Dimas Anggara sama sekali tidak takut dengan preman itu, dia bahkan membuka berkas hukum untuk mereka."Ini adalah berkas properti PT. Semesta Abadi dan izin pembangunan Impact Company. Lahan ini sudah menjadi milik Impact Company dan tidak ada hubungan dengan mantan bos kalian! Kalian harus pergi!" Dimas Anggara mengatakan dengan sangat serius, tapi para preman itu malah menertawakannya."Hahaha! Apakah pria ini sudah gila? Dia beri tahu kami tentang ini?""Apa itu hukum? Apakah bisa dimakan?""Jangan omong kosong lagi! Serang saja!"Para preman itu menggosok tangan mereka, kemudian perlahan-lahan mengepalkannya.Wanda ketakutan hingga sangat lemas. Dia hanyalah pekerja biasa, dia bahkan tidak pernah berkelahi.Citra malah mengunci pintu mobil dan bersiap untuk kabur. Dis tidak memedulikan hidup mati Dimas Anggara dan Wanda, dia hanya mementingkan dirinya selamat.Dimas Anggara sama sekali tidak takut. Bertahun-tahun dia telah menjadi serang prajurit, dia tidak hanya pernah berkelahi
"Apa yang terjadi dengan perwakilan kita?" tanya Naya degan panik. ‘Apakah pria itu bodoh?’Kalau tidak bisa mengusir para preman itu, tetap tidak ada hubungannya dengan PT. Semesta Abadi. Kalau mau berkelahi, seharusnya Impact Company yang berkelahi. Kenapa malah dia yang turun tangan?"Bu Naya, dengar kabar …. dia langsung pergi setelah berkelahi. Saya juga tidak tahu yang lebih jelas," Priska tidak tahu kalau Dimas Anggara adalah suami presdirnya.Dia sangat penasaran kenapa Bu Naya sangat mengkhawatirkan pria itu. Ini sangat aneh."Rapat selesai!" Naya langsung berdiri dan meninggalkan ruang rapat.Semua petinggi PT. Semesta Abadi saling bertatapan. Mereka juga merasa Naya berbeda dari biasanya.Maria lebih terkejut lagi, dia pun bertanya. "Priska, siapa perwakilan dari PT. Semesta Abadi? Siapa namanya?""Nona Maria, nama perwakilan itu adalah Dimas Anggara. Bu Naya yang mengutusnya.""Oh, ternyata begitu," Maria langsung mengerti dan tertawa.Mungkin tidak ada yang menyadari kean
"Dimas, apakah kamu sudah gila? Apakah kamu rela mati demi uang?" Wanda berusaha menghentikannya dengan sangat bersemangat. "Tuan Hilmi tidak mudah untuk disinggung! Jika kamu mendatanginya dengan gegabah seperti ini dan menyuruhnya untuk membawa pergi orang-orang dari bidang proyek, dia benar-benar akan membiarkan seseorang menyiksamu sampai mati!"Sebenarnya, dia dan Dimas Anggara memiliki hubungan kerja, tetapi dia tidak ingin pria ini mati karena rasa kemanusiaan.Dimas Anggara mengabaikannya dan tetap berjalan masuk. Sangat disayangkan, ketika dia bertanya kepada resepsionis klub malam, mereka sama sekali menolak untuk mengungkapkan informasi para tamu kepadanya. Setelah mengganggu beberapa saat, dia diusir oleh satpam."Dimas, bisakah kamu tidak bertindak dengan gila?" Wanda masih menolak untuk pergi dan menarik Dimas Anggara lagi. "Kita bahkan tidak dapat menemukannya sekarang, menyerah saja! Kita tidak dapat menghasilkan uang ini!"Dimas Anggara masih mengabaikannya. Sebenarny
"Jangan berpura-pura bersikap seperti orang suci! Orang-orang menganggapmu sebagai seorang dewi, tapi kamu hanyalah sebuah sampah di depanku!""Aku akan menghancurkanmu sekarang jika tidak ingin melepas pakaianmu dan bermain dengan Tuan Hilmi!"Wanda semakin ketakutan saat mendengar suara-suara ini!Brak!Dimas Anggara langsung menendang pintu dan masuk pada kesempatan seperti ini.“Apa-apaan ini?”Orang-orang di dalam tiba-tiba terpana.Wanda bahkan lebih tercengang, kakinya gemetar di tempat."Hei, siapa kamu?" Setelah bereaksi, lebih dari selusin pria besar di dalam ruangan berdiri satu demi satu.Mereka semua menatap Dimas Anggara dengan ganas, seolah-olah mereka akan menyerang dalam hitungan detik. Mereka telah bersama Hilmi selama bertahun-tahun dan telah berada di klub malam begitu lama, ini adalah pertama kalinya seseorang berani mendobrak pintu ruangan mereka.Apalagi sendirian!“Apakah bocah ingusan itu sudah bosan hidup?”Dimas Anggara melirik ke ruangan itu dan menemukan t
"Tunggu sebentar!"Tepat ketika sekelompok penjahat bersenjatakan botol anggur, bangku, bahkan pisau, dan bersiap menyerang kapanpun. Hilmi tiba-tiba menghentikannya. Semua orang terkejut dan menatap Hilmi dengan bingung.Hilmi menatap Dimas Anggara dengan dingin. Dia bisa memahami mata Dimas Anggara, pria ini datang ke sini untuk mempertaruhkan nyawanya.Hilmi mampu mencapai statusnya saat ini karena kerja kerasnya saat masih muda. Dia dulu memiliki penampilan seperti ini, jadi dia tahu bahwa orang seperti ini tidak takut mati dan siapa pun yang ingin menghadapinya secara langsung pasti akan berakhir buruk."Nak, siapa yang mengirimmu ke sini?" Hilmi mau tidak mau bertanya.Dia berani menempati gedung proyek itu sebagai wilayahnya sendiri, jadi dia seharusnya memiliki pemahaman tentang kekuatan di baliknya. Sebelumnya, tidak peduli Semesta Abadi atau Perusahaan Impact Company mengirim orang untuk mengusir mereka, tidak ada yang berani melakukan itu, karena mereka takut balas dendam d
‘Semoga pria itu masih hidup,’ gumam Naya menatap luar jendela mobil.Wanita itu mengeluarkan ponselnya, dan menelpon Dimas Anggara dengan khawatir.[Nay, mereka menginginkan uang 1 miliar agar pergi dari tempat itu.]Mendengar itu, tatapan mata Naya langsung berbinar. "Apa? Tuan Hilmi bersedia meninggalkan tempat itu dengan uang 1 miliar?"Dibndingkan dengan keuntungan besar yang akan dihasilkan proyek ini di masa depan, jumlah uang ini tidak ada artinya bagi Semesta Abadi. Jika Hilmi mengajukan syarat serendah itu sebelumnya, dia pasti akan setuju tanpa mengucapkan sepatah kata pun.[Hmm …. aku akan berbicara dengan mereka lagi jika kamu tidak mau membayarnya.]Dimas Anggara awalnya merasa bahwa Semesta Abadi tidak akan mau membayar uang ini, jadi dia menduga Naya tidak akan setuju."Baiklah, aku akan memberikannya!" Naya langsung setuju dan menyuruhnya untuk tidak memprovokasi Hilmi lagi.Setelah Dimas Anggara memutuskan panggilan, dia tidak bisa menahan dirinya untuk mengerutkan k
"Apakah kamu mempertaruhkan nyawamu demi masalah ini?" Naya mengerutkan keningnya dan bertanya."Kalau tidak? Kenapa begitu sulit untuk membawa istri yang kunikahi pulang ke rumah? Aku benar-benar gagal!" Dimas Anggara menertawakan dirinya sendiri.Dia juga telah membaca banyak novel populer tentang seorang pria yang menikah masuk ke dalam keluarga wanita. Tetapi dia merasa bahwa dia lebih buruk daripada pria seperti itu, setidaknya, ibu dari menantu pria itu telah melihat istrinya.Naya diam-diam menghela napas, tidak tahu seperti apa rasa di dalam hatinya."Omong-omong, aku sudah bernegosiasi dengan Tuan Hilmi, kamu hanya perlu memberi mereka uang 700 juta dan mereka akan segera pergi!” ujarnya dengan keadaan mabuk. “Aku telah menghemat cukup uang untuk Semesta Abadi, bosmu seharusnya akan memujimu, 'kan?" Dimas Anggara tersenyum lagi.Naya tersenyum menghina. ‘Apakah ternyata pria ini mengira bahwa aku memiliki bos?’"Sudahlah, berhenti bicara omong kosong! Jangan bicarakan tentang
"Kamu pantas mendapatkannya!" Naya tidak repot-repot menjelaskan, dia hanya meninggalkan sepatah kata, kemudian berbalik dan pergi.Mendengar itu, Dimas Anggara merasa sangat marah. Jika bukan karena dia tidak suka memukuli wanita dan jika dia tidak berjanji kepada ibunya untuk merawat istrinya dengan baik, dia sangat ingin menamparnya."Tunggu, kapan kamu akan pulang ke rumah bersamaku?!" Sebelum wanita itu menghilang, Dimas Anggara buru-buru bertanya."Awal bulan depan!" sahut Naya yang terus berjalan.Meski masih jauh, wanita ini akhirnya setuju. Dimas Anggara kembali ke rumah dengan penuh amarah, lalu dia menyiapkan mandi air panas untuk memulihkan tubuhnya.Kring~~Tiba-tiba, dering ponsel terdengar, Dimas Anggara mengerutkan keningnya saat melihat Kakaknya, Karin, menelpon."Halo, Kak, ada apa?"[Dimas, bagaimana? Apakah istrimu sudah mengatakan kapan dia akan pulang?]"Awal bulan depan!" Dimas Anggara tidak bisa menahan amarahnya saat memikirkan perilaku Naya barusan.Dimas ben
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i