Pagi hari tadi Noah menelpon orang suruhan untuk mengatur acara konferensi pers mendadak. Noah bertindak dengan cepat karena tidak mau sampai Clara tahu dan berpikiran macam-macam. Jadi sejauh ini Noah dan Chloe sama-sama belum tahu kalau masing-masing sudah saling mengetahui.Acara konferensi pers disiarkan secara langsung di beberapa stasiun televisi. Rumah Chloe yang semual sudah mulai tenang, kini mulai menegang lagi saat Bill tahu mengenai acara konferensi pers dari bawahannya yang tiba-tiba menelpon dan menyuruhnya menonton televisi.Di dalam kamar, Bill duduk di tepi ranjang sambil menatap lurus ke layar tv yang mulai menyiarkan acara. Terlihat di sana ada Noah beserta para pengawalnya. Di hadapan mereka, ada puluhan wartawan yang siap melempar pertanyaan demi pertanyaan.Di butik, Tania juga sedang menonton tv setelah diberitahu asistennya yang tidak sengaja membuka sosial media mengenai konferensi pers dadakan dari Noah.Sepertinya hanya Clara yang tidak tahu apa yang sedang
"Kau terlalu keras pada Chloe!" seru Tania yang menyusul Bill masuk ke dalam kamar.Sehari ini, Bill terpaksa tidak masuk kerja karena ulah Chloe."Di bagian mana aku keras padanya?" tanya Bill dengan suara berat. "Dia yang sudah sangat keterlaluan!"Tania berdecak dan menghentak kaki lalu terduduk di tepi ranjang sambil sesenggukan. "Aku tidak tega melihatnya sedih begitu."Bill berbalik mengikuti posisi Tania saat ini. "Kau kasihan pada Chloe, tapi kau tidak pernah kasihan pada Clara.Tania mendongak dengan tatapan sembab. Bibirnya terdiam dan tidak bisa berkata-kata untuk sesaat."Aku ayah yang tidak pernah perhatian pada anak, aku sadari itu! Tapi aku tidak pernah membanding-bandingkan mereka sepertimu! Itulah kenapa Chloe selalu ngelunjak."Tania masih sesenggukan dan tetap tidak bisa bicara lagi."Yang sudah terjadi, biarlah! Clara sudah berkorban atas kesalahan Chloe. Jadi, kalau dia bahagia, itu sudah haknya."Ting tong!Bell rumah berbunyi. Perdebatan segera terhenti. Bill da
Perdebatan kembali terjadi antara Bill dan Tania. Ia mencak-mencak tidak karuan sambil menekan dadanya. Tania yang tetap tidak mau disalahkan kini berani membalas perkataan dari sang suami."Panggil putrimu sekarang juga!" seru Bill hingga suaranya menggelar pada setiap sudut ruangan.Berniat seberani apapun, tetap saja pada akhirnya nyali Tania menciut melihat sang suami yang semakin mengamuk.Aaaaaarrrgh!Di dalam kamarnya, Chloe menggeram hingga badannya membungkuk dan kedua tangan mengepal kuat. Perdebatan antara ayah dan ibunya suaranya sampai juga ke kamar Chloe."Panggil dia sekarang!" seru Bill sekali lagi.Tania yang sudah kehilangan nyali, segera berbalik badan menuju kamar Chloe di lantai atas. Saat sampai di pertengahan tangga, terlihat Chloe sudah berdiri di ujung sana dengan wajah datar.Tania berhenti memandang Chloe yang perlahan menuruni anak tangga. Sementara di bawah, Bill terlihat mondar-mandi tidak sabar ingin segera memberi pelajaran untuk Chloe."Kemari, Sayang.
Sesuai permintaan Bill, Tania pada akhirnya menghubungi Clara. Saat ini Clara sedang duduk di taman belakang bersama dengan Jou. Tidak jauh dari mereka ada Mela yang sedang menata tanaman di pot membantu Bibi Tere.Drt! Drt! Drt!Ponsel Clara yang tergeletak di atas majalah berdering. Clara yang sedang fokus melihat-lihat beberapa contoh gambar gaun, sampai tidak tahu kalau ada seseorang yang coba menelponnya. Hingga akhirnya, Jou yang memberi tahu."Mommy, ponsel Momy bergetar," kata Jou masih sambil sibuk menyusun permainan bongkar pasang."Oh!" Clara langsung terpekik dan menutup majalahnya. "Thanks, sayang." Clara mengusap pucuk kepala Jou, lalu berdiri--bergeser ke tempat lebih jauh--untuk menjawab panggilan."Ibu?" Dua bola mata Clara membulat sempurna. "Dia menelponku? Ada apa?"Tidak mau berlama-lama, Clara segera menjawab panggilan tersebut."Halo, Bu, ada apa" tanya Clara saat panggilan sudah terhubung."Datang ke rumah sakit sekarang. Alamat ibu kirim lewat pesan."Tut! Tut
"Kau di mana?""Aku sedang ada di rumah sakit.""Rumah sakit? Siapa yang saki?""Ayahku."Sepenggal percakapan di ponsel sebelum Noah datang menjemput Clara. Sebelumnya Clara sudah bilang kalau ia pergi bersama Pak Rey, tapi tetap saja Noah kekeh untuk menjemput.Clara memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu kembali berjalan menyusuri lorong. Clara memilih menuruni anak tangga dari pada harus melewati pintu lift."Aku masih belum tahu pasti kenapa ayah bisa masuk rumah sakit," gumam Clara. "Ayah tidak mau mengatakannya padaku."Sampai di lantai dasar, Clara bertemu dengan ibu dan saudara kembarannya. Seperti biasa, mereka pasti menatap sinis.Ketika Clara coba melempar senyum, mereka malah melengos. Clara yang semula berniat menyapa, langsung urung dan lewat begitu saja seolah tidak bertemu dengan siapa pun.Di sinilah Clara merasakan sakit yang luar biasa. Keluarga kandung, tapi tidak jauh berbeda dengan orang asing. Tanpa senyum dan tanpa bertegur sapa."Sudahlah, aku tidak mau terl
Chloe terbangun di sebuah kamar yang luas nan megah. Tampaknya seperti kamar hotel berbintang lima. Chloe masih belum tersadar atas keberadaannya saat ini. Ia merasakan tubuhnya seolah baru dihentak-hentakkan hingga membuatnya enggan beranjak.Saat tubuh hampir terbangun, Chloe merasakan pening di area kepala. Ia sampai meringis dan mendesis. Belum lagi area bawah yang terasa perih. Tampaknya pria semalam bermain terlalu kasar.Perlahan Chloe mulai membuka mata lebar-lebar dan melihat ke sekeliling."Di mana aku?" gumam Chloe masih sambil menekan keningnya.Chloe turun ke bawah dan betapa terkejutnya ketika mendapati dirinya tidak memakai apapun. Hanya ada selimut yang semula menutupi tubuhnya. Chloe mulai panik dan berdiri dengan kedua lututnya."Di mana pakaianku?" Bola matanya jelalatan ke sana ke mari memeriksa keadaan.Chloe menemukan pakaiannya berserakan di atas lantai dengan jarak masing-masing cukup jauh."Astga!" pekik Chloe saat itu juga.Chloe melompat dari atas ranjang da
"Kupikir kau tidak akan menemui, Bibi." Lily meletakkan nampan berisi segelas jus dan cemilan di atas meja.Lily kemudian ikut duduk di hadapan si tamu."Bukan begitu, Bibi. Bibi tahu aku pria brengsek yang sudah merebut kekasih putra Bibi. Aku tidak ada muka untuk menemui Bibi."Lily mendengkus. "Memang harusnya begitu."Alex meringis sambil garuk-garuk kepala. "Saat itu aku mana tahu kalau dia kekasih Noah kan.""Ya, ya." Lily mengangguk-angguk. "Bibi tahu. Kau memang bukan siapa-siapa bibi, tapi kau sudah banyak membantu.""Bibi dan Paman Josh yang sudah banyak membantuku. Kalau bukan karena bantuan kalian, mungkin ayahku sekarang sudah tiada.""Tak apa, ayahmu adalah sahabat Paman Josh sewaktu di Amerika." Kata Lily. "Oh iya, bagaimana keadaan beliau sekarang?""Tentu saja sudah sehat dan bugar seperti sedia kala," jawab Alex."Kau berapa hari ini di sini?" tanya Lily."Harusnya satu bulan. Aku ingin bertemu dengan Paman Josh, tapi ternyata sedang si Singapura. Mungkin, aku hanya
"Aku bukan tidak menyayangi putri-putriku dan juga dirimu karena selalu sibuk bekerja. Aku hanya tidak mau kita kekurangan. Dan kau tahu, saat ini perusahaanku di bawah pimpinan Tuan Josh. Kuminta kau bekerja samalah."Tania duduk sambil menyandarkan kepala di pundak sang suami. "Aku tahu, aku hanya terlalu menyayangi Chloe. Aku teringat saat dia baru lahir dan hampir saja tiada."Bill mengusap punggung telapak tangan Tania. "Kau juga harus ingat siapa yang membuat Chloe sehat waktu itu, tentu saja Clara."Tania terdiam lalu menghela napas.Semua orang pasti memiliki ego, hanya saja ada yang bisa terkontrol ada pula yang diandalkan oleh egonya sendiri. Dalam artian kalah, pada pikiran yang terus memaksa."Apa ayahmu sudah pulang?" tanya Noah usai mandi. Ia berjalan mendekati sang istri sembari menggosok-gosok rambutnya dengan handuk.Clara yang sedang menata bantal kemudian terduduk saat sang suami lebih dulu duduk di tepi ranjang."Sudah.""Kenapa beliau sampai masuk rumah sakit?"Cl
Noah sudah mengeraskan rahang dan mencengkeram kuat bundaran setir saat melihat rekaman yang dikirim dari para pengawalnya yang ia tugaskan untuk mencari Clara. Seberapa kencang laju mobilnya, Noah tidak peduli asal bisa cepat sampai di tujuan."Kamu harusnya sadar diri, Clara." Chloe membungkuk dan kembali mencengkeram pipi Clara. "Selamanya, Noah akan menjadi milikku. Paham!"Chloe tertawa lebar, membuat suaranya bergema di gedung kosong ini. Cara tertawanya, seperti seorang yang sudah dirasuki sesuatu yang lain. Suaranya yang menggelegar bahkan membuat Clara merinding ketakutan. Meski mustahil, Clara bahkan sampai coba berontak melepas kedua tangannya yang terikat.Jelas itu bukan Chloe. Pikir Clara begitu. Rasa cintanya pada Noah membuat Chloe mati rasa dan memilih apapun akan ia lakukan asalkan yang ia inginkan bisa didapatkan.Tidak jauh dari mereka, para pengawal suruhan Noah sedang memantau lebih detail keadaan di sana. Sebelum menyergap, tentu mereka akan lebih dulu memastika
Lily sudah kembali pulang. Sampai di rumah dia langsung menghubungi Noah karena sudah saking khawatirnya dengan keadaan Clara."Kenapa kau tidak bilang pada ibu!" Lily langsung menyalak.Noah sedang duduk di ruang kerjanya sambil menunggu kabar dari para pengawalnya. "Aku harus fokus dulu, Bu. Aku tidak mau buat semuanya panik."Lily berdecak. Di sampingnya ada sang suami yang juga sudah tidak sabar menunggu kabar."Kabari ibu secepatnya!" tegas Lily sebelum panggilan tetutup.Setelah itu, Noah menghela napas panjang lalu bersandar pada sofa. Ia memijat panggal hidungnya masih sambil berdoa supaya lekas dapat kabar dan Clara dalam keadaan baik-baik saja."Sebaiknya aku memastikan di rumah saja." Noah bangkit. Dia menjambret kontak mobil dan jasnya lalu pergi meninggalkan ruangannya.Tidak lama kemudian, Noah sampai di tempat tujuan. Dia sudah berada di halaman rumah di mana istri tercintanya dilahirkan. Sebelum turun, Noah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Terpampang j
