POV RIAAda yang berbeda pagi ini, Askara mengimani shalat subuh kami, dia menyelesaikan dzikir dan berlalu meninggalkan aku, tanpa sepatah kata, tanpa obrolan perasaan, Askara benar-benar seperti orang asing padaku. Inikah yang dinamakan sakit bertubi-tubi, aku menginginkan Askara memilih Anita dan dia melakukannya, harus kuakui diperlakukan seperti ini sangat menyakitkan.Askara berlatih berjalan bersama Anita, mereka saling melempar tawa dan bahagia, sesekali kulihat Askara memegang perut Anita, Seharusnya aku bahagia atas kebahagiaan mereka, Askara akan mendapatkan putra dari Anita, sudah jelas kebahagiaan mereka pasti akan bertambah tapi harus kuakui melihat itu semua tidak ada satupun kebahagiaan yang aku rasakan Aku merasa sakit lagi dan lagi"Ria hei,,,pagi Ria Kamu sudah sarapan tadi Bi Sari sudah membuatkan sarapan yang lezat sekali aku sudah sarapan kok oh ya Ria sekarang Askara sudah Mahir berjalan dia sudah bisa berlari katanya ya kita doakan semoga sekarang Askara Cepat s
Aku masuk ke dalam rumah tanpa sepatah katapun pada Askara. Aku lihat Rayanza sudah berlalu, saat aku hendak masuk ke kamarku tiba tiba Askara menarik tanganku." Berani kau pulang dengan lelaki lain?"" As lepas ini sakit" rengeku, Askara makin mengencangkan pegangan tangannya." Kau tahu bahwa kau masih Istriku dan teganya kau Jalan dengan laki-laki lain dihadapanku sendiri Ria? Kau fikir bagaimana aku harus bersikap?" Askara menghempaskan tanganku yang membuat aku terbanting ke ujung tangga yang runcing."Awww...." rengeku, darah mengalir dari ujung kepalaku.Askara panik, dia langsung memegang tanganku, aku spontan mengibaskan tangannya, rasa sakit dan trauma bercampur menjadi satu dalam hatiku.Bi Sari yang melihat darah mengalir di kepalaku segera panik dan memanggil sopir kami. Aku tidak sadar sama sekali siapa yang membawaku. Samar-samar hanya terdengar tangisan Askara.***Ku buka mataku, masih terasa buram, ini di rumah sakit, kulihat ada Rayanza disampingku."Ria, kau baik-b
" Selamat Pagi Bu Ria" sapa dokter pagi itu. Askara yang tertidur di ranjangku segera bangun dan merapihkan pakaiannya." Saya periksa dulu ya Bu, apa yang dirasa sekarang?" Tanya dokter itu, Tiba-tiba Rayanza juga masuk ke dalam ruangan membawa jinjingan makanan." Sudah baikan Dok, cuman masih pusing saja" ucapku pada Dokter yang memeriksaku." Pagi Dokter Yanza, saya visit hari ini" ujar dokter itu pada Rayanza sambil mengenai tubuhku."Berapa tekanan darahnya?" Tanya Rayanza." 100/90" ucap Dokter itu." Kau agak demam Ria," ucap Rayanza padaku sambil memgang leherku." suhu 38 Dok" Ujar dokter yang memeriksaku." Ibu Ria belum bisa pulang ya, kita akan pantau sehari lagu untuk istirahat totalnya"" Iya Dok " ucapku pada dokter itu yang kemudian pamit meninggalkan kami." Ria aku bawa sarapan, aku bawa juga untuk Bi Sari dan Kamu Askara " ucap Rayanza pada kami semua.Askara tetap terdiam, tangannya memegang tanganku erat." Ayo Ria makanlah, kau harus minum obat dulu, nanti aku p
POV ASKARAPrakkk bunyi gelas yang jatuh, Anita dia sedang mematung terbelalak menyaksikan Aku dan Ria berc*uman. Anita langsung menangis dan meninggalkan kamar Ria, sontak aku kaget. Ria menyuruhku mengejar Anita, dia khawatir pada Bayi yang Anita Kandung.Aku segera menyusul Anita, dia langsung ke kamar, mengeluarkan semua pakaiannya." An, Hei please kita bisa bicarakan ini baik baik""Jahat kamu Askara, Tega kau lakukan itu dibelakangku" ucap Anita sambil menangis dengan penuh kemarahan." An, oke aku akan jelaskan tolong bersabar dulu jangan begini" ucapku pada Anita yang terus mengeluarkan pakaiannya ke dalam koper." An, aku dan Ria itu suami Istri, apakah salah aku menyukai dia juga?"Ucapku pada Anita yang sudah tidak bisa di kontrol lagi." Salah kau bilang? Salah? Kau sendiri yang bilang kalau kau dan Ria hanya pura-pura, kau tidak mencintai dia sama sekali, untuk itulah kau mau aku menjadi istrimu, aku rela Askara, aku menikah siri menjadi istri yang tidak diakui, selalu
POV RIABaru pukul dua belas malam diluar sudah gaduh, Anita dan Askara bertengkar hebat, aku langsung cepat-cepat keluar dari kamar ingin tahu apa yang terjadi." Dasar laki-laki kejam, jahat kamu As"teriak Anita sambil memukuli Askara dengan tangan lemah." ada apa ini? An kenapa?"" Kau, kamulah penyebabnya, kamu pakai guna guna apa pada suamiku hah? tega teganya Askara menyebut namamu saat dia memeluku, dia menyebut namamu dengan sebutan Ria sayangku, dasar laki-laki jahat" teriakan Anita diakhiri dengan tangisan Anita. Askara terus berusaha membuat Anita tenang, tapi Anita terus berontak." Kami bilang kamu akan mencintaiku, sekarang kamu buktikan semuanya, kamu jahat Askara" teriak Anita dengan menangis.Aku mulai terpancing dengan keadaan itu." selama ini aku diam saja bukan berarti aku lemah Anita." ucapku pada Anita, karena mulai kesal dengan perbuatannya." apa aku pernah marah saat Askara lebih menyayangimu, padahal aku istrinya juga, apa aku pernah Meminta Askara bersamak
