"Apa yang terjadi, Bu?" Mistha memanggil-manggil Melani, namun tetap tak ada jawaban dari saluran komunikasi mereka semua yang sudah terputus.Sementara keadaan semakin menegangkan, ketika terjadi sebuah ledakan keras dari dalam markas itu.Mistha melihat semua orang yang berada di sekitar markas itu, terpelanting keras akibat semburan api besar yang disebabkan oleh ledakan yang entah berasal dari mana. "Yava, Bu Melani..."Mistha berlari kencang ke arah markas yang sudah terlalap api, meninggalkan Lugitha sendirian di dekat mobil. Ia berusaha mencari keberadaan Yava, Melani dan pria tukang kebersihan, namun sepertinya mereka sudah mati terbakar api yang berasal dari dalam markas itu.Persetan! Ucap Mistha ketika melihat segerombolan team Vall Ankala dan Matheo berhasil kabur dari area markas yang sudah terlahap api.Sialnya kini Mistha yang terjebak di dalam markas itu, karena ternyata Yava, Melani, tukang kebersihan serta semua orang yang tengah di sekap di dalam markas itu berhasi
"Sebentar!" Yava berusaha mengingat seorang pria yang ditemui sebelum berangkat ke markas. "Apakah ada pria paruh baya yang ikut masuk ke dalam mobil Kita kemarin, Ghar?" imbuh Yava meyakinkan. Ghara berusaha mengingat, namun yang ada diingatannya hanya ada empat wanita dan dua pria. Termasuk dirinya dan Yava, lalu Ghara menggeleng begitu Ghara yakin bahwa tidak ada orang lain, selain mereka berlima. "Bu Melani, siapa nama pria yang ikut masuk ke dalam markas bersama Kita kemarin?" tanya Yava begitu Ghara dan Yava menemui mereka di ruang perawatan Lugitha. "Pak Matius," jawab Melani. "Dimana Matius?" tanya Lugitha ketika mendengar nama Matius terucap dari bibir Melani. "Papa? Papa dimana?" sahut Laurent. "Apakah Pak Matius menggunakan Flat Cap?" ulang Ghara mencoba mengingat pria yang meledakkan diri setelah Yava berhasil membuka pintu ruang penyekapan, karena Ghara tidak begitu bisa mengidentifikasi wajah Matius yang sebenarnya pernah Ghara temui. "Benar! Dimana Papa?" jawab L
"Pergi dari sini, Bajingan!" umpat Mistha membabi-buta."Mistha," ucap Ghara memelas.Namun Mistha seperti sedang kerasukan iblis yang benar-benar membenci kehadirannya. Tatapan tajamnya, benar-benar menusuk hati Ghara, menghancurkan rasa rindu yang mengharu biru."Keluar, atau kubunuh Kau!" ancamnya.Begitu mendengar gaduh kembali tercipta di ruang perawatan, akhirnya seorang perawat menginterupsi Ghara supaya keluar dari ruangan itu dan segera menuju ke ruang Dokter jaga."Apa yang terjadi dengan Istri Saya, Dok?""Begini, Pak! Mohon maaf sebelumnya, Kami harus merujuk Istri Anda ke Rumah Sakit Jiwa untuk rehabilitasi, Kami mencurigai adanya gangguan psikologis. Namun, lebih jelasnya nanti bisa Bapak dapatkan informasi lengkap tentang riwayat penyakitnya di sana," jelas Dokter."Rumah Sakit Jiwa?" ulang Ghara tak percaya."Benar, Pak!""Apa penyebabnya, Dok?""Maaf, Pak! Saya tidak bisa menyebutkan penyebab past
"Yav!" Interupsi Ghara begitu melihat Nathe Rose dan seorang wanita dengan gaya rambut Shaggy Layer keluar dari salon kecantikan. "Nathe Rose?" tanya Yava sembari menepikan mobilnya. "Benar! Tapi, siapa wanita itu?" jawabnya. "Ikuti, mobilnya!" perintah Ghara begitu mobil Nathe Rose mulai merambat pelan. "Beri jarak, jangan sampai ketahuan!" imbuhnya. Yava menuruti semua perintah Ghara, mengikuti mobil coupe clip warna silver itu. Sementara Ghara masih berpikir keras, tentang wanita yang bersama Nathe Rose saat ini. "Sepertinya itu Mistha, Ghar!" ucap Yava. "Apakah Mistha belum mengetahui siapa Nathe Rose sebenarnya," tanya Ghara. "Mistha bukan hanya mengetahui siapa Nathe Rose, bahkan ia berjanji akan membunuh wanita itu saking bencinya!" balas Yava meyakinkan Ghara. "Lalu?" "Entahlah!" jawab Yava pasrah. Mereka berdua benar-benar tak mengerti, kenapa Mistha melarikan diri dari Rumah Sak
Setelah pertemuan di kantor Jack'o Justice seharian penuh, akhirnya semua pamit undur diri, termasuk Ghara. Misi untuk mempertemukan mereka yang terpisah dari anggota keluarganya pun telah selesai, namun setelah tiba di depan rumahnya. Ghara menemukan fakta baru, bahwa ada seorang wanita paruh baya dan bocah kecil duduk di tepi tangga pintu masuk rumahnya. "Adzan!" ucap Ghara tak percaya. "Om Gala, Mama-Papa!" Bocah kecil itu menghambur ke pelukan Ghara sembari berlinangan air mata. "Ada apa, Bu?" tanya Ghara kepada seorang wanita yang tengah memakai baju hitam lengkap dari ujung kaki hingga kepala, serta kain hitam yang tidak sepenuhnya menutup rambut. "Bu Kirana - Pak Farhan, telah meninggal dunia!" kata wanita itu. Ghara terpaku, tak percaya! "Sa-saya tidak tahu harus menghubungi siapa?" imbuhnya. Mendengar ucapan wanita itu, Ghara bukan hanya terkejut! Namun juga tak mengerti, tragedi apa yang merenggut nyawa
"I Miss You," ucap Mistha. "I Miss You, More!" jawab Ghara. Seketika, mereka bertiga saling berpelukan melepas rindu. Ghara mengecup kening Mistha, bergantian mencium Adzan, karena mereka berdua adalah kekuatannya saat ini. Sesampainya di rumah, Ghara memberikan hadiah yang di janjikan kepada ponakannya itu, sebuah iPad seri terbaru. "Telima kasih Om Gala," jawabnya riang. "Sekarang Adzan bisa main game sepuasnya, Om mandi dulu ya," ucapnya kemudian dijawab anggukan patuh dari bocah kecil itu. Mistha dan Ghara tersenyum memerhatikan Adzan yang tengah asik bermain iPad barunya, seketika terlintas ide binal di kepala Ghara, menatap Mistha penuh nafsu, lalu mencium bibirnya. Kemudian membopong tubuh Mistha masuk ke dalam kamar untuk melepas kerinduan yang tertahan di dada. Tidak ada kecanggungan lagi diantara mereka, terlihat dari gerakan Mistha dan Ghara saling meraba, menyentuh, hingga melumat setiap inci kulit masing-masing, membuat keduanya semakin bergairah. Ghara melenguh, Mi
Paginya, begitu bangun Mistha tak melihat Ghara di sebelahnya. Namun, Mistha mendengar bunyi air mendidih dari sebuah teko. Kemudian, ia melihat ke arah dinding. Jam menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, lalu ia beranjak membuntal tubuhnya yang masih telanjang dengan sebuah bedcover."Adzan, dimana Sayang?" ucap Mistha sembari menggelung rambutnya."Sekolah, nanti tolong jemput jam 11.00 ya Sayang, hari ini Aku ada meeting di kantor," kata Ghara sembari sibuk mengaduk kopi buatannya pagi itu.Kantor? Batin Mistha.Lalu, ia duduk di seberang suaminya yang tengah sibuk mempersiapkan roti bakar untuk mereka berdua sarapan."Kantor?" ucap Mistha memperjelas."He'em! Kita gabung di Jack'o Justice sekarang," jawab Ghara sambil tetap sibuk mengolesi selai coklat di setiap roti yang akan ia bakar."Sejak kapan?"Mistha yang tidak tahu bahwa Ghara telah menjadi pimpinan Jack'o Justice pun akhirnya memecah rasa penasaran tentang Jack'o Justice."Mulai hari ini, Suamimu adalah pimpinan Jack
"Tante Mistha!" panggil Adzan, sembari memerhatikan Mistha. Kemudian pandangannya beralih ke arah pintu keluar. "Om Gala!" gumamnya. "Om, Gal-" Seketika Mistha membungkam mulut Adzan yang berusaha memanggil Ghara di seberang jalan itu. "Om Ghara masih kerja, Sayang! Kita pulang dulu ya," katanya kemudian melajukan mobilnya secepat kilat. Entah apa yang sedang Mistha pikirkan saat ini. Seperti ada sesuatu yang menghantui dirinya-pun ia yang kali ini ditugaskan menjaga Adzan tidak diperbolehkan ikut campur dalam kasus ini. Namun, rasanya ada yang janggal, kenapa Ghara melarang Mistha untuk ikut gabung di team yang ia pimpin? Padahal yang seharusnya berjuang mati-matian mengusut kasus ini adalah Mistha! Sudahlah! Mistha membuang pikiran buruknya, kemudian melajukan mobilnya kembali. "Tante, Om Gala di taman belmain, ya?" tanya Adzan polos. "Itu taman khusus untuk orang dewasa, Sayang. Jadi anak kecil tidak boleh masuk, soa