Noah berangkat ke kantor tentunya dengan perasaan gelisah. Yang ada di kepalanya saat ini tentu sang istri tercinta. Noah jadi berpikir mungkin Clara marah karena dirinya sempat membentak semalam. Noah sungguh tidak bermaksud, ia hanya sedang kelelahan.Noah coba menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Clara. Karena ponsel Clara berada di tangan Chloe, tentu akan sedikit butuh waktu mencarinya.Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Clara."Segera temukan dia!" tekan Noah sebelum panggilan terputus.Noah melempar ponsel ke dasbor lalu memukul bundaran setir diikuti erangan kuat."Aku bahkan hampir melakukannya dengan wanita itu. Gila!" seru Noah lagi. "Untung aku segera menyadarinya."Hari ini Noah berangkat ke kantor tanpa diantar sopirnya. Pak Rey mengantar Tuan Muda Jou ke tempat kakek dan neneknya.Sekitar pukul sebelas, sepulangnya dari sekolah Jou sudah sampai di rumah Josh dan Lily."Bu, aku menitipkan Jou untuk sementara waktu," kata Noah di telpon."M
"Kau dari mana?" tanya Noah saat tiba-tiba Clara muncul dari balik pintu kamar.Sudah berkali-kali Noah coba menghubungi, tapi tidak kunjung tersambung. Dan tiba-tiba ternyata Clara sudah sampai di rumah."Maaf, tadi aku keluar sebentar," sahut Clara.Noah mengerutkan dahi. Wanita di hadapannya saat ini terlihat aneh."Untuk apa? Apa kau marah padaku karena hal tadi?" tanya Noah lagi.Clara menggeleng. "Tidak, aku hanya cari udara segar."Noah terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu. Diam-diam, Noah mengamati wanita cantik di hadapannya saat ini. Tidak ada yang salah sepertinya, tapi entah kenapa Noah merasa aneh saja."Ada apa?" tanya Clara. "Apa kau marah padaku?"Noah bergidik seraya berkedip. "Ah, tidak. Aku tidak marah. Aku yang minta maaf karena tadi membentakmu."Clara lantas tersenyum lalu merangkul pinggang Noah. "Aku ngantuk. Ayo kita tidur!"Noah masih terlihat seperti orang bingung. Karena tidaka mau berpikiran macam-macam, Noah balas merangkul pundak Clara
Hari-hari mulai Noah lalui dengan sekumpulan celotehan Clara yang terasa tidak masuk akal. Clara menjadi sensitif dan begitu manja pada Noah. Sudah satu minggu ini, Noah menghadapi Clara hingga beberapa kali mengeluh pada ibunya. Bukan mengeluh untuk menyerah, melainkan hanya melapor karena tidak percaya wanita hamil bisa bertingkah di luar kendali."Wanita hamil memang begitu." Itulah yang selalu ibu katakan akhir-akhir ini.Jika sebelumnya Noah jarang bertemu atau menelpon ibunya, kini hampir tiap sore Noah melapor bagaimana keadaan di rumah. Terkadang Noah menggeram, menjerit dan menghentak-hentak merengek seperti anak kecil.Lily terkadang tidak tega, tapi mau menolong pun tidak bisa. Pada akhirnya Lily coba menenangkan. Dan hanya begitu terus yang Lily bisa lakukan."Kau sedang apa, Sayang!" Seru Noah saat melihat Clara tengah menaiki tangga besi.Clara terlihat berjinjit, sementara bagian leher ke atas tidak nampak karena masuk ke balkon langit-langit. Noah yang was-was segera m
Hari berikutnya Clara mendapat panggilan dari hunian rumah orang tuanya. Clara ragu untuk ke sana karena Noah pasti tidak akan memberi ijin. Akan tetapi, kalau tidak datang, tentu Clara tidak enak hati. Karena masih belum yakin, Clara akhirnya mengatakan akan minta ijin pada sang suami dan kemungkinan baru bisa datang esok hari.Selesai panggilan, Clara mendengar suara pintu ruang tamu diketuk. Saat Clara hendak berdiri, dengan sigap Mela berlari lebih dulu menuju ruang tamu. Melihat tingkah Mela, Clara mengulum senyum dan kembali duduk menatap layar tv yang sedari tadi terabaikan."Sore, Sayang," sapa Lily dari arah belakang Clara.Mendengar suara tak asing itu, Clara menoleh dan seketika senyumnya melebar. "Ayah, ibu?" ceplosnya. "Kalian datang? Dan ayah, em … kapan pulang?"Clara lantas berdiri menyambut kedua mertuanya dengan antusias. Barang bawaan mereka begitu banyak, Mela bahkan sampai meminta pelayan lain untuk membantu membawa ke belakang."Silakan duduk!" Clara mempersilahk
Sebelum pergi ke butik, Lily lebih dulu datang ke kantor Noah. Dia sudah dirundung rasa penasaran karena semalam Noah menlpon. Begitu masuk ke dalam, para karyawan yang berpapasan dengannya maupun yang sedang di meja kerjanya menunduk sopan saat melihat Lily. Tidak perlu bertanya-tanya, Lily langsung menuju ruangan Noah. Dan ternyata, Noah baru saja sampai. Terlihat dari tingkahnya yang sedang melepas jas hitam lalu meletakkan tas kerjanya. Grep! Pintu tertutup. Noah yang menghadap meja kerja, berbalik karena terkejut. Dia tidak mendengar pintu terbuka, tapi mendengar saat pintu tertutup. "Ibu," celetuk Noah heran. "Ada apa ibu datang sepagi ini?" tanyanya kemudian. Lily berdecak lalu memukul lengan Noah menggunakan tas jinjingnya. "Bukankah kau yang meminta ibu datang?" Noah gantian berdecak lalu menggaruk-garuk kening hingga kepalanya sedikit menunduk. Setelah itu, Noah mendongak lagi menatap ibunya. "Memang begitu, tapi tidak sepagi ini juga, Bu. Ini masih jam kantor, ibu bis
Clara dibawa pulang sore harinya. Penyebab utama pingsan, kata dokter tentunya karena Clara kelelahan, dan juga karena berada di awal awal kehamilan. Itu sering terjadi pada para wanita yang sedang hamil muda."Pelan-pelan," kata Noah saat membantu Clara turun dari mobil.Clara berdecak kecil saat Noah coba meraih lengan bagian atas. "Kau tidak perlu memegangiku, aku bisa jalan sendiri."Noah balas berdecak. "Kalau kau tersandung bagaimana, Ha? Sudah, nurut saja."Clara mencebik lalu nurut saja saat Noah menuntun dirinya dengan kuat. Padahal Clara sudah yakin kalau dirinya bisa. Toh, tidak ada yang sakit dan sudah tidak pusing lagi."Bibi Tere!" seru Noah begitu sampai di dalam rumah. Saking kerasnya panggilan itu, Clara sampai mengatupkan kedua matanya."Buatkan minum untuk Clara! Bawa saja ke atas!" Tidak perlu menunggu Bibi Tere muncul, Noah kembali berteriak.Pak Rey yang sudah paham, bergegas ke belakang untuk memastikan apakan Bibi Tere mendengar perintah dari Noah atau tidak. S
Noah sudah masuk ke dalam. Dilihatnya ada Bibi Tere yang masih mondar-mandir dan Mela yang tengah duduk mencondongkan badan sambil bersangga tangan."Tuan," celetuk Bibi Tere sembari menundukkan kepala. Mela segera berdiri dan ikut menunduk."Di mana Clara?" tanya Noah dengan panik. "Apa yang terjadi?""Nona Clara sedang diperiksa, Tuan," kata Bibi Tere.Noah mengintip dari balik kaca, akan tetapi tidak terlihat. Kedua tangan mendadak dingin, badan pun terasa gemetaran hebat."Sebenarnya ada apa?" tanya Noah lagi.Bibi Tere dan Mela saling pandang sesaat karena bingung harus menjawab apa. Mereka sendiri tidak tahu Clara pingsan penyebabnya apa."Kami tidak tahu, Tuan. Saat saat mau mengantar minuman, Nona Clara sudah jatuh pingsan di lantai."Astaga! Saat itu juga Noah terasa lepas. Satu tangan menepuk kening dan sedikit menekannya. Belum sempat Noah ambruk terduduk, Dokter yang memeriksa Clara keluar. Noah sontak terkesiap dan berdiri tegak."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya