubungan antra ibu dan anak itu. Apapun yang dilakukan Brigitta selama itu baik bagi Karen, pasti mendukung. Hanya saja Kevin tidak setuju jika harus menyerahkan hak asuh putri sematawayangnya.Sebelum menjawab, Brigitta memandang lurus pada wajah tampan di depannya ini. Pria yang 10 tahun lalu menjadi pelampiasan atas rasa sakit hati terhadap Andreas. Kini, karena kecerobohan masa lalu, menjadikannya terikat dengan Kevin.“Izinkan aku menjadi ibu seutuhnya bagi Karen. Mengenai restu … aku akan membujuk Ayah.”“Maksudmu?” jantung Kevin semakin berdegup keras. Meski telah menebak maksud dari pernyataan Brigitta, ia tetap ingin mendengar secara jelas.“Kita menikah, mungkin belum terlambat. Atau … kamu tidak bisa menerima keadaanku?” Brigitta menelan saliva yang terasa begitu kental. Sungguh ia rendah diri karena kekurangan yang dimil
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“