Cewek Cantik?Mas Hanung terlihat memasukkan beberapa roti, ada roti tawar gandum, juga roti tawar putih. "Mas, kata Adam ada cewek cantik?" tanyaku pada mas Hanung."Ce-cewek cantik?" tanya mas Hanung."Ya," ucapku."Ah, kan kita lagi di mall, pasti ada cewek cantik, banyak, di sebelahku juga cantik," goda mas Hanung."Ah kamu," ucapku.Aku masih memikirkan mengenai hal itu, apa yang Adam ucapkan, biasanya anak kecil tidak pernah berbohong dan tidak juga ingin berbohong. Tidak ada alasan untuk melakukan itu, dia akan mengatakan apapun sesuai dengan apa yang dilihat dan dirasakannya.Aku hanya bisa mengerutkan dahi, tidak ingin memperpanjang apa yang sebenarnya belum jelas. ***Di sudut lorong, terlihat Hanung sedang bersama Adam, memilih sabun wajah yang ingin dia beli."Ah, ini dia," ucap Hanung."Wah, seleramu cukup bagus, aku melihat review produk ini cukup mengesankan," ucap seseorang. Dengan cepat Hanung melihat ke arah sumber suara itu. Ternyata pemilik suara itu adalah Tani
Arena PerangAku mengantar mas Hanung keluar, hingga dia masuk ke dalam mobil, juga Bintang, dia begitu senang melihat papanya menaiki mobil, mungkin dia berpikir kita akan pergi.“Papah kerja dulu ya,” ucap mas Hanung seraya melambaikan tangan. Bintang terus menggerakkan badannya, seolah ingin melompat ke arah mas Hanung.Mobil mas Hanung sudah mulai semakin jauh, kemudian tak terlihat, kini tinggal aku dan Bintang. Adam berangkat sekolah lebih pagi, sebelum mas Hanung berangkat, dia sudah memakan sarapannya dan membawa bekal yang sudah aku siapkan sejak dini hari.“Ayo kita mandi Bintang sayang,” ucapku pada Bintang.Aku masuk ke dalam rumah, seperti biasa, tidak terlalu berantakan, karna sebelum mas Hanung bangun, aku sudah jatuh bangun berusaha membuat semuanya rapi, ya, malamnya pun aku sudah selalu berbenah, tapi entah kenapa selalu ada saja yang kurang.Jadwal pagi selanjutnya adalah, memandikan Bintang, mencuci baju, menjemur, membereskan baju yang tadi malam sudah aku setrik
Selingkuh Tanpa MenyentuhSetelah berhasil kabur dari area berdarah itu, ya, terlalu berlebihan sepertinya, tapi serius itu sangat menjengkelkan. Melihat mereka selalu beradu argumen, berbicara mengenai banyak hal, untungnya mereka masih begitu menahan diri, tidak ada pertengkaran, dua duanya seperti sudah sangat ahli, yang satu tukang koreksi, serba tahu, serba berpengalaman dan yang satu tukang pamer, wah lengkap sudah.Setelah berbelanja di bang Trimo, aku langsung mendatangi rumah bu RT.“Bu Hesti, wah, tadi saya lihat Tom and Jerry, Even if they are teasing and fighting, they still can’t live without each other,” ucap bu RT.“Ya, mereka saling membutuhkan, untuk menyalurkan semangat dan hasrat,” ucapku seraya tersenyum seraya menatap ke rumah bu Wahyu, lalu bu Edi.“Ayo bu Hesti masuk, yang bu Hesti dan bu Anna pesan sudah saya siapkan,” ucap bu RT.“Iya bu RT, ini saya titip dulu di lemari pendingin bisa?” tanyaku seraya memperlihatkan beberapa bahan makanan yang baru saja saya
Ternyata“Bu RT, apa ada selingkuh yang seperti itu? sangat mengerikan,” tanya bu Anna.“Ya, of course,” ucap bu RT yakin.“Selingkuh tanpa menyentuh, awalnya nyaman, jadi keterusan,” ucapku.“Iya bu Hesti, itu benar sekali, itu memang awalnya, jangan tanya, bisa merusak segalanya,” ucap bu RT.“Apa bu Anna pernah khawatir suami bu Anna berbuat yang tidak tidak di luar?” tanyaku penasaran karna suami bu Anna lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota.“Suami saya biasanya menetap di satu kota, istilahnya kota kota, mengantar beberapa barang dari sebuah pabrik ke kota lain, cukup menghasilkan, tetapi tidak bisa sering pulang. Saya sih tidak masalah, ibaratnya hanya seperti permen,” ucap bu Anna.“Candy?” tanya bu RT dengan mata bulat penuh.“Iya bu RT, permen, sekali hisap habis, ya ndak papa, kalau istri kan permen karet, nempel terus, kalau bisa cari tempat menempel yang pas, di rambut atau di baju, tidak akan bisa lepas,” ucap bu Anna.Aku terdiam, sungguh wanita ini memiliki hati
Mencari KebenaranAku menyiapkan makan siang, berupa nasi, ayam acar, juga jus kesukaan mas Hanung, jus mangga manis, dari mangga yang aku beli di supermarket kemarin.“Akhirnya siap,” gumamku. Aku menata makanan ini dengan begitu cantik, dengan harapan dia terkesan dengan perhatian sederhana ini.“Aku harus menyiapkan strategi supaya mas Hanung tidak curiga, ya, dulu aku sering memberikannya makanan, tapi setelah ada Bintang, aku sedikit mengalami kerepotan, tidak sempat lagi memberikan perhatian perhatian kecil, ya, aku harus punya rencana,” ucapku.Aku mengambil celana dan jaket hitam di lemari.“Apa masih muat?” tanyaku seraya melihat ke arah celana yang sebelumnya sering aku pakai, ya sebelum berat badan melonjak karena melahirkan anak kedua.“Aku coba saja,” ucapku.Aku mencoba celana jeans hitam itu, wah rupanya butuh kesabaran karena sekarang ukuranya menjadi sangat mepet, bahkan terlihat seperti lontong yang diikat ikat.“Apa celana ini mengecil?” gumamku.“Wah,” ucapku setel
Mulai AgresifDi kantor Hanung.“Permisi pak Hanung, ada kiriman dari istri bapak,” ucap resepsionis wanita yang bernama Maria itu.Hanung terlihat bersiap untuk makan siang.“Maria, baiklah, terimakasih,” ucap Hanung seraya menerima paket itu.“Wah, Hesti membuatkanku makan siang?” ucap Hanung dalam hati setelah melihat kiriman itu berupa kotak makan susun dua.Sebelum membuka paket itu, Hanung meraih ponselnya, menulis pesan yang rencananya akan dikirim kepada istrinya.“Terimakasih, makan siang yang selalu aku rindukan,” tulis hanung. Belum sempat dia menekan tombol kirim, tiba tiba Tania sudah berdiri di hadapannya.“Ayo, kita jadi makan siang?” tanya Tania.Hanung segera meletakkan ponselnya, lalu melihat ke arah Tania.“Ma-maaf Tania, sepertinya aku tidak makan siang di luar hari ini, istriku mengirimkan ini,” ucap Hanung seraya mengangkat kotak makanan yang didapatnya.“Oh begitu, seingatku setahun yang lalu terakhir kali istrimu mengirimkanmu makanan,” ucap Tania.“Ya, waktu a
Lupa Menekan Tombol KirimAku menyambut suamiku, meraih tangannya, menciumnya, lalu membawakan tasnya. Mas Hanung duduk di kursi depan, melepas sepatu, kemudian masuk ke dalam rumah.Aku meliriknya, tidak ada kata keluar dari mulutnya, hanya salam yang dia ucapkan sebelum masuk ke dalam rumah. Dia terlihat melempar tubuhnya ke sofa, apa mungkin dia lelah.“Aku sudah menyiapkan air hangat, mandilah dulu,” ucapku.“Anak anak sudah tidur? apa mereka bertengkar hari ini?” tanya mas Hanung.“Ya, baru saja tidur, seperti biasa, tidak masalah,” ucapku.“Aku lelah sekali, hari ini cukup berat,” ucap mas Hanung.“Mandilah, aku sudah menyiapkan makan malam, setelah itu aku akan pijat badanmu,” ucapku.“Benarkah, baiklah aku akan segera mandi,” ucap mas Hanung dengan mata yang berbinar.Setelah selesai mandi, selesai makan, aku memijat badan mas Hanung yang tidur tengkurap di atas tempat tidur kamar. Aku memijatnya dengan hati hati, lembut. Padahal seharusnya aku memiliki perasaan kesal dan kece
Cerita Cinta Bu RT“Bu Hesti, bagaimana? sudah membaik perasaannya? Saya mungkin tidak tahu apa yang bu Hesti alami, tapi pesan saya, jangan terlalu memikirkan sesuatu yang tidak memiliki dasar apapun, itu hanya akan mengganggu pikiran bu Hesti,” ucap bu RT ketika aku mengunjungi rumahnya. Di sana juga sudah ada bu Anna, beberapa hari ini aku dan bu Anna memang rajin mengunjungi bu RT.“Bu Hesti pasti bisa menyelesaikan semua masalah, apapun itu,” ucap bu Anna.“Terimakasih ibu ibu, inshaAllah,” ucapku.“Bu RT, bu Hesti, tahu tidak, tadi pagi saya bertemu dengan bu Edi, wah dia benar benar memojokkan saya supaya cerita tentang apa yang saya kerjakan dengan bu RT dan bu Hesti, wah sepertinya bu Edi sangat penasaran,” ucap bu Anna.“Iya bu Edi memang suka begitu, selalu mengurusi orang lain, sudahlah bu, tidak perlu dipikirkan, yang penting kita berkumpul bukan untuk membicarakan orang lain, ya sesekali tidak apa apalah, tapi bukan untuk menjelekkan orang lain,” ucap bu RT.“Iya bu RT,
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka