Tatapan Walikota Rollies dan Grace tertuju pada Yuriel dengan pandangan berbeda. Walikota tampak memiliki pandangan tidak setuju. Grace di sisi lain menatapnya dengan penuh kecemburuan. Yuriel sebaliknya terlihat senang dan sombong. Dia mengangkat dagunya menatap Grace dengan arogan. Sedari tadi kedua orang tidak menghiraukan keberadaannya, seolah tidak menganggapnya penting. Dia jelas tidak senang. “Istriku adalah orang yang mudah tersinggung dan sangat sensitif, hingga sulit untuk menenangkannya.” Aleandro meremas bahu Yuriel lembut dengan sikap memanjakan. “Jadi Tuan Walikota, jangan tersinggung jika istri tidak senang dan tidak mau memaafkan kalian. Aku tidak ingin istriku menjadi tidak bahagia.” Sikapnya yang sangat memanjakan istrinya sangat terang-terangan membuat Walikota Rollies dan Grace tercengang. “Ah, tampaknya Tuan Gilren sangat mencinta istri Anda," puji Walikota Rollies tersenyum kaku. “Ya, siapa pun yang menghina istriku, aku akan membuat mereka membayar hargan
Keesokkan paginya. “Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Muda.” Butler Greyson menyambut keduanya di ruang tamu. Pria paruh baya itu tersenyum melihat hubungan majikannya tampak harmonis. “Tuan, apa Anda ingin sarapan?” “Tidak, kami akan makan di luar.” Aleandro menepuk pundak Butler Greyson sebelum menggandeng tangan Yuriel ke keluar dari mansion. Aleandro membawa Yuriel ke Neon Plaza untuk sarapan sekalian berbelanja di mal itu. Aleandro ingin memanjakan Yuriel dengan menemaninya berbelanja seperti yang dilakukan pasangan lainnya. Namun, Yuriel tidak berpikir hal yang sama. Dia memandang Neon Plaza dengan wajah cemberut. Dia pernah ke sini dan mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. “Ayo.” Aleandro menggenggam tangan Yuriel dan membawanya masuk. Keduanya berhenti untuk pemeriksaan keamanan. “Tolong, kartu keanggotaan Anda,” ujar petugas keamanan itu meminta kartu anggota Aleandro. Karena Aleandro memakai pakaian santai dan bukan jas seperti sehari-harinya, petugas keamanan it
Para wanita yang sedari tadi memusatkan perhatian mereka pada Aleandro, terlihat cemburu mendengar ucapan Aleandro yang ingin menyewa seluruh toko demi istrinya. Sementara para suami mereka berselingkuh dan menyimpan simpanan, Aleandro Gilren yang seorang miliarder menghabiskan uang untuk memanjakan istri yang berasal keluarga biasa. “Tu-tuan Presdir, Anda ingin menyewa seluruh toko ini?” Manajer toko tergagap mendengar ucapan Aleandro. Merek toko mereka bukan toko biasa seperti di mal lain. Setiap pelanggan yang masuk ke dalam toko berasal dari kalangan elite di Capital. Presdir Gilren ingin menyewa seluruh toko sendirian, apa dia menyuruh mereka mengusir para pelanggan elite? “Tuan Gilren, kami bisa membantu memilih beberapa gaun untuk istri Anda.” Manajer toko mencoba untuk bernegosiasi sambil tersenyum. Aleandro menatapnya datar. “Apa kamu tidak mendengar ucapanku? Di mana direktur mal? Aku ingin berbicara dengannya,” ujarnya dingi
Raut wajah Sherly membeku. Ada suara kikikan tertahan dari para wanita yang menyaksikan mereka.“Hehe, Nona Kindle benar-benar ingin memamerkan koneksinya dengan Presdir Gilren, hanya untuk dipermalukan,” kikik seorang wanita.“Dia seharusnya tahu malu. Pede kali bisa dekat Presdir Gilren, mentang-mentang Nyonya Katherine sangat menyukainya dan membawa-bawanya sebagai calon menantu.”“Heh, pada akhirnya bukan dia yang menikah dengan Aleandro Gilren. Dia dikalahkan oleh seorang wanita biasa dari kelas rendahan, haha.”Mereka semua orang yang berada di lingkaran yang sama dan saling mengenal. Gunjingan tidak akan pernah lepas mulut mereka.Sherly diam-diam mengepalkan tangannya. Dia mencoba mempertahankan senyum di wajahnya, meski tampak kaku. Dia telah menjadi bulan-bulanan sosialita Capital setelah Aleandro menikahi Yunifer Jenskin karena banyak yang percaya Sherly yang orang akan dinikahi oleh lelaki itu.
Jam kuliah Yuriel berakhir pada sore hari. Dia bersiap untuk pulang ketika ponselnya berdering.Yuriel melirik dan melihat nama Melly muncul di layar ponselnya. Sudah lama dia tidak bertemu dengannya dan Melly jarang menghubunginya. Dia segera mengangkatnya“Halo, Melly. Tumben menelepon, kamu tidak ada pemotretan?”“Yunifer, huhuhu ....” Suara tangisan Melly terdengar dari seberang telepon. Dia cegukan sambil menangis.Langkah Yuriel terhenti di lorong kampus mendengar tangisan Melly.“Melly, apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu menangis?” tanyanya mengerutkan kening cemas.Melly tidak menjawab dan hanya terus menangis. Dia terus bergumam tak jelas, kedengaran seperti “brengsek” dan “tukang selingkuh” sambil terus terisak.Yuriel menjadi khawatir“Melly, apa yang sebenarnya terjadi?! Kamu mabuk? Lupakan, katakan di mana kamu sekarang. Aku akan menjemputmu.&rdqu
Yuriel membantu Leon berjalan melewati ruang tamu apartemen yang dan mendudukkannya di sofa.Leon duduk di sofa meringis sembari memegang perutnya terasa menyakitkan, di mana dia terserempet pisau.Melihat kondisi Leon yang agak mengerikan, Yuriel merasa bersalah dan cemas melihatnya tidak mau pergi ke rumah sakit. Dia tidak bisa menahan omelannya.“Profesor Kindle kenapa kamu tidak mau pergi ke rumah sakit?!”Leon hanya membalasnya dengan tawa kecil di wajahnya yang pucat dan babak belur. “Lagi pula ini hanya luka kecil.”“Luka kecil apanya?!” Yuriel hampir ingin mencekiknya saking gemasnya. Dia melupakan Leon adalah dosennya.“Kamu babak belur begitu dan berdarah masih dibilang luka kecil.”Leon tersenyum, merasa terhibur dengan omelannya.“Daripada kamu mengomel di sini, bisakah kamu ambilkan kotak P3K di kamar mandiku, di pintu dekat dapur.”“Oke.&rdqu
Ciuman Aleandro sangat kasar dan menuntut. Seolah-olah dia ingin melumatnya tanpa sisa. Yuriel meringis saat gigi Aleandro beberapa kali mengesek bibirnya. Dia menggelengkan kepalanya menghindari ciumannya. Aleandro mencengkeram dagunya erat dengan tangan satunya, menciumnya semakin buas. Lidahnya melesat masuk ke dalam mulutnya dan menyedot napasnya. “Lep-lepaskan ....” Yuriel terengah-engah dalam mulutnya, kehabisan napas akibat ciuman liarnya. Namun Aleandro tidak berhenti dan terus menekan, melumat dan menghisap bibirnya kuat-kuat. Yuriel menggertakkan giginya marah. Dia membuka mulutnya dan menggigit bibir bawah Aleandro keras. Lelaki itu akhirnya melepaskan bibirnya dengan napasnya terengah-engah. Benang saliva terhubung di antara bibir keduanya. Bibir Yuriel bengkak dan merah, dia terengah-engah memelototi Aleandro dengan mata berkaca-kaca. “Aleandro Gilren, kau brengsek!” Dia menarik tangannya dari cengkeramannya Aleandro yang mengendur dan menampar wajahnya. Raut wajah
“Tidak.” Dia membuang muka.Saat melihat foto mesra Yuriel bersama Leon, tidak ada yang dia inginkan selain menghancurkan mereka. Dia tidak ingin tahu apa yang mereka lakukan bersama di dalam apartemen itu.Aleandro menggertakkan giginya kesal.Sudah merupakan batas toleransinya untuk melupakan kejadian dia memergoki Yuriel di apartemen Leon dan masih membuatnya tetap di sisinya. Lelaki mana yang mau menerima sebuah pengkhianatan dari wanita yang dia cintai.Ketika teringat bagaimana almarhum istrinya, Yunifer Jenkins berselingkuh dan tidur dengan tidur dengan pria lain, Aleandro membayangkan Yuriel sama dengan saudara kembarnya.Dia masih merasa tidak aman sebelum memiliki hati dan jiwa wanita itu sepenuhnya.Semakin Aleandro memikirkannya semakin dia marah. Seks semalam tidak bisa meredakan kecemburuannya.Aleandro meletakkan nampan di atas nakas dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Mencengkeram selimut d