" Ria"Aku tiba-tiba terhentak saat sedang melamun di samping jendelaku. Ayah masuk ke kamar, dengan wajah yang masih sayu, Ayah segera menghamiriku di samping jendela, Ayah mendekatiku dan duduk dihadapanku." Ayah tidak tahu harus bagaimana lagi, melihatmu terpuruk seperti ini, membuat ayah sangat hancur. Ayah harus apa agar kamu bisa kembali ceria, kembali menjadi Riani anak Ayah yang manis dan perhatian"Ucap Ayah sambil hampir berkaca-kaca, aku hanya bingung harus bereaksi apa dengan semua kejadian ini, aku terlalu buta kah selama ini? Kenapa aku mencintai lelaki dengan terlalu dalam seperti pada Askara." selama Ayah hidup, Ayah hanya memilikimu, Ibumu singgah sangat sementara, Ayah bahkan tidak bisa mencintai oranglain selain dirimu, Ayah habiskan sisa hidup Ayah untuk merawatkmu dengan sepenuh hati, Ayah tidak mau menyakitimu seujung kukupun. Kemana kamu mau bersekolah, kamu ingin apa Ayah selalu kabulkan itu, meskipun Ayah harus banting tulang karenanya. Sekarang didepan mata
Aku bangun dari pingsanku, kulihat Rayanza sedang duduk dan mengaji untuku, samar lantunan ayat suci terdengar senakin nyaring. aku melihatnya lagi, ahh... sekelebat memang seperti Askara, tapi Bukan. Aku coba membuka mataku, pandanganku mulai jernih, namun bibirku membeku, badanku juga membeku."Oh Ria syukurlah kau sudah siuman, iniDi rumah sakit kamu pingsan sudah sekitar satu hari yang lalu aku membawamu ke rumah sakit karena khawatir, Ayahmu sedang membeli makanan. Ria kamu tidak apa-apa? ada yang sakit atau pusing atau apa yang kamu rasakan sekarang? Oh... ayolah jangan sakit Ria"Rayanza terlihat sangat perhatian sekali, kulihat bagaiamana kekhawatiran dari sorotan matanya, tulus sama seperti dulu, tapi kenapa ya Tuhan, sulit sekali mencintai dia, kenapa selalu Askara yang menang dalam kisahku." Oh,,, Ria, kau sudah bangun nak, alhamdulillah... " Ayah tiba-tiba datang dan langsung memelukku.Suasana menjadi cukup hangat, Ayah Memberiku minum, dan menceritakan apa yang terjad
" Kau benar-benar tidak mau makan Za?" Ucapku karena Yanza tampak enggan menyentuh makanan yang ada dihadapanya." Kau mau kusuapi?" Ucapku lagi karena Yanza masih mematung tidak menjawabku.Aku pindah tempat duduk ke samping Rayanza, aku suapi Yanza pelan, tapi dia sama sekali tidak meresponku, badannya terlihat menggigil.Aku pegang kening Yanza." Astaghfirullahaladzim, kau benar-benar demam Za" ucapku yang mulai memperhatikan raut wajah Rayanza yang mulai pucat.Aku panik, aku cari bantuan disekitar, aku menanyakan tempat pengobatan terdekat, semuanya mengatakan tidak ada tempat pengobatan yang dekat di kampung itu, kalau mau aku harus putar balik, artinya aku harus bertemu dua preman yang tadi lagi, apalagi hari semakin malam. ah... kenapa Rayanza harus membawaku ke tempat seperti ini." Neng, coba saja ke Pa Mantri Husen, tempatnya tidak Jauh, paling satu Jam tiga puluh menit saja dari sini" kata seorang Ibu Ibu di Warung itu." oh iya tidak apa, kemana arahnya?" Ucapku semangat
" Rayanza, kau benar-benar ya, kenapa kau bilang keberadaan Ria pada Dokted Samuel, bagaimana kalau dia tidak bisa kita percaya, apa kau tidak takut mereka ternyata bersekongkol?" Ucap Erika dengan sangat marah pada rayanza." wow santai Sayang ada apa ini, kenapa tiba-tiba datang dan memarahiku"" kenapa panggilanku kau abaikan?" Ucap Erika marah." tidak ko wah banyak sekali ini ya panggilannya, aku sedang buat Topeng kau ingat,? Aku butuh konsentrasi, kenapa sih?"" Ria dan Tia sekarang sudah di penthouse milik dokter Samuel, bagaimana ini bisa terjadi, kau sengaja memberitahukan posisi itu pada dokter Samuel?"" Oke sebentar tarik nafas duduklah As, Sayang ayo kita bicara dulu"Erika dan Askara lantas duduk diruangan Rayanza. Rayanza memulai untuk menceritakan semuanya." Jadi, pagi tadi ada dokter Samuel mengatakan ada tangkapan CCTV Hotel yang menangkap gambar Ria, dan itupun belum dikonfirmasi, karena gambarnya sangat buruk. Jadi dokter sam kesana untuk mengecek hal tersebut.
" Kak Ria, "" Iya Tia,"" kakak, sayang sama kak Askara?" tanya Tia sambil membuka Kotak yang berisi buku buku tentang Askara. " Oh itu, itu bukuku memang isinya tentang keseharian Askara, kakak kadang berfikir kakak ini terlalu bodoh karena mencintai Askara terlalu seperti itu. banyak yang menyayangkan cara lak Ria menyukai Askara, tapi kakak tahu, tidak ada yang salah dengan berkorban untuk orang yang kita cintai,"" meskipun kak Askara tidak membalasnya sebanyak Kak Ria padanya?" " Aku saat ini berfikir demikian, kenapa aku lakukan itu, mungkin Askara bahkan risi dengankutapi aku juga tahu, tidak ada sesuatu yang sia-sia untuk mencintai seseorang. kita hanya perlu menyayanginya tulus, balasan itu kalau tidak dari orangnya langsung, bisa jadi dari tuhan, aku percaya itu semua." ucap Ria sambil tersenyum." Apa aku sudah bisa memanggilmu Evelyn?" tanya Ria." lalu aku panggil kaka siapa?" ucap Tia." Kau panggil aku Andini " ucap Ria sambil tersenyum." baik Kak Andini" mereka t
Askara memeluk pundak istrinya, rasanya sakit mendengar apa yang diceritakan Ria. Askara dengan tatapan penuh amarah berusaha untuk tetap menenangkan istrinya. " Sayang, dengar aku baik-baik, Anak memang pembawa kebahagiaan, tapi tidak berarti anak adalah segalanya, aku Bahagia bersamamu, dengan atau tanpa adanya seorang Anak. kita punya cukup untuk membesarkan Anak adopsi kalau kita mau. kau tidak perlu bersedih, banyak acara untuk mendapatkan anak" Ucap Askara." Kau sudah punya As, Anak yang ada dikandungan Anita." Ucap Ria" bukankah itu juga bisa jadi anakmu juga? Anak itu bahkan mungkin akan lebih mencintaimu nantinya, intinya bukan pada siapa dia dilahirkan tapi siapa yang membesarkan Anak itu penuh dengan kasih sayang dialah Ibunya, itulah seorang Anak Ria." " Askara, apa kau percaya kalau Pak Hendro adalah dalang kematian keluargamu ?"" Nah see lihat Ria, Ayahku ternyata bukan Ayah kandungku, dia yang tidak bisa punya Anak, tapi karena dia yang membesarkan aku penuh kasih
" Dokter Samuel? Kandungan? di Rumah sakit Hordwell? " ucap Rayanza dengan penuh penasaran" Iya Za, kau kenal dia. Dokter samuel mengataka kalau saat dia mengambil specialis, dia punya banyak teman dari Indonesia yang kuliah disini"" Dia dokter sam, Erika kau ingat Dokter yang kita temui di kantin itu Er, itu dokter Samuel, temanku, kami sangat dekat dulu, dia dan aku sering berbagi makan siang, bahkan Samuel mempelajari agama Islam dariku, aku yakin dia juga menganggap aku masih sahabatnya" Ucap Rayanza." Ria, apa saja yang dilakukan dokter Samuel kepadamu? Dia tidak mencoba menghancurkan peluang Transplantasimu kan? Mengingat aku rasa kemungkinan jika Anita telah mengarahkanmu pada dokter Samuel, dia mungkin telah disuap untuk melakukan hal yang tidak diinginkan "" tidak banyak, dia hanya memeriksaku beberapa kali. Dia bilang, aku sangat baik, dan jika terus menjaga pola hidupku, aku bisa melakukan Transplantasi rahim