Istri Gaib
Bab 47 : Ulah Ella
“Bang, ayo!” ujar Nindi saat naik ke boncengan sambil menggendong baby Hana, bayi mungil mereka untuk dititipkan ke rumah Bu Ida, ibunya Haikal.
Haikal membonceng sang istri untuk menyeberang ke seberang jalan, ke rumah Ibunya. Tiap Nindi dinas pagi, baby Hana akan dititipkan ke rumah neneknya.
“Bu, titip Hana, ya!” ujar Nindi saat memindahkan Hana ke gendongan sang nenek.
“Iya, kalian hati-hati berangkatnya! Hana aman kok sama Ibu,” jawab Bu Ida sambil membaringkan bayi berkulit putih bersih itu di ayunan.
“Maaf, Bu, udah merepotkan tiap hari,” ujar Nindi sedikit tak enak hati.
“Ah, kamu, Nin, nggak ngerotin kok. Ibu dan Mbak Hennimu malahan senang dititipi Hana, maklum anaknya Mbakmu itu udah gede-gede, udah gak ada lucunya lagi .... “ Bu Ida terkekeh.
Nindi tersenyum dan kemudian salim kepada sang ibu mertua, lalu menghampiri Haikal yan
Istri GaibBab 48 : Sosok Bayi MauraMaura duduk sendiri di bawah sinar rembulan sambil selonjoran di tepi sungai, tangan kanan sambil mengusap perutnya. Ia sedang menanti kelahiran buah hatinya bersama Haikal yang menurut perhitungannya akan lahir malam ini.“Sayang, cepatlah lahir ke dunia, ibu sudah tak sabar menantimu,” ujar Maura sambil memijat pinggangnya yang mulai terasa sakit.Makhluk berambut merah itu beranjak dari tepi sungai dan kemudian melangkah ke semak-belukar tanaman pakis dan kangkung malu, perutnya kian terasa nyeri. Ia kebingungan untuk mencari lokasi untuk melahirkan. Ia sengaja memilih untuk lahiran di atas daratan sebab ia yakin anaknya pasti akan berwujud manusia yang akan kelelep jika ia melahirkan di dasar sungai.“Agghhh!!!” jerit Maura, kakinya tersandung akar rumput, ia terjatuh.Maura terjatuh dengan menimpa perut buncitnya, padahal ia belum tiba di hutan rumah sang ibu, Masnah. Ia beren
#Istri_Gaib Bab 49 : Satu Istri Beberapa tahun kemudian. “Sayang, cepatan ah! Lama amat dandannya, udah pukul 06.45 ini!” teriak Haikal dari arah ruang tamu, ia sudah bersiap dengan dinas berwarna orange yang dilapisi jaket kulit di luarnya. Taklama kemudian, Nindi sudah keluar dari kamar dengan menggandeng Hana, gadis kecil berwajah cantik dengan rambut kuncir dua yang kini sedang duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. “Hana, Bang, yang bikin lama. Udah bangun kesiangan, pakai minta dikuncir dua pula,” ujar Nindi saat menghampiri suaminya yang terlihat kesal dengan mata melototi jam di pergelangan tangannya.“Cepatan ah, Papa ada panggilan darurat pagi ini.” Haikal mencubit gemas pipi mulus putri sewata wayangnya itu. Ketiganya menuju teras. Nindi segera mengunci rumah lalu mendekati motor maticnya. Seperti biasa, Hana akan diantar Haikal pergi ke sekolah, sedang Nindi pakai motor sendiri. “Sayang, hati-hati
#Istri_GaibBab 50 : Teman HanaHana memeluk papanya dari belakang, motor mulai melaju menuju arah rumah. Sepanjang jalan, pikirannya masih tertuju pada Meiry, teman yang sangat unik menurutnya. Ia berharap, besok-besok masih bisa bermain lagi bersamanya.Di tengah jalan, Haikal malah berpapasan dengan Nindi. Ia langsung menghentikan motor, dan menoleh ke arah sang istri yang ternyata juga menghentikan motornya.“Hana, kamu ke mana saja?” cecar Nindi dengan raut wajah lega, namun penasaran.“Main sama teman,” jawab Hana sambil menundukkan kepala.“Nin, kita lanjut bicara di rumah saja. Ayo pulang!” Haikal menatap Nindi dan memberi isyarat agar jangan mengintrogasi Hana dulu, tunggu sampai di rumah saja.Kedua suami istri itu mulai melajukan motornya menuju pulang. Taklama kemudian, mereka pun tiba di depan rumah dan langsung menggandeng Hana masuk.“Hana, cerita sama mama ... kamu
#Istri_GaibBab 51 : Rambut Merah“Ayo, masuk!” Haikal menggandeng tangan Hana untuk masuk ke rumah mertuanya, neneknya Hana.“Eh, cucunya Oma udah pulang sekolah,” sambut Bu Ratna, mamanya Nindi.Hana langsung melepaskan tangan Haikal dan mendekat ke arah omanya.“Ma, Haikal mau titip Hana, ya!” ujar Haikal sambil menyalami sang mertua.“Iya,” jawab Bu Ratna sambil memegang pundak cucunya yang sudah setinggi dadanya itu.Haikal pamit untuk kembali ke kantor. Bu Ratna dan Hana mengantar pria berjaket cokelat iu ke depan pintu.“Papa hati-hati!” ujar Hana sambil melambaikan tangan.Haikal yang sudah naik ke atas motornya, membalas lambaian tangan putri tunggalnya itu dan kemudian mulai memacu kendaraannya untuk kembali ke tempat kerjanya.Bu Ratna menggandeng Hana masuk, lalu membawanya ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah itu, ia mengajak sang c
#Istri_GaibBab 52 : Ulah HanaHaikal membuka mata dan mengerjap beberapa kali. Kepalanya masih terasa sakit. Ia tersenyum tipis saat mendapati Nindi kini sedang memijat kepalanya.“Bang, kamu nggak apa-apa ‘kan?” tanya Nindi dengan raut cemas.“Iya, Sayang, nggak apa-apa kok, cuma masih pusing aja,” jawab Haikal lemas sambil menarik sang istri untuk berbaring di sampingnya.“Bandel sih, udah tahu capek ... masih aja ngeyel ngajak berhubungan.” Nindi mengusap pipi suaminya.“Bukannya gitu, Sayang! Namanya juga kangen, mau gimana lagi?” jawab Haikal sambil memeluk istrinya dan mendaratkan kecupan hangat di dahi.Haikal menghela napas. Akhir-akhir ini ia semakin sering berhalusinasi tentang Maura, bahkan memimpikannya. Ia tak tahu, apa gerangan yang sedang terjadi? Apakah Maura akan kembali ke kehidupannya dengan cara ini atau apa? Yang jelas, ia sudah merasa nyaman dan bahagia denga
#Istri_GaibBab 53 : Warna RambutSorenya, Nindi dan Haikal membawa Hana ke salon untuk mengembalikan rambutnya ke warna asal yaitu warna hitam."Mbak, tolong dihitamin rambut putri saya!" ujar Nindi kepada karyawan salon yang kini menyambut mereka dengan ramah.Karyawan salon itu mengangguk dan menggandeng Hana untuk duduk di kursi khusus pelanggan, sedang Haikal dan Nindi menunggu di kursi tunggu.Satu jam berlalu, karyawan salon menghampiri Haikal dan Nindi dengan raut cemas."Kenapa, Mbak?" tanya Nindi dengan perasaan yang mulai terasa tak enak."Maaf, Bu, kalau boleh tahu ... Pewarna jenis apa yang digunakan Hana?" tanya sang karyawan."Hmm ... Emangnya kenapa, Mbak?" Nindi bangkit dari kursi tunggu."Sepertinya ... Pewarna yang digunakan Hana itu permanent jadi warna rambutnya tidak bisa dikembalikan ke warna asal lagi.""Astaghfirullahal'adzim. Bagaimana ini, Bang?" Nindi menatap Haikal dengan kesal s
#Istri_GaibBab 54 : Pertemuan“Jadi ... aku harus bagaimana? Mamaku marah besar ... dan akibatnya ... aku nggak dibolehin melepas jilbab yang sebenarnya belum siap untuk kukenakan ini .... “ Hana cemberut sambil menunjuk jilbabnya yang ada di kepalanya.“Aku juga nggak tahu, Hana. Yang jelas, warna rambutmu takkan bisa berubah warna hitam lagi. Bukannya kamu suka rambut berwarna merah begitu?” Meiry mendekat dan mengintip rambut merah Hana dari balik jilbab putih itu.“Aku sih suka, tapi Mamaku nggak suka. Beberapa hari ini aku diomelin terus.” Hana merenung, ia sedih sekali akan nasib rambutnya.“Oh ... begitu ceritanya. Maafkan aku, ya, Hana!” Meiry memeluk Hana.Keduanya berpelukan. Meiry mengusap punggung temannya itu yang tinggi badan hampir sama dengannya itu.“Ya sudah, jangan sedih lagi.” Meiry mengusap punggung Hana.Hana melepaskan pelukann
#Istri_GaibBab 55 : Mimpi“Duduk sini, Meiry, Tante akan coba periksa matamu!” ujar Nindi sambil duduk di sopa ruang tengah dan melambai teman baru dari Hana untuk duduk di hadapannya.Hana menggandeng tangan Meiry untuk duduk di samping mamanya. Nindi mulai mengeluarkan senter kecil dari kotak obat untuk melihat apa yang terjadi pada mata teman baru dari putrinya itu.“Buka matanya!” perintah Nindi kepada Meiry.Dengan kesal, Meiry menuruti perintah Nindi walau sebenarnya ia tak menyukai hal ini. Nindi mengerutkan dahi dan tak melihat darah yang kata Hana tadi.“Mata Meiry nggak kenapa-kenapa kok, Hana,” ujar Nindi sambil menyimpan kembali perelatan periksanya.“Masa sih, Ma? Tadi Hana benaran lihat loh mata Meiry mengeluarkan darah.” Hana menggaruk kepalanya sambil menatap temannya itu.Taklama kemudian, Haikal juga muncul di ruang tengah dan duduk di samping istrinya yang kini s
#Istri_GaibBab 83 (Tamat)“Pa, aku nggak bisa berubah menjadi manusia seutuhnya lagi .... “ ujar Meiry sambil menangis sambil mendekat ke arah papanya yang masih setia menunguinya.“Jadi ... Papa harus gimana, Nak?” Haikal menggenggam tangan putrinya.“Selama tinggal, Pa, jangan lupakan aku ... putrimu .... “ ujar Meiry sambil menyeka cairan merah yang terus berjatuhan dari matanya.“Nggak, Mei, Papa tetap akan membawamu pulang ... ayo!” Haikal mengeluarkan Meiry dari air dan menggendongnya.“Jangan, Pa, wujudku tak sempurna sekarang ... nanti Mama Nindi, Nenek Ida dan Kak Hana akan takut kepadaku ... biarkan aku tetap hidup di sungai, Pa,” bantah Meiry.Haikal tak memperdulikan perkataan putrinya itu, ia langsung memasukkan Meiry ke dalam mobilnya dan segera memacunya menuju arah pulang.Tiba-tiba, rasa sesak juga susah bernapas mulai dirasakan Meiry lagi, ia memegan
#Istri_GaibBab 82 : Sakit“Meiry .... “ Haikal yang ketika masuk ke dalam rumah langsung mendekati kamar Meiry kaget saat melihat putrinya itu basah kuyup.“Papa ... pulang ... Meiry .... “ Meiry memegangi dadanya yang terasa sesak, ia sekana tak bisa keluar dari dalam itu.“Kamu kenapa, Mei?” Haikal mendekat.Meiry segera berlari masuk ke dalam kamar mandi, lalu masuk ke dalam bak dan menenggelamkan dirinya. Kondisinya benar-benar kacau saat ini, padahal ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Sekarang baru pukul 20.00 padahal, beda halnya jika sudah pukul 00.00.“Nak, kamu kenapa?” tanya Haikal sambil mengejar Meiry ke kamar mandi.Setelah menyelam beberapa detik, Meiry mengeluarkan kepalanya. Sedangkan Haikal, ia menatap putrinya itu dengan raut cemas.“Meiry ... kamu kenapa, Nak?” tanya Haikal sambil mengelus rambut merah putrinya.“Aku nggak tahu, Pa,
#Istri_GaibBab 81 : BimbangHaikal kembali ke rumahnya setelah mengantar Bu Ida pulang. Ia jadi terus kepikiran akan pembericaraan mereka tadi. Dengan menghela napas berat, ia duduk di sofa ruang tengah lalu memegangi kepalanya dengan segala macam permasalahan. Hana belum sadar dari komanya, tapi kini ia malah resah akan nasib Meiry jika ibunya memanggil Ustaz Bumi.“Ya Tuhan ... bagaimana ini?” gumam Haikal.Haikal menggelengkan kepalanya. Ia tahu, Meiry siluman tapi ia ingin tetap bersamanya dan tak ingin kebersamaan mereka terusik. Sudah cukup ia merelakan berpisah dengan Maura dulu, tapi kini ia tak mau kehilangan darah dagingnya bersama sang istri gaib. Ia sangat berharap Meiry bisa menjadi manusia dan hidup layak, bersamanya.“Papa udah pulang?” Meiry yang baru keluar dari kamarnya, sambil menghampiri sang papa yang terlihat begitu kusut, duduk dengan memegangi kepalanya.“Eh, iya, Nak. Kamu lagi ngapain
#Istri_GaibBab 80 : Dugaan Bu IdaSiluman Buaya Putih menunggui Hana semalaman dan memastikan gadis itu masih hidup. Pagi ini ia sudah bersiap mengantar putri dari Haikal dan Nindi itu ke dasar pantai agar bisa menghirup udara segar dan tak sepertinya yang hanya menghabiskan waktu di dalam air. Andai ia bisa memilih, maka ia ingin terlahir sebagai manusia.Ketika matahari sudah menampakkan sinarnya, siluman buaya putih dengan wujud silumannya mulai membawa tubuh Hana ke permukaan air, ia memasukkan Hana ke dalam mulut panjangnya. Sesampainya di permukaan air, ia celingukan untuk meletakkan tubuh gadis berambut merah itu karena jilbabnya sudah terlepas saat Hana tenggelam waktu itu.“Toloong ... ada buaya!” teriak seseorang dari pinggir pantai saat melihat siluman buaya putih menampakkan kepalanya ke permukaan.“Mana? Ini pantai, Bro, air asin, mana mungkin ada buaya!” sanggah pria lainnya.“Itu ... lihat
Istri GaibBab 79 : TenggelamHaikal dan Nindi sudah kembali ke pinggir pantai, sedangkan Hana dan Meiry masih belum bisa ditemukan. Supir speadboat sudah meminta bantuan kepada teman-temannya untuk membantu mencari, juga sudah menghubungi tim pengawasan pantai guna membuat pengaduan adanya pengunjung pantai yang tenggelam agar bisa dibantu mencari dua penumpang banana boat yang hilang itu.“Bang, semoga kedua putri kita baik-baik saja .... “ Nindi mengusap air matanya yang terus berjautuhan sejak tadi.“Kita berdoa saja, Sayang.” Haikal merangkul bahu Nindi, ia juga sedang bersedih sekarang.Sedangkan di tengah-tengah pantai, beberapa tim masih melakukan pencarian. Tim penyelam juga sudah diturunkan ke dasar pantai untuk mencari dua putri Haikal yang tenggelam.***Meiry yang sudah melempar Hana ke dasar laut, segera berenang ke permukaan. Ia berharap saudara tirinya itu segera mati agar ia bisa hidup tenang d
#Istri_GaibBab 78 : Pantai Pulau DatokMeiry sangat kesal atas ucapan Hana kepadanya tadi, ingin rasanya ia melenyapkan saudara tirinya itu saat ini juga. Andai saja ia bisa, sudah lama ia melakukannya. Kini ia hanya bisa mengamati Hana dan cowok yang membawa kamera itu dari kejauhan saja.Ada rasa iri di hatinya jika ada cowok yang menyukai Hana dan ia takkan membiarkan hal itu terjadi sebab dia tetap harus unggul dibandingkam anak dari pelakor yang telah merebut sanga ayah dari Ibunya.Sedangkan Hana, setelah berpose dengan segala macam gaya, kini ia sedang duduk di sebuah kafe yang berada di dalam lingkup Villa. Ia sedang melihat hasil jepretan cowok yang baru dikenalnya itu.“Bagus banget, Bang, hasil fotonya,” ujar Hana.“Objeknya juga bagus, itu yang paling mendukung,” jawab cowok itu sambil melirik gadis berhijab di sebelahnya.“Hmm ... iya juga sih, hahaa .... “ Hana menutupi mulutnya sambi
#Istri_GaibBab 77 : Liburan[Pa, nanti di villa, aku nggak bisa satu kamar sama Hana soalnya Papa tahu sendirikan perubahanku setiap tengah malam.]Meiry mengirimkan pesan itu kepada Haikal, saat jam istirahat sekolahnya sedangkan papanya ia pastinya sedang berada di kantornya.Haikal menautkan alisnya saat membaca chat dari putri keduanya itu dan ia tak memikirkan sebelumnya akan hal itu. Ia mengusap wajah sambil menghembuskan napas berat, semua itu benar-benar tak ia pertimbangkan, ia hanya memikirkan asyiknya jika bisa liburan bersama.[Maafkan Papa, Mei, Papa lupa akan rahasiamu. Sekali lagi maafkan Papa, Papa hanya memikirkan asyiknya jika bisa pergi liburan bersama kalian dan melupakan tentang keadaanmu.][Iya, Pa, nggak apa-apa.][Iya, nanti Papa akan menyewa Villa yang kamarnya ada tiga. Kamu tenang saja, Nak.][Terima kasih, Meiry sayang Papa. Oh iya, chat kita langsung dihapus, Pa, takutnya ada yang baca. Meiry harap
#Istri_GaibBab 76 : Dugaan Hana“Loh ... Mey, kok udah keluar dari kamar saja, emang kapan datangnya?” Hana menautkan alisnya, menatap saudara angkatnya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Hmm ... pas aku datang, kamu lagi dapur,” jawab Meiry cuek sambil melangkah menuju dapur.“Hey, aku dari tadi ada di ruang tengah, mengerjakan tugas. Apa kamu masuk rumah dengan cara menembus dinding ... kayak hantu?” Hana menatap tajam Meiry.Meiry melengos kesal melihat tingkah Hana yang selalu mencurigainya itu.“Udah ah, aku mau makan dulu.” Meiry melewati tubuh Hana dan tak lupa menyenggol bahunya dengan lumayan keras sehingga saudara tirinya itu terhuyung ke samping.Meiry melangkah cepat menuju dapur sambil tersenyum sinis, melihat Hana yang mengaduh kesakitan karena ulahnya. Ia bisa bermain lebih kasar lagi jika Hana terus mengusik ketenangannya.Hana menghentakkan kaki kesal dan
Istri GaibPart 75 : Tumbal Kedua“Bang!” Meiry tersenyuum sambil masuk kembali ke ruangan karoke itu lalu duduk di samping Tristan.“Kok lama banget, kirain tertidur di kamar mandi.” Tristan langsung merangkul Meiry dan memeluknya.“Ngantri, Bang, ada yang lama banget di kamar mandinya. Eh, tahunya ada yang pacaran di sana.” Meiry menjauhkan dirinya dari Tristan tapi pacarnya terus saja memepet tubuhnya.“Sayang, sini!” Tristan menarik tangan Meiry dan kembali memeluknya. “Aku mencintaimu, Mey, sangat cinta ... “ bisiknya di telinga sang pacar sambil mendekatkan wajah mereka.Meiry hanya tersenyum, ia senang mendengarnya tapi takkan langsung bisa percaya begitu saja sebelum membuktikannya nanti.“Aku juga mencintaimu, Bang,” jawab Meiry pura-pura, walau ia tak memiliki perasaan itu.Tristan semakin mendekatkan wajah mereka, tangannya menyentuh dagu Meiry.