“Audrey, apa yang kamu lakukan” Teriak Yuriel marah.
Remix sontak melindunginya dari peluru yang beterbangan.
“Suruh anak buah Lewis menurunkan senjata mereka jika kamu tidak ingin putrimu kutembak,” ujar Audrey menyeringai menodong pistol ke kepala Yuri.
Yuri tidak berhenti menangis dan memanggil Yuriel. Wajahnya yang imut penuh memar menunjukkan bahwa gadis kecil itu mengalami kekerasan dari orang-orang yang menyanderanya.
Yuriel sangat panik melihat wajah putrinya penuh dengan memar dan ditodong dengan senjata api. Hatinya sangat sakit melihat gadis kecilnya diperlakukan seperti itu. Dia ingin berlari dan meraih Yuri. Namun Remix menahannya.
“Jangan bertindak gegabah. Mereka bisa melukaimu,” bisiknya memperingatkannya.
Dia mengangkat tangannya menyuruh anak buahnya berhenti menembak dan menurunkan senjata mereka. Anak buah Audrey juga berhenti menembak. Saling todong senjata waspada dan melindungi tuan
“Jangan khawatir, aku akan memberi dia hukuman yang pantas dia terima. Jadi sekarang bisa katakan siapa dua orang yang memiliki jantung yang cocok dengan Ginny?” kata Lewis tidak sabar.“Mereka sedang dalam perjalanan. Mungkin ini sedikit terlambat karena kita berada di laut lepas, Tuan Flint, kenapa kamu tidak beristirahat sejenak?”Lewis mengerutkan keningnya dan berdecak.“Jangan coba mempermainkan aku. Aku tidak membiarkan siapa pun yang menyinggungku hidup dalam keadaan utuh,” desisnya dingin dan mengancam.“Mana mungkin aku mempermainkan kamu,” balas Aleandro tak kalah dingin.Lewis berdecak kesal. Dia menatap ke sekeliling ruangan yang kacau, banyak mayat anak buah Thomas yang tergelatak di lantai.Tatapannya jatuh pada Yuriel yang menenangkan Yuri.Yuriel balas memelototinya dengan tatapan benci. Ayah tidak berguna dan berhati dingin. Dia datang bukan untuk menyelamatkan me
Yuriel tidak akan membiarkan Audrey mengendalikan ayahnya dengan menggunakan kelemahannya. Meski dia membenci Lewis, ayahnya tetaplah orang yang berkuasa di Kingstown. Hidup mati Audrey dan keluarga Cameron tergantung pada keputusannya. Jika Lewis memutuskan tetap melindungi Audrey, Yuriel tetap tidak bisa membalas dendamnya pada Audrey karena sudah menyakiti putrinya. “Itu tidak benar! Lewis kumohon percayalah padaku. Ibuku sangat mencintaiku dan berharap kamu akan menjagaku. Kamu tidak akan melupakan janjimu pada ibuku kan? Apa kamu lupa bagaimana ibuku mengorbankan nyawanya untuk melindungimu.” Audrey menatap Lewis dengan memohon dan penuh harap. Wajah Lewis masih tanpa ekspresi hingga sulit menebak apa yang dipikirkan pria itu. “Tuan Flint, aku masih memiliki satu rekaman lagi untukmu,” ujar Aleandro menarik perhatian Lewis. Dia mengeluarkan kaset rekaman dari DVD player dan memasukkan kaset rekaman lain. Mata Lewis memicin
“Bawa mereka berdua,” perintah Lewis pada anak buahnya untuk mengambil Antonius dan putrinya.Wajah Audrey bersinar mendengar percakapan. Benar-benar ada dua donor jantung?!Audrey merasakan kegembiraan. Namun di sisi lain dia tidak senang.Mengapa harus ada dua? Dia tidak rela Ginny mendapat satu donor jantung. Tidak peduli apa pun, dia harus mendapatkan jantung yang wanita muda itu, Emily Scott. Emily masih muda dan sehat dibandingkan Antonius.Dengan begitu kemungkinan hidupnya akan lebih Panjang jika mendapat jantung yang masih muda dan sehat.Audrey tidak memikirkan apa pun selain mendapatkan donor jantung. Dadanya sangat sakit saat ini. Dia tidak tahu kapan dia akan bertahan.“Lewis, dadaku sakit … tolong aku …” Dia meraih celana Lewis dan menatap dengan ekspresi memohon sambil mencengkeram dadanya.Lewis melirik ke bawah menatap Audrey yang berlutut di bawahnya.“Aku ingin aku
“Ludwig Arghio, Raja dari kerajaan Eropa, senang bertemu denganmu Tuan Flint,” ujarnya pria itu mengulurkan tangannya pada Lewis. Pria paruh baya itu tinggi dan memiliki karismatik yang mengesankan. Dia terlihat berusia lima puluh tahun. Pria itu masih terlihat tampan di usia paruh baya karena dia tinggi dan sedikit berotot. Ludwig menatap pria di depannya dari atas ke bawah dengan pandangan menilai. Dia sungguh mengesankan seperti rumornya. Auranya sangat mengintimidasi, selain itu dia memiliki wajah awet muda hingga orang biasa tidak akan tahu pria itu berumur lima puluhan tahun. Entah dia harus mengagumi atau merasa tersaingi pria itu awet muda seperti Ginny. Mata gelap Lewis menyipit menatap tangan Ludwig yang terlulur. Dia tidak membalas jabat tangannya dan sebaliknya bertanya dengan dingin. “Aku tanya apa hubunganmu dengan Ginny?” Suara Lewis penuh dengan penekanan dan mendominasi. Sudut bibir Ludwig berkedut. Dia belum pernah be
“Ugh ….” Aleandro meringis memegang bahunya. Dia mengerjap sebelum akhirnya membuka matanya. Matanya menyipit menatap ke sekeliling ruangan yang tampak sebuah kamar rawat. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa ada di kamar ini. Seingatnya dia berbicara dengan Yuriel setelah operasi Ginny selesai setelah itu dia pingsan. Aleandro mencoba untuk duduk dan langsung meringis kala luka di pundaknya terasa menyakitkan saat dia bergerak. Luka di pundaknya jadi terasa sakit saat dia bergerak di bandingkan saat kemarin saat dia mendapat luka tembak. Tampaknya peluru di pundak sudah dikeluarkan. Mata Aleandro menyipit menatap ke sekeliling kamar rawatnya dan tidak melihat Yuriel di mana pun. Dia tiba-tiba merasa cemas tidak melihat keberadaan Yuriel dan teringat saat Yuriel menghilang diculik. Tanpa memedulikan lukanya, Aleandro mencabut jarum infus di tangannya dan memaksakan diri turun dari ranjang. Pada saa
Lewis mengepalkan tangannya menahan dirinya untuk tidak memukul Ludwig melihatnya menggenggam tangan Ginny erat. Mengapa pria tidak segera enyah dari tempat dan malah menunggui di samping tempat tidur Ginny yang seharusnya menjadi miliknya. Dia ingin Ginny melihatnya sebagai orang pertama saat dia sadar setelah menjalani operasi transpalantasi jantung. Ludwig masih tetap tersenyum meski dia merasakan tatapan membunuh menusuk belakang kepalanya. “Aku datang untuk mengunjungimu. Apa kamu sudah merasa lebih baik sekarang? Kamu benar-benar membuatku cemas setelah mengetahu,” tanyanya dengan penuh perhatian. “Operasi apa?” Ginny mengerutkan keningnya bingung. “Kamu baru saja menjalani operasi transpalantasi jantung. Beruntung kami menemukan donor jantung yang cocok saat kamu hampir sekarat,” ujar Lewis dengan suara dingin, tidak ingin memberi kesempatan pada Ludwig jika dia ingin mengklaim jasanya yang memberi donor jantung pada Ginny.
“Jika kamu tidak melihatku mati, jangan pernah pernah muncul di depanku. Aku sangat membencimu,” desis Ginny lirih. Lewis terdiam di tempatnya. Tak lama kemudian sekelompok dokter berlari memasuki ruang rawat itu. “Tuan Flint, apa yang terjadi?” Soerang dokter bertanya tergesa-gesa melihat EKG bergerak tidak stabil. Dia segera menangani Ginny dan jantungnya yang bergerak tidak stabil. Lewis tetap di tempatnya dengan ekspresi tegang menyaksikan para dokter mencoba menstabil jantung Ginny. Tak lama kemudian jantung Ginny mulai stabil, dia berbaring di tempat tidurnya, memejamkan matanya tertidur. Salah satu pemimpin sekelompok dokter itu menghela napas lega. Dia berjalan menghampiri Lewis. “Tuan Flint, Miss Scott menjalani operasi transpalantasi jantung dan kondisinya belum stabil. Untuk saat ini, jangan memancing emosinya yang memicu kinerja jantung barunya meningkat dua kali lipat. Anda harus berhati-hati menjaga emosi Miss Scott
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro