Greesel yang langsung menyusul suaminya itu ke kamar. Adrian yang tampak begitu kesal dengan berdiri di depan jendela yang berkacak pinggang. "Adrian..." lirih Greesel dengan berdiri di belakang Adrian yang memegang tangan Adrian. Tetapi Greesel di kejutkan dengan Adrian menepis tangan itu."Adrian!" ucap Greesel."Kamu bicara apa dengan dia?" tanya Adrian dengan wajah serius dan mata yang terbuka lebar. Wajahnya terlihat begitu marah sampai memerah."Aku tidak bicara apa pun," jawab Greesel."Lalu kenapa mendekatinya. Aku menyuruh kamu untuk mengambil minum dan bukan bertemu dengannya!" tegas Adrian."Maafkan aku..." lirih Greesel dengan menunduk yang lebih baiknya minta maaf langsung daripada harus mencari pembelaan yang membuat Adrian semakin marah. "Maaf! maaf kamu akan menjadi kebiasaan dan seterusnya kamu akan terus mencari kesempatan untuk berbicara dengannya dan aku tidak tahu sebenarnya apa yang ingin kamu cari tahu dari dia," ucap Adrian dengan kesal."Kamu khawatir jika a
Lelah menunggu sang suami yang akhirnya membuat Greesel memilih untuk tidur. Tetapi dia belum tidur sama sekali yang hanya berbaring saja dengan gelisah yang masih memikirkan suaminya entah di mana yang belum juga kembali.Sampai Greesel mendengarkan suara kenopi pintu. Greesel dengan buru-buru memiringkan tubuhnya dan meminjamkan matanya. Akhirnya Adrian kembali juga. Saat membuka pintu melihat istrinya yang tertidur. Adrian menghela nafas yang langsung memasuki kamar, menuju lemari yang mengambil pakaian ganti dan langsung menuju kamar mandi. Greesel membuka matanya yang bergerak sedikit yang menoleh ke arah kamar mandi."Dari mana sebenarnya dia? kenapa baru pulang sekarang," gumam Greesel.Tidak ingin ketahuan oleh Adrian membuat Greesel yang mengembalikan posisi seperti semula yang berpura-pura tidur dan tidak lama Adrian keluar dari kamar mandi yang sudah memakai pakaian ganti. Greesel memejamkan matanya yang benar-benar tidak ingin ketahuan sama sekali sampai Greesel merasak
Greesel yang tidak bicara lagi yang melanjutkan memebereskan pakaian itu. "Jika kamu ingin pulang tempat Ibu. Aku akan mengantar kamu," ucap Adrian. "Tidak perlu!" tolak Greesel. "Greesel ada apa? kenapa tidak perlu. Jika bukan aku yang mengantarkan kamu lalu siapa lagi hah?" tanya Adrian yang nada suaranya yang sudah mulai kesal. Greesel tidak menjawab dan Adrian yang sudah mulai terpancing langsung menghampiri Greesel. "Aku sedang bicara! kamu bisa menghentikan semuanya!" tegas Adrian mengambil apa yang di pegang Greesel. Tetapi Greesel menarik kembali. "Greesel dengarkan aku!" tegas Adrian dengan suara bentakan. "Kau yang berbuat kesalahan dan sekarang kau yang marah!" kesal Adrian yang benar-benar sangat kesal. "Lihat aku jika aku bicara!" tegas Adrian yang lagi-lagi suara itu sedikit membentak. Greesel yang menghentikan pekerjaannya dan menuruti apa yang dikatakan Adrian yang melihat Adrian. Tetapi tatapan mata Greesel yang begitu tajam yang seolah ingin menantang Adria
Hujan deras yang membasahi bumi. Greesel yang berada di kamar yang terlihat bersih-bersih. Mata Greesel melihat ke atas langkah yang terdapat bingkai kecil yang di mana foto dirinya bersama dengan Adrian yang mereka ambil sewaktu mereka berada di rumah itu. Foto itu terlihat manis.Greesel menghela nafas yang mengambil foto tersebut dengan tangannya mengusap bingkai foto itu "Apa tidak bisa semuanya dibicarakan baik-baik dan apa harus kita bertengkar seperti ini dan tidak ada penyelesaian? kamu selalu memintaku untuk percaya kepada kamu dan kamu saja tidak bisa mempercayaiku yang padahal aku sudah menjelaskan semuanya," ucap Greesel dengan tatapan mata yang sendu, dia masih saja kepikiran dengan Adrian dan mungkin jalan pulang ke rumah orang tuanya adalah jalan yang harus diambil Greesel.Dia dan Adrian harus sedikit berjarak untuk meredakan emosi mereka yang tidak kunjung reda."Padahal sudah berjanji untuk menyelesaikan semuanya dan nyatanya janji itu tidak ada. Kamu bahkan tidak p
Adrian mendekati Greesel dengan memegang kedua tangan Greesel."Aku tidak seharusnya bersikap seperti ini kepada kamu. Aku benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi. Aku tahu ini semua kesalahanku dan aku terlalu berlebihan berpikir kepada kamu. Greesel aku seperti itu karena aku benar-benar takut kehilangan kamu. Aku tidak ingin kejadian yang pernah terjadi padaku terulang kembali," ucap Adrian yang mengakui semua kebodohannya."Jika kamu percaya padaku! maka kamu tidak takkan pernah ketakutan. Tetapi karena kamu tidak mempercayaiku dan karena itu membuat kamu takut," ucap Greesel."Kamu benar! aku selalu meminta kamu untuk mempercayaiku, tetapi aku sendiri tidak sadar bahwa aku belum menaruh sepenuhnya rasa kepercayaan kepada kamu. Aku seharusnya bisa berpikir lebih bijak dan dewasa lagi agar semua ini tidak terjadi dan kembali lagi semua ini benar-benar kesalahan ku," ucap Adrian dengan tertunduk.Greesel menghela nafas yang memegang kedua pipi suaminya itu dengan mengangkat kep
Pagi-pagi pasangan suami istri itu sudah bangun."Ibu mau ke mana?" tanya Adrian yang melihat asti tampak bersiap-siap."Ibu mau ke pasar. Kebetulan kalian berdua ada di sini dan ibu ingin memasak masakan yang banyak. Karena tadi malam tidak sempat makan," ucap Asti."Ya. Ampun Ibu kebiasaan deh kalau kita berdua datang pasti banyak sekali makanan disuguhkan. Kita sudah seperti tamu jauh saja yang diperlakukan seperti itu," sahut Adara."Memang tidak boleh melakukan seperti itu hah! Apa salahnya menyiapkan banyak menu makanan dan itu mau tamu jauh atau tamu dekat yang terpenting disuguhkan makanan," jawab Asti."Kalau begitu biar saya yang akan menemani Ibu ke pasar,"sahut Adrian tiba-tiba yang membuat Greesel langsung menoleh dengan cepat yang cukup kaget. "Kamu mengantarkan Ibu ke pasar?" tanya Greesel."Mengantarkan dan juga menemani," jawab Adrian. "Adrian. Ibu ke pasar yang ada di dekat sini, pasar yang banyak orang dan juga tempatnya tidak akan sesuai dengan ekspektasi kamu. I
Adrian dan Asti yang sekarang sedang membeli lontong sayur. Mereka berdua duduk menunggu penjual membuatkan makanan tersebut karena memang cukup banyak pembeli. "Greesel sangat menyukai makanan....""Lontong sayur," sampung Asti yang mana Adrian tidak dapat mengingat apa jenis makanan itu. "Iya. Benar itu namanya," jawab Adrian."Iya. Ini makanan kesukaan Greesel sejak kecil," jawab Asti."Berarti sayang sekali. Greesel semenjak menikah denganku tidak pernah memakan makanan seperti ini," sahut Adrian."Mungkin saja dan dia pasti sangat senang sekali jika Ibu membelikannya," sahut Asti."Kalau begitu harus beli yang banyak. Aku juga ingin mencoba makanan kesukaan istriku," sahut Adrian."Ini pasti enak sekali dan mudah-mudahan cocok di lidah kamu," sahut Asti. Adrian hanya menganggukkan kepala."Ini juga bukan hanya merupakan makanan kesukaan Greesel. Tetapi ini juga makanan kesukaan almarhum Ayah Greesel," sahut Asti dengan tiba-tiba. Adrian Mendengar hal itu menelan salivanya. "Sa
Adrian yang menemani istrinya berada di dapur yang sekarang Greesel sedang membantu Asti memasak. "Adrian kamu sebaiknya istirahat aja. Biar ibu dan Greesel saja yang melakukan semua ini," sahut Asti. "Tauh. Nih dari tadi ngintilin aku mulu," sahut Greesel. "Kamu risih jika aku dekat-dekat dengan kamu?" tanya Adrian yang mulai menggoda istrinya. "Bukan risih. Tapi kamu juga harus istirahat dan aku tidak mau mengganggu kamu," sahut Greesel. "Tapi aku mau tetap berada di samping kamu menemani kamu dengan apapun yang kamu lakukan," sahut Adrian yang tiba-tiba saja sweet membuat Greesel mengerutkan dahi yang jelas jika mereka berdua ada tidak masalah mengatakan hal seperti itu dan ada ibunya. Greesel juga malu pastinya. "Isss kamu ada Ibu," tegur Greesel dengan pelan. Asti hanya geleng-geleng kepala saja."Greesel kamu lanjutkan saja memasaknya Ibu mau menyimpan ini sebentar," ucap Asti."Iya, Bu," jawab Greesel dan Asti yang langsung pergi."Isss kamu ini, benar-benar ya!" Greese
Akhirnya Dokter keluar dari ruangan oprasi."Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Adrian dengan panik."Alhamdulillah istri Anda baik-baik saja dan begitu juga dengan bayinya. Meski lahir secara prematur, tetapi sehat. Bayi tuan lahir tanpa kekurangan apapun dan sangat cantik," jawab Dokter."Alhamdulillah!" sahut semuanya dengan serentak yang merasa bersyukur dengan kabar baik yang diberikan Dokter."Lalu apa saya boleh menemui istri saya?" tanya Adrian."Kami akan memindahkan ke ruang perawatan sebentar. Jadi tuan mohon bersabar dan untuk bayinya masih dalam perawatan. Jadi untuk keluarga tidak boleh melihat secara keseluruhan, bergantian dan mengikuti prosedur," ucap Dokter."Baik Dokter," sahut Asti."Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Dokter pamit. Mereka semua menganggukkan kepala."Alhamdulillah kondisi Greesel sekarang baik-baik saja," sahut Eyang."Adrian selamat akhirnya bayi kalian berdua lahir juga," sahut Gracia."Iya Adrian. Aku terus tenang dengan kehadiran baik
Akhirnya Adrian ke rumah sakit juga dengan sangat buru-buru dia memasuki rumah sakit tersebut mencari di mana ruangan sang istri yang sebelumnya sudah bertanya kepada Suster. Adrian yang tidak sendiri melainkan bersama Eyang. "Adrian, bukankah itu Ibu Greesel?" tanya Eyang dari kejauhan melihat hal itu."Iya Eyang. Ayo kita ke sana!" ajak Adrian dengan sangat buru-buru dan Eyang pun menurut yang mana mereka berdua langsung berlari. "Bu," sapa Adrian dengan panik."Adrian," sahut Asti."Bagaimana Greesel?""Apa yang terjadi sebenarnya?" tanyanya dengan penuh kepanikan."Greesel tadi jatuh di kamar mandi dan Ibu juga tidak tahu kenapa bisa terjadi seperti itu dan Greesel juga mengalami pendarahan ya membuat Ibu juga panik dan sampai sekarang Dokter belum keluar dari ruangan ICu," jawab Asti dengan sangat terbata-bata dan juga penuh dengan kekhawatiran. "Semoga saja Greesel tidak apa-apa," sahut Eyang.Asti hanya mengangguk saja. Eyang mencoba untuk menenangkan dengan merangkul bahu A
"Greesel sudah! kamu dengarkan saja apa yang dikatakan Gracia dan semua yang dikatakan Gracia adalah benar. Kamu seharusnya bersyukur dengan kehadiran Gracia saat ini yang masih ingin membantu kamu. Jadi sudahlah kamu akhiri rasa marah kamu dengan Adrian walau ini tidak mudah. Aku sudah lelah menjadi kambing hitam di antara kalian," ucap Elang yang ikut menambahi memberikan masukan. "Greesel gunakan hati nurani kamu dan aku yakin kamu sangat mencintai Adrian. Jadi jangan egois atau menghukum Adrian dengan sangat berlebihan. Aku yakin hubungan kalian berdua pasti akan baik-baik saja. Jika kalian berdua sama-sama mau belajar satu sama lain," ucap Gracia yang tidak henti-hentinya memberikan saran. "Kedatangan kami hanya ingin mengatakan itu saja dan terserah kamu mau menyimpan, mendengarkan atau meresapi apa yang kami katakan. Kamu memiliki hak atas segalanya," ucap Elang."Ayo Gracia kita pulang dan biarkan saja Greesel menentukan sendiri jalan apa yang dia pilih," ucap Elang."Baikla
Greesel yang berada di kamarnya yang terlihat membersihkan kamar. Krrekkk.Suara pintu kamar yang terbuka membuat Greesel menoleh dan melihat orang tersebut yang ternyata Asti."Ada kamu yang ingin bertemu dengan kamu," ucap Asti.Greesel menghela nafas yang melanjutkan kembali pekerjaan itu. "Kenapa harus mengatakan tamu agar Greesel pergi menemuinya," ucapnya."Apa maksud kamu Greesel. Bukan Adrian yang ingin bertemu dengan kamu tetapi ada dua orang dan Ibu tidak mengenalinya siapa. Dia mengatakan adalah teman kamu," ucap Asti yang membuat Greesel menelan salivanya."Teman!" tanyanya."Kamu sebaiknya coba lihat dulu. Ibu tidak mungkin berbohong kepada kamu," ucap Asti."Sebentar lagi. Greesel akan keluar," jawabnya.Asti menganggukan kepala dan langsung keluar dari kamar putrinya itu. "Teman! siapa yang ingin bertemu denganku?" tanyanya dengan kebingungan yang memang perasaan tidak memiliki teman selain teman kerjanya waktu di hotel. Greesel yang tidak ingin berpikir panjang yan
Karena hubungan Gracia dan Elang yang akhirnya membaik yang sekarang mereka berdua berada di dalam mobil dengan Elang yang menyetir.Elang beberapa kali terus saja curi-curi pandang pada gadis di sebelahnya itu yang takut saja kalau gadis itu tiba-tiba menghilang. Sementara Gracia yang tampak cuek saja. Elang yang tiba-tiba saja sudah menggenggam tangan Gracia membuat Gracia menoleh. Elang tersenyum dan mencium punggung tangan tersebut yang meletakkan di atas pahanya. Gracia respon dengan baik yang tersenyum dengan tingkah Elang yang sepertinya sangat bucin."Kamu sebenarnya ingin membawaku ke mana?" tanya Gracia."Kerumahku," jawab Elang."Untuk apa?" tanya Gracia dengan dahi mengkerut. "Aku ingin membawa kamu kepada Eyang dan akan meminta Eyang untuk menikahkan kita berdua," jawab Elang."Secepat itu?" tanya Gracia yang cukup kaget. "Memang kenapa? apa tidak boleh melakukan hal itu dan kamu masih ragu menikah denganku?" tanya Elang."Bukan seperti itu. Aku hanya merasa kalau Eyan
"Jadi jangn lagi terus membahas masalah ini dengan Elang. Dia tidak tahu apa-apa!" tegas Gracia yang membuat Adrian yang langsung terdiam."Pergi cari istrimu dan jangan kebiasaan main tangan!" ucapnya dengan kesal yang Benar-benar sangat muak dengan Adrian.Adrian yang tidak berbicara apapun langsung pergi dari hadapan Gracia dan sebelum itu dia melihatnya Elang terlebih dahulu.Gracia yang terlihat membuang nafas perlahan ke depan dan langsung menghampiri Elang."Kamu tidak apa-apa?" tanya Gracia dengan wajahnya yang terlihat sangat panik."Pergi begitu saja dan tidak meminta maaf terlebih dahulu. Seenaknya memukulku," kesal Elang."Sudahlah! kamu jangan membahas dia lagi," ucap Gracia yang akhirnya membantu Elang berdiri.Gracia dan Elang yang akhirnya duduk di salah satu bangku yang ada di dekat hotel. Gracia yang mengobati Elang."Apa masih sakit?" tanya Gracia yang membuat Elang menggelengkan kepala."Kamu kembali?" tanya Elang."Aku ada urusan," jawab Gracia."Jadi Greesel meny
Adrian hari ini ke hotel karena ada pekerjaan yang harus dia laksanakan. Karena Greesel memilih pergi dari rumah dan akhirnya acara yang sudah disiapkan Eyang tidak terjadi. Eyang tidak bisa melakukan apa-apa karena bukan lagi masalah pernikahan palsu yang direncanakan Adrian dan Greesel. Ini sudah menjadi urusan Greesel atas masa lalu kematian ayahnya yang melibatkan Adrian. Eyang sudah tidak memikirkan bagaimana rasa kecewanya telah ditipu oleh wanita yang sudah dianggap sebagai cucu sendiri. Dia hanya memberikan semangat kepada Adrian untuk menyelesaikan masalahnya dan dia juga berharap agar Greesel bisa kembali ke rumah dan berbicara dengannya. Tetapi apapun yang dilakukan Adrian ternyata tidak membuahkan hasil. Bahkan dia sudah pernah mencoba datang beberapa kali ke rumah Greesel dan Greesel yang tidak membiarkan dirinya untuk bertemu dengan suaminya. Asti juga tidak bisa melakukan apa-apa dan membiarkan Greesel dan Adrian yang menyelesaikan semua masalah mereka yang ter
Greesel yang sudah berada di rumah Asti dengan Greesel yang berada di atas sofa dengan kepalanya yang di pangkuan Asti. Asti mengusap-usap rambut Greesel yang mencoba untuk menenangkan Greesel yang berbaring di pangkuannya."Ibu tahu apa yang kamu rasakan sayang. Ini memang sangat tidak mudah. Tetapi semua ini sudah menjadi takdir. Tidak ada yang bisa mengubahnya," ucap Asti yang mencoba untuk membuat pengertian."Sejak tadi Greesel menceritakan apa yang terjadi. Ibu tidak bereaksi apapun dan bahkan tidak kaget. Apa jangan-jangan sebenarnya Ibu sudah mengetahui semua ini?" tanya Greesel memastikan."Ibu memang mengetahui apa kaitan Adrian dengan kematian Papa kamu. Saat itu Mama juga kaget dan berpura-pura untuk tidak mengetahuinya. Ibu mencoba mencari tahu dan sepenuhnya bukanlah kesalahan Adrian," jawab Asti."Bagaimana mungkin ini bukan kesalahan dia. Dia seorang bos yang memiliki pendidikan. Dia seharusnya bisa melihat di sekelilingnya, jangan mengambil keputusan atau bertindak de
Greesel yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang kembali memasukkan pakaian itu ke dalam koper dan bahkan dia sudah selesai melakukannya dan merasa dengan cepat dan menurunkan dari atas ranjang. "Greesel!" Adrian menghentikan istrinya saat ingin pergi. "Kita bisa membicarakan semua ini, aku bisa menjelaskan semua kepada kamu. Aku mohon beri aku kesempatan!" ucap Adrian."Tidak ada kesempatan untuk orang yang sudah menghancurkan hidupku. Kamu adalah laki-laki manipulatif yang pernah aku kenal. Kamu sangat jahat Adrian!" tegas Greesel yang langsung menjatuhkan tangan Adrian begitu saja dan Greesel yang langsung pergi "Greesel tunggu!" Adrian yang tidak mungkin membiarkan Greesel dan langsung menyusul dengan Greesel yang bersusah payah membawa kopernya menuruni anak tangga. "Greesel! aku tidak akan membiarkan kamu pergi kemanapun!" tegas Adrian yang menghalangi jalan Greesel yang sudah berada di bawah anak tangga dengan kedua tangannya yang merentang. "Kamu minggir dari hadapanku sek