Jihan sangat terkejut saat Abraham membentak dirinya untuk yang pertama kali sebab permasalahan yang terjadi karena Zizah."Pa, kenapa Papa marah seperti ini? Memang benar Mama tidak pernah menjodohkan Zizah dengan pria lain, hanya dengan teman Papa saja," jelas Jihan dengan lirih, sambil terus menatap wajah sang suami yang terlihat sangat marah kepadanya.Namun, Abraham sama sekali tidak percaya ucapan sang istri untuk yang pertama kalinya. Karena, dia sangat mempercayai ucapan sang sahabat sudah lama ia kenal, yang mengatakan bahwa Zizah sudah memiliki calon suami yang diberikan oleh Jihan."Jika kamu sudah memiliki pasangan untuknya, kenapa kamu minta saya untuk mencarikannya pendamping lagi!" marah Abraham dengan sangat kesal. Karena, dia malu kepada sang sahabat. Sebab, sang istri yang mempermalukan dirinya."Pa, mama memang benar tidak pernah menjodohkan Zizah dengan pria lain, untuk apa mama menjodohkannya dengan orang lain dan meminta bantuan Papa untuk mencarikan pasangan unt
Abraham tidak pernah mendengar Zizah berbicara dan mengeluarkan suara pria, membuat dia bingung dan menerka-nerka apakah benar wanita itu adalah kembaran Jihan, atau hanya berpura-pura demi menjalankan misi?"Sebaiknya kalian semua harus waspada kepada Zizah, bukan bermaksud apa-apa. Tapi, aku takut kalian semua yang terkena bahaya karena kejadian ini, bisa saja dia itu adalah mata-mata," ucap Firman.Abraham berpikir hal yang sama dengan Firman. Namun, ia tidak ingin mengotori pikirannya dengan hal negatif itu dan berpikir positif, kalau memang benar juga adalah saudara kembar sedikit tomboy begitulah pikirannya.'Semoga saja yang diucapkan oleh Firman salah, memang benar Zizah adalah kembaran Jihan, dia hanya sedikit tomboi saja makanya berbicara dan bersuara layaknya seorang laki-laki,' batin Abraham.Abraham bergegas turun dari mobil Firman dan masuk ke dalam rumah melihat tidak ada Zizah, Jihan di ruang tamu, membuat dia yakin mereka berbicara di dalam kamar dan ingin menguping p
Abraham sangat terkejut saat ini ditampar oleh sang istri dengan tiba-tiba, membuat dia langsung bergegas bangun dari duduknya dan menatap Jihan dengan sangat tajam."Kenapa kamu menampar saya?" tanya Abraham dengan nada yang sedikit tinggi membuat Jihan tercengang."Kenapa Papa mengatakan mama yang sudah mencarikan pria untuk Zizah? Sedangkan dia mengatakan, Papa sendiri yang mengatakan itu semua padanya? Lantas kenapa marah kepada mama?!" kesal Jihan.Abraham menggelengkan kepala. Karena, dia sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan oleh sang istri, sehingga terjadilah pertengkaran di antara mereka berdua.Pada saat itu juga Zizah menyaksikan pertengkaran saudara kembarnya, membuat dia benar-benar sangat puas dan bahagia apa yang diinginkan telah tercapai."Lalu, kenapa bisa kamu menampar saya?!" tanya Abraham dengan sangat emosi. Karena, dirinya sudah terus-menerus di pojokan oleh Jihan. Bahkan, wanita itu menuduh dia sengaja ingin memarahi dirinya tanpa alasan yang jelas."Su
Zizah sangat terkejut saat dirinya ditampar oleh Abraham. Sebab, ia tidak merasa melakukan kesalahan apa pun. Namun, tiba-tiba berbuat kasar kepadanya."Apa masalahmu padaku?" tanya Zizah dengan sangat keras, sehingga membangunkan ketiga anak Abraham.Abraham mengelengkan kepala. Karena, Zizah berpura-pura tidak mengetahui kesalahannya. Padahal, wanita itu yang membuat pertengkaran diantaranya dan juga Jihan."Jangan berpura-pura tidak tahu! Karena, kamu adalah dalang atas pertengkaran saya dan juga Jihan!" kesal Abraham."Kalau kamu bertengkar dengan istrimu, jangan pernah libatkan orang lain dalam rumah tangga kalian!" balas Zizah yang tidak terima disalahkan oleh Abraham. Ya walaupun memang benar itu adalah kesalahannya. Namun, ia tidak terima.Pada saat itu juga ketiga anak Abraham datang dengan mengintip mereka, yang tengah bertengkar. Inara merasa sedih, dan janggal atas pertengkaran yang terjadi di antara kedua orang tuanya."Kak Jibran, apa kalian sadar kalau sebenarnya Tante
