Jihan diam dan menganggukkan kepalanya, sontak saja membuat Abraham seperti disengat listrik mendengar kabar kehamilan istri mudanya yang baru dia nikahi dua bulan ini.
Tidak sadari air mata Abraham mengalir deras membasahi seluruh wajahnya. Rasanya ia seperti bermimpi akan segera menjadi seorang ayah.Hal itu membuat Jihan bungkam, tidak tahu harus berbuat apa saat ini melihat Abraham menangis. Kemudian, pria itu memeluknya dengan erat untuk yang pertama kalinya."Jihan, benarkah saya akan menjadi seorang ayah?" tanya Abraham tak percaya akan kehamilan Jihan.Bukan karena dia tidak mempercayai Jihan. Namun, ia tidak percaya akan secepat ini akan menjadi seorang ayah. Sebab, menikah dengan Mikhaela sudah tujuh tahun dan tidak mendapatkan rezeki.Namun, baru menikah dengan Jihan dan berhubungan dua kali, wanita itu langsung hamil. Hal ini sangat membahagiakan untuknya."I-ya Tuan, saya hamil," jawab Jihan pelan.Abraham lAbraham tidak menjawab pertanyaan Jihan, kemudian dia membantu wanita itu tidur dengan perlahan dan menyelimuti tubuh sang istri menggunakan selimut tebal.Jihan memang tidak mendapat jawaban dari Abraham. Namun ia sudah tahu apa jawaban itu, karena saat Abraham ke luar dari kamar bersama Mikhaela ia sudah terbangun tadi.Abraham mulai mengucapkan kedua matanya dan tertidur pulas, sedangkan Jihan tidak bisa tidur sebab rasa mual yang ia rasakan membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang.Keesokan paginya, saat Jihan masih tidur Abraham bangun dan ia langsung pergi terus pergi dari kamar Jihan untuk menuju kamarnya, sebab ia takut jika istri marah kepadanya yang sudah berpindah tidur semalam.Namun, sayangnya saat ia masuk ke dalam kamar istri pertamanya ternyata sudah bangun dan menatap tajam dirinya."Kenapa kembali ke mari pagi-pagi sekali? Kenapa tidak terus tidur di kamar Jihan?!" seru Mikhaela dengan sangat kesal.Abraham mendekati sang istri kemudian ia mencium tangan wanita itu d
Sontak saja membuat Seem terkejut, sebab Jihan muntah tepat di hadapannya dan mengenai bajunya. Kemudian dia menutup kedua mata karena merasa sangat jijik dengan kotoran tersebut."Astaga Jihan!" teriak Seem.Jihan nanya terdiam kemudian dia bergegas pergi dari sana meninggalkan Seem. Namun, beberapa saat kemudian ia kembali dan membawakan tissue untuk pria itu."Maaf, tidak tahu mengapa saya sangat tidak enak melihat wajahmu, rasanya saya mual dan ingin muntah di hadapanmu seperti saat ini," ujar Jihan pelan.Seem tidak menjawab dan dia hanya menggelengkan kepalanya, sambil membersihkan kotoran yang terkena di bajunya. Kemudian ia membawa Jihan masuk ke dalam dapur.Mereka berdua duduk di meja makan dan Seem memberikan buah plum yang ia bawa tadi dari rekan bisnis Abraham, sebab itu adalah perintah dari sang Bos."Tadi kata tuan Abraham, jika aku sudah sampai di sini maka aku harus meneleponnya dengan video call," ucap Seem samb
Mikhaela dan teman-temannya langsung memulai arisan mereka. setelah selesai semuanya langsung memakan hidangan yang sudah disiapkan oleh Sarinah.Mereka makan dengan sangat gembira. Namun, Mikhaela tidak, karena ia terus memikirkan sang suami yang tengah berduaan bersama Jihan, pikirannya melayang-layang entah ke mana berpikir sang suami dan Jihan melakukan hubungan itu lagi."Kamu kenapa sih? Dari tadi termenung saja. Apa ada masalah?" tanya Ria."Tidak ada masalah, hanya saja aku ingin ke kantor setelah selesai acara ini menemui suamiku," jawabnya."Sudahlah, tidak usah dipikirkan sekali! sSuamimu itu tidak mungkin diambil wanita lain, sebab Abraham benar-benar sangat setia orangnya sejak dulu," sahut Siska.Mikhaela hanya tersenyum, karena dia juga berpikir hal yang sama seperti itu. Namun, kini sudah berubah karena kebodohannya sendiri meminta sang suami menikah dengan sang pembantu hanya karena ingin mendapatkan seorang anak.
Saat Jihan Tengah menonton film kesukaannya di ruang tamu bersama Mikhaela. Abraham pulang sambil membawakan sebuah durian besar.Jihan langsung menatap ke arah sang suami kemudian tersenyum saat melihat buah durian yang ia inginkan ada di tangan suaminya. Akan tetapi, Jihan sama sekali tidak berselera memakan buah durian tersebut, sebab sangat menginginkan durian yang ada di jalanan tadi."Kenapa kamu bawa durian Mas? setahuku di rumahnya tidak ada yang menyukai durian?" tanya Mikhaela."Tadi kata Seem, Jihan ingin memakan buah durian jadi saya bawakan," sahut Abraham.Mikhaela menganggukkan kepalanya, karena dia juga tahu kalau wanita hamil menginginkan yang macam-macam. Bahkan makanan yang tidak pernah dimakan pun akan menjadi kegemarannya karena bawaan janin yang tengah dikandung."Tuan maaf sekali, saya tidak menginginkan buah durian yang Anda bawa, karena saya menginginkan buah durian yang ada di tepi jalan tadi," sahut Jihan pelan.
"Aku berharap kau datang menghadiri acara yang akan kami adakan untuk Jihan," ujar Mikhaela pelan sambil menatap wajah Angga."Tentu saja aku akan datang," jawab Angga pelan.Kemudian Angga mulai bertanya-tanya kepada Mikhaela siapa suami Jihan, dan mengapa mereka menikah secepat itu. Sebab, selama ini ia tidak pernah mengetahui kalau Jihan memilih pacar ataupun sudah memiliki calon suami.Sontak membuat Mikhaela bingung harus menjawab apa. Kemudian dia menjelaskan bahwa Jihan memang tidak berpacaran dengan pria itu, dan mereka langsung menikah karena ta'aruf."Ya sudah kalau begitu, aku berpamitan pulang dulu, kasihan Jihan tidak ada yang menemani di rumah. Kamu tahu, 'kan dia itu sudah aku anggap seperti adik sendiri jadi aku akan selalu menemaninya," pamit Mikhaela pelan."Baiklah silahkan kamu pulang!" sahut Angga.Setelah Mikhaela pergi dari sana, Angga melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda tadi, sambil terus memiki
Jihan langsung bergegas pergi dari sana menuju kamar tamu. Hal itu membuat Angga sedikit berpikir. Sebab, mengapa wanita muda itu berlari ke arah kamar tamu. Kalau dilihat-lihat, Jihan tadi ingin berganti baju. Namun, kenapa ke arah kamar tamu? Bukan ke kamar pembantu yang ada di belakang dapur?Angga merasa ada yang janggal dalam hal ini. Pikirannya mulai melayang-layang entah mengapa, dan tebersit dalam pikirannya kalau Jihan menjadi simpanan Abraham."Tidak mungkinlah, karena aku tau Abraham orangnya seperti apa. Dia itu sangat mencintai Mikhaela," gumam Angga pelan.Abraham dan Mikhaela menghampiri Angga sehabis mengantar Ghina keluar tadi. Kemudian, keduanya duduk dihadapan pria muda itu."Mikhaela, kenapa tidak mengganti bajumu terlebih dahulu," ucap Angga sambil melemparkan bantal tepat ke paha wanita itu.Mikhaela tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana menuju kamar tamu. Sebab, ia ingin melihat keadaan Jihan se
Qaina sangat terkejut mendengar ucapan Abraham yang mengatakan kalau Jihan tengah mengandung. Sedangkan Jihan, hanya diam dan memejamkan kedua mata. Sebab, takut pernikahannya dengan pria itu terbongkar."Hamil? Apa Jihan sudah menikah?" tanya Qaina sambil menatap wajah Jihan.Abraham diam, karena dia keceplosan tadi. Kemudian mencari alasan agar sang tante tidak curiga."Jihan, katakan! Kau sudah menikah?" tambah Qaina."Iya Nyoya, saya sudah menikah," jawab Jihan gugup.Qaina langsung memegang tangan Jihan, kemudian menatap wajah wanita muda itu dan mereka berdua saling menatap satu sama lainnya."Siapa suamimu? Mengapa masih bekerja kalau kau hamil?" tanya Qaina penuh selidik.Jihan gugup sampai mengeluarkan keringat dingin, kemudian Abraham menarik tangan sang tante, sehingga wanita paruh baya itu melepaskan tangannya dari tangan Jihan."Kenapa sih kamu!" bentak Qaina."Tante, sebenarnya suami Jihan
Abraham dan Jihan langsung menoleh, karena takut mendengar ucapan Mikhaela yang baru saja tiba. Kemudian wanita itu menghampiri mereka dan duduk tepat di samping Jihan."Apa yang diucapkan Jihan itu benar Mas, kamu itu tidur di dalam kamar bersama aku saja! Karena di sini pasti akan sangat panas," ucap Mikhaela pelan."Kenapa seperti itu? Saya tidak bisa membiarkan Jihan tidur sendirian sebab, takut dia kenapa-napa. Apalagi kamar ini sangat jauh dari kamar yang lain," sahut Abraham.Mikhaela hanya diam, sebab sang suami sama sekali tidak mau tidur bersamanya, kemudian ia bergegas pergi dari sana dengan keadaan marah.Sedangkan Jihan, langsung memakan makanannya sampai habis karena jika dia menasehati Abraham, maka pria itu akan memarahinya jadi dia lebih memilih untuk diam.Setelah selesai makan, Jihan duduk di bibir ranjang sebab merasa sangat kenyang. Sedangkan Abraham masih duduk di lantai karena pria itu merasa sangat panas. Namun, di
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing