Selain itu, bosnya ini tetap melakukan segala pekerjaan, dari menjadi kasir, membereskan piring, hingga mengelap meja. Pada jam sibuk, bosnya juga sama sekali tidak punya waktu luang.Kemampuannya mungkin terbatas, tetapi dia memberikan semuanya yang terbaik untuk anaknya ini.Pada pukul tiga lewat, restoran ini menerima sebuah pesanan roti manis dan teh susu.Hanya saja, saat Irene menerima lokasi pemesanan ini, dia agak tercengang.Setelah Yuna mempersiapkan pesanan itu dan memberikannya pada Irene, dia menyadari bahwa Irene sedang terbengong sambil menatap salinan pesanan itu. Yuna pun bertanya, "Kenapa? Ada masalah, ya?""Nggak apa-apa," jawab Irene sambil menerima roti manis dan teh susu itu.Lokasi pemesanan barusan ternyata adalah firma hukum tempat Irene bekerja sebelumnya. Sekarang, jika dia mengantarkan pesanan ini, dia tentu saja akan bertemu dengan mantan rekan kerjanya.Dulu, Irene sangat terkemuka di tempat kerjanya, tetapi nanti, dia pasti akan sangat dipermalukan.Keget
Namun, lengan Irene ditahan. Kemudian, dia langsung ditarik dengan kuat dan terjatuh dalam sebuah pelukan yang lebar.Tanpa disadari, dia ingin melepaskan dirinya dari pelukan ini, tetapi Michael malah memeluknya dengan makin erat."Kak, ucapan selamat malam ini terdengar nggak ikhlas!" bisik Michael di samping telinga Irene.Tubuh Irene seketika menegang. Dia bisa merasakan napas Michael di telinganya, sedangkan seluruh tubuhnya seperti diselimuti dengan hawa Michael."Lepaskan ..." kata Irene dengan wajahnya yang memerah."Kalau begitu, sebaiknya Kakak ceritakan dulu, bagaimana hari pertamamu di tempat kerja baru?" tanya Michael."Aku hanya mengantarkan makanan seperti biasa. Kalau ada yang memesan makanan, aku mengantarkannya ke sana," kata Irene. Dia hanya merasa bahwa jantungnya terus berdetak dengan sangat kencang, bahkan darahnya juga seakan-akan mengalir makin cepat."Oh ya? Kalau begitu, apakah hari ini Kakak makan dengan teratur?" tanya Michael lagi."Iya, aku makan dengan bo
Pada pagi buta, saat Irene masih terlelap, pintu yang menghubungkan antara dua kamar itu pelan-pelan terbuka. Sebuah sosok yang tinggi berjalan memasuki kamar Irene.Pada saat ini, sepasang mata yang biasanya dingin itu menatap wanita yang berbaring di atas ranjang, tetapi tatapannya penuh akan kerinduan."Selamat malam, Kak." Suara yang rendah dan elegan itu keluar dari mulut pria itu, penuh akan nostalgia dan juga sejenis keinginan yang tidak bisa dijelaskan....Pada siang hari, di hari kedua Irene bekerja di restoran kecil ini, mereka mendapatkan sebuah pesanan besar, sebanyak 30 porsi.Biasanya, dalam sekali jalan, Irene akan mengantarkan tujuh hingga delapan pesanan secara bersamaan. Sementara 30 porsi kira-kira sudah setara dengan jumlah pesanan dalam satu siang di restoran kecil ini.Yuna bergegas mempersiapkan pesanan itu, lalu berkata pada Irene, "Nanti, tolong antarkan pesanan ini, ya.""Kalau begitu, bagaimana dengan pesanan lainnya?" tanya Irene. Bagaimanapun, jika dia men
Sementara itu di sisi lain, setelah Irene mendorong troli memasuki gedung itu, seorang resepsionis menyapanya dan hanya menanyakan namanya. Resepsionis itu bahkan tidak mendaftarkan kedatangannya dan berinisiatif membantunya menekan tombol lantai di lift.Semua hal ini membuat semua tebakan dalam hati Irene tertuju pada satu arah. Saat dia tiba di alamat yang tertera di alamat pemesanan, seorang wanita tinggi yang berpakaian rapi berjalan menghampirinya dan berkata, "Nona Irene, ya. Aku yang memesan makanan itu. Letakkan saja di sini. Tolong antarkan dua porsi ke kantor presiden direktur."Irene langsung tersentak. Pada saat ini, dia pun mendapatkan jawaban atas tebakannya sebelumnya.Kantor presiden direktur .... Michael adalah presiden direktur Grup Yunata. Apakah dua porsi makanan itu harus diantarkan ke kantornya Michael?Irene mengambil dua porsi makanan dan berjalan ke arah ruang kantornya Michael. Dia berdiri di depan pintu kayu berwarna gelap dan menarik napas dalam-dalam, lalu
Irene mengambil nasi kotak itu dan mulai makan dengan cepat. Pada saat ini, dia hanya ingin makan secepat mungkin dan meninggalkan tempat ini."Kakak makannya cepat sekali, mau meninggalkan tempat ini secepat mungkin, ya?" Suara Michael terdengar samar-samar di dalam ruangan ini."Uhuk, uhuk ...." Irene tersedak dan hampir menyemburkan makanan di dalam mulutnya. Dia hanya bisa terbatuk-batuk sambil menutup mulutnya. Dalam sekejap, wajahnya pun memerah.Dengan susah payah, suara batuk Irene akhirnya berhenti. Hanya saja, telapak tangan yang menutupi mulutnya ternodai dengan butiran nasi yang keluar dari mulutnya. Oleh karena itu, dia mau mengambil tisu untuk mengelap telapak tangannya.Hanya saja, sebelum dia bisa mengambil tisu, tangan Michael sudah meraih tangannya dan menariknya ke hadapan Michael.Irene merasa tidak nyaman, dia pun memutar pergelangan tangannya, tetapi dia tidak bisa melepaskan tangan Michael. "Tanganku kotor, aku mau mengelapnya," kata Irene."Kotor?" Michael terta
Yuna bertanya, "Kenapa kamu makan sedikit saja? Makanan hari ini nggak cocok dengan seleramu, ya?" Pada jam makan siang, semua pekerja di restoran kecil ini meluangkan waktu mereka dan membiarkan koki memasakkan beberapa lauk untuk mereka."Bukan, tapi sepertinya tadi, waktu aku datang kerja, aku kekenyangan," kata Irene sambil menatap Brian yang berada di satu sisi. "Kalian makan saja, deh. Aku suapkan buah pada Brian saja. Lagi pula, aku sudah kenyang."Kemudian, Irene mengambil sebuah apel dan mengupas kulitnya, lalu memotong apel itu menjadi potongan kecil dan menyuapkannya pada Brian.Brian pun membuka mulutnya dengan patuh dan memakan apel itu sambil sesekali tersenyum pada Irene.Setelah itu, Brian sudah agak mengantuk, jadi dia menguap. Kemudian, dia membentangkan kedua tangannya, seperti meminta Irene untuk menggendongnya.Irene langsung memeluk anak kecil itu dan membujuknya untuk tidur.Meskipun suara senandung yang Irene keluarkan dengan pelan tidak terdengar oleh Brian, ja
"Kalau dipikir-pikir, kamu sudah lama sekali nggak datang ke kantor. Rekan kerja kita sebelumnya sudah merindukanmu. Baguslah kalau begitu. Ke depannya, kalau kami mau bertemu denganmu, kita bisa bertemu kapan pun itu," kata Lidya sambil menarik Irene ke dalam. "Mumpung sudah datang, kamu bisa sekalian bertemu dengan yang lainnya."Irene hanya melirik Lidya sekilas. Pada saat ini, tentu saja dia mengetahui apa yang sedang Lidya rencanakan.Kalau begitu, mereka bisa langsung bertemu. Jika Irene benar-benar menghindari mereka, dia baru akan dianggap sebagai bahan tawaan."Kalau begitu, ayo kita bertemu," kata Irene dengan yakin.Sikap Irene membuat Lidya tercengang. Bagaimanapun, reaksi ini bukanlah reaksi yang dia harapkan.Saat mereka berjalan memasuki ruang kantor, Lidya bertepuk tangan untuk menarik perhatian semua orang. "Semuanya, coba lihat, Irene, mantan rekan kerja kita, datang berkunjung," kata Lidya.Dalam sekejap, tatapan semua orang di dalam ruangan tertuju ke arah Irene den
Orang yang menjawab pertanyaan ini tentu saja adalah Lidya. Lidya seperti sengaja berbicara dengan suara keras. Dia mengatakan semuanya, dari perihal Irene mengemudi dalam keadaan mabuk, hingga akhirnya menabrak seseorang hingga orang itu meninggal, sehingga Irene masuk penjara ....Irene hanya tersenyum kecil. Lidya ingin mempermalukan Irene untuk melampiaskan kekesalan yang dia rasakan karena dulu dia selalu kalah dari Irene? Benar saja, sifat asli seseorang tidak dapat dilihat saat kamu sedang jaya, tetapi saat kamu sedang terpuruk, kamu pasti bisa melihat sifat asli orang lain.Saat Irene berjalan ke arah lift, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dari belakang. Kemudian, seseorang memanggilnya. "Irene, tunggu sebentar!"Irene menoleh dan melihat seorang pria yang sedang berlari dengan terburu-buru ke arahnya. Kemudian, pria tersebut berhenti di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan yang susah dimengerti.Pria ini berusia sekitar 30-an tahun, penampilannya me