Inara dan kedua saudaranya sangat terkejut. Karena, melihat sang papa ada di depan pintu kamar mereka. Kemudian, mereka saling memberikan isyarat agar tidak membocorkan rencana yang mereka jalankan."Maksud kalian rencana apa yang dijalankan?" tanya Abraham sambil terus menatap sang anak penuh selidik. Sebab, ia takut mereka bertiga menjalankan rencana yang berbahaya.Inara mencubit lengan sang kakak agar pria itu berbicara kepada papa mereka. Kemudian, Jibran bangun dari duduknya dan menghadap sang papa."Oh itu Pa, rencana anu ..."Jibran tidak bisa meneruskan ucapannya. Karena, selama ini dia tidak pernah berbohong kepada sang papa ataupun mama mereka."Anu apa?" tanya Abraham karena jawaban anaknya sangat ambigu, membuat dia semakin mencurigai mereka bertiga."Itu Pa, maksudnya Kak Jibran kami mau merencana untuk berlibur minggu depan ke pantai. Tapi, hanya bertiga saja," jelas Jibraham yang mengetahui sama kakak tidak akan bisa berbohong.Abraham menatap curiga pada ketiga anaknya
Jibran dan Angga benar-benar sangat terkejut saat mendengar seseorang berbicara mengatakan Abraham tidak diajak, dan mereka saling menoleh ternyata asistennya masuk ke dalam ruangannya."Sudahlah, kamu tidak perlu ikut campur! Sebaiknya kerjakan tugas kamu yang saya perintahkan tadi!" ketus Angga. Sebab, ia benar-benar sangat jantungan tadi."Ya udah ya Ayah, Jibran pergi ke sekolah dulu, takutnya terlambat karena tadi ingin pergi ke sini terlebih dahulu sebelum ke sekolah," ujar Jibran dengan lembut sambil mencium tangan Angga."Sekolah yang rajin ya Nak, hati-hati!" pesan Angga dengan lembut.Walaupun mereka bukan ayah dan anak tetap Angga sangat menyayangi Jibran, seperti anaknya sendiri karena sejak kecil sudah bersama dengannya bahkan dari baru lahir.Sebab itu mereka sangat dekat seperti ayah dan anak, terkadang membuat kecemburuan di hati Anggara. Namun, Angga menjelaskan jika Anggara dan Jibran itu sama mereka adik kakak.***Zizah sarapan bersama dengan Jihan, dan ia mulai me
Zizah dan Jihan benar-benar sangat terkejut saat melihat Abraham ada di hadapan mereka, membuat Zizah diam dan berpikir apa yang sudah pria itu dengar apakah itu mendengarnya sudah membumbui Jihan.Sedangkan Jihan langsung bergegas bangun dan menatap tajam kepada sang suami. Kemudian, menarik tangan pria itu masuk ke dalam kamar mereka yang ada di lantai atas."Sepertinya aku harus mengintip karena mereka akan bertengkar, sayang untuk dilewatkan. Sebab, bumbuku sudah diracik dengan sempurna," gumam Zizah sambil berjalan menuju kamar Abraham dan juga Jihan.Sampainya di depan pintu kamar Abraham, Zizah menempelkan kuping di pintu kamar mereka dan mendengar pertengkaran yang lumayan hebat."Kenapa kamu mendengarkan ucapan Zizah? Memangnya apa yang sudah dikatakan olehnya, lama-lama saya muak dengannya, bisa saja saya mengusir dia dari sini?" kesal Abraham.Sebab, Jihan semakin menjadi-jadi menuduh dirinya berdekatan dengan sang sekretaris. Padahal, wanita itu juga sudah menikah dan mem
Rasa cemburu Jihan sangat menggebu-gebu, dan marahnya menjadi satu saat mendengar Zizah mengatakan suaminya akan bermalam dengan sang sekretaris membuat dia langsung beranjak dari duduk."Apa yang kamu ucapkan itu memang benar Zizah. Terima kasih sudah mengingatkan saya ya," ucap Jihan sambil bergegas pergi.Sedangkan Ziza tersenyum bahagia. Bahkan, dia tertawa melihat percikan api di dalam rumah tangga Jihan dan Abraham, berharap mereka berdua bisa berpisah maka dia akan sangat puas.***Di tempat lain, Angga tengah meminta bantuan Seem untuk menyelidiki kasus Zizah. Karena, dia itu sangat pandai menangani kasus apapun jadi dia meminta bantuan dan ternyata pria itu juga tengah menyelidiki kasus yang sama atau dasar perintah dari Abraham."Ternyata kita sudah salah membawa dia kemari. Karena, keberadaannya di sini hanya membuat percikan api di rumah tangga Abraham dan juga Jihan," ucap Seem sambil terus memeriksa laptopnya karena dengan mencari informasi penting."Ini semua salah siap
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing