"Ya ampun Ansel! kenapa nakal seperti ini." Freya sangat kaget saat melihat tangan mungil Ansel di penuhi dengan bulu-bulu kecil, Dan Dave yang baru sadar pun tercengang. Dave juga sangat cemas, dia begitu takut kalau Freya sampai curiga dengan penyamarannya selama ini. "Gawat, kenapa aku tidak memperhatikan dari tadi," Dave tercengang dengan cepatnya ia berusaha merapihkan diri. Freya yang merasa tidak enak hati pun mulai meminta maaf, atas kenakalan yang di perbuat oleh Ansel. "Tuan tolong maafkan putra saya, coba saya liat apa wajah tuan terluka?" Freya bertanya untuk memastikan, tapi Dave segera menghindar karena tidak mau jika sampai Freya sadar kalau dia adalah Damian. "Tidak papa, aku tidak papa Freya. Lagian cuma anak kecil jangan di ambil tidak enak hati," Dave berusaha menenangkan Freya, lalu mencoba untuk menghindar. Freya yang tidak ingin memaksa pun, hanya segera mengambil Ansel yang masih asik bermain di atas sofa. "Ayo sayang, ikut mamy."Ketika Freya dan Dave masih
"Aaakkhh! brengsek dasar wanita pengkhianat." Hellian sangat marah dan kesal sampai melemparkan beberapa botol anggur di Club itu Meskipun beberapa temannya berusaha untuk menenangkannya. Sementara Khatrine yang tidak ingin terjadi apa-apa pada Ervan, ia segera membawa pria barunya itu ke dalam mobil. "Tuan, duduklah. Maaf karena saya anda jadi begini," sesal Khatrine, lalu berusaha untuk mengelap sudut bibir Ervan yang terus saja mengeluarkan darah. "Tidak papa, cepatlah masuk. Lebih baik kita pergi dulu dari sini sebelum mantan pacarmu itu mengejar kita," Ervan mulai menghidupkan mesin mobil. Dan Khatrine pun segera menutup pintu, setelah itu mereka pergi ke mansion milik Ervan yang berada cukup jauh. Di sepanjang perjalanan Khatrine merasa tidak enak hati karena sikap Hellian yang sudah sangat keterlaluan. Ervan yang masih penasaran dengan hubungan Khatrine dan Hellian, membuat dia memberanikan diri untuk bertanya. "Khatrine, katakan padaku apakah kamu sudah berhubungan lama d
"Aakkkh, sial. Kahtrine kau benar-benar pengkhianat. Sudah susah payah aku mengutamakan dirimu di banding Freya dulu, tapi sekarang kau malah membalas semua pengorbananku seperti ini." Hellian sangat kesal dan marah, sampai barang-barang yang ada di depannya itu di lemparkan. BLUGH!Semua barang-barang Khatrine berantakan di bawah lantai, Hellian yang sangat pusing apa lagi mengingat kondisi perusahannya saat ini sedang anjlok, membuatnya lebih frustasi lagi. "Harusnya aku dulu tidak memecat Freya, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini." Sesal Hellian lalu terduduk lemas di sofa sembari memijat kening. Seketika ide pun melintas di dalam kepala, Hellian ingin mencoba untuk menawarkan Freya kembali bergabung di perusahaannya. "Hanya Freya yang bisa membuat perusahanku maju seperti dulu, bagaimana jika aku mencoba untuk membujuknya agar mau kembali," gumam Hellian. Bahkan Hellian segera mengambil ponsel untuk menghubungi Freya langsung, berharap jika tawarannya akan di terima. D
"Ya ampun Freya, kenapa kamu berpikir aneh seperti itu? wanita lain bagaimana mas tidak ada waktu untuk memikirkan wanita lain." Jelas Damian yang berusaha meyakinkan. Ketika mereka berdebat kecil, Ansel tiba-tiba saja menangis seolah tidak ingin mamy dan Dadynya bertengkar. Freya yang tidak ingin merasa bersalah berusaha untuk mengalah dan meminta maaf pada Damian. "Ya sudah kalau tidak merasa, tidak usah di bahas lagi." Baru saja Freya ingin kembali ke kamar, tiba-tiba saja tangannya di tahan Damian dan mereka pun saling memandang satu sama lain. "Ada apa mas?" tanya Freya terheran. "Bagaimana kalau kita temani Ansel tidur?" ajak Damian. Jantung Freya berdegup sangat kencang saat mendengar perkataan Damian yang membuatnya seperti mimpi. Dengan rasa gugup dan ragu, Freya kembali bertanya untuk memastikan apa maksud perkataan dari suaminya itu. "Maksud mas kita tidur bertiga?" Damian menganggukkan kepala, mengiyakan semua perkataan sang istri. Seketika wajah Freya memerah meron
Freya menyergitkan dahi, saat melontarkan sebuah pertanyaan yang tak kunjung mendengar jawaban dari Damian. Perlahan ia memutar badan dan menoleh ke belakang. "Ya ampun, ternyata dia sudah tidur? menyebalkan." Freya kesal, lalu ia juga terpaksa tidur untuk meredam semua emosi yang menggebu-gebu dalam hati. Damian perlahan membuka kedua pelupuk mata, saat melihat Freya yang sudah mulai tertidur. Ada rasa bersalah dalam hatinya karena belum bisa menjawab pertanyaan yang di katakan oleh Freya padanya tadi. "Maafkan aku Freya, aku belum bisa menjawabnya. Karena aku sedang berada di dalam posisi yang sulit untuk saat ini," gumam Damian dalam hati, lalu memeluk erat Freya dari belakang. ***Malam berganti pagi, Damian sengaja bangun lebih awal karena sengaja ingin menyiapkan beberapa menu makanan kesukaan Freya untuk menebus rasa bersalahnya. Freya yang sudah berpenampilan rapih dengan style kantornya, perlahan mulai berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah "Pagi-pagi begini siapa
Beberapa hari kemudian, Freya dan Mandy dan beserta beberapa staf yang memiliki andil penting dari acara catwalk yang akan di langsungkan di paris. Semuanya sudah bersiap untuk berangkat ke bandara. "Freya, ayo cepat naik, kebetulan kota dapat kursi dari bagian depan. Rasanya aku sudah tidak sabar untuk segera melihat Paris," Ucap Mandy yang begitu bahagia. Sembari menggandeng Freya menaiki tangga pesawat. "Ya ampun, ka Mandy bersabarlah jangan sampai terjatuh jalannya," Freya mengingatkan senior yang selalu setia membantunya dalam banyak hal pekerjaaan. Entah kenapa Freya merasa sedih, ketika melihat ponselnya yang masih sepi, tidak ada pesan Tai pun panggilan dari Damian. "Kenapa dia tidak menghubungiku? apa dia tidak peduli ku pergi jauh," Racau Freya dalam hati. Freya yang sudah jatuh hati padanya sang suami, membuat dirinya terkadang bingung harus berbuat apa jika Damian tidak memberikannya kabar atau menyapanya. Melihat Freya yang masih berdiri mematung, membuat Mandy terhe
Beberapa jam kemudian, akhirnya Freya dan para rekannya sudah sampai di Hotel Montalembert (Paris) Dave sengaja membooking hotel termahal dan terbesar di sana. Karena baginya ini adalah pencapaian prestasi Freya yang sukup luar biasa bagus. Bahkan harga sewa di sana mencapai sepuluh juta perhari, karena fasiitasnya yang cukup bagus dan mewah. Mandy begitu antusias dan bahagia, setelah menginjakan kaki di negara yang cukup terkenal dengan mode romantisnya. Bahkan ia sudah tidak sabar ingin segera berkeliling untuk melihat menara Eiffel yang terkenal akan kisah romantis para pasangan. "Freya, lihatlah suasana malam di negara ini sangat indah dan bagus ya?""Iya ka, aku rasanya masih belum percaya bisa berada di sini." Kedua sahabat itu terlihat menikmati suasana Hotel, sebelum mereka masuk mengambil kunci kamar masing-masing.Luna yang tak sengaja melihat keduanya, kini wanita itu sengaja berjalan mendahului mereka, terlebih saat tadi tak sengaja mendengar topik obrolan antara Mandy
Luna dan Dave tengah makan bersama di restoran hotel tempat mereka menginap, meskipun ragu wanita berprofesi sebagai model itu pun memberanikan diri untuk melontarkan sebuah pertanyaan pada Dave. "Mas, aku ingin bertanya satu hal tentangmu." Ucap Luna memulai topik pembicaraan. Dave yang selalu bersikap dingin dan cuek, hanya menyuruh Luna untuk mengatakan pertanyaannya secara langsung. "Katakan saja, memangnya apa yang kamu ingin tanyakan," Balas Dave dengan nada datar. "Kenapa kamu harus memakai jambang palsu setiap ada di depan semua karyawanmu?" Luna melontarkan pertanyaan lagi dengan penuh penasaran, walaupun sebenarnya ia tahu alasannya. Seketika Dave menghentikan aktifitasnya, lalu menatap tajam pada Luna. Karena ia merasa wanita yang ada di depannya itu terlalu ikut campur tentang pribadinya. "Bulan urusanmu, karena aku memang suka. Ingat nona Luna aku hanya mau menjaga kesehatan ayah saja, dan aku tidak menyukai tentang perjodohan kita," Dave sengaja mengingatkan Luna te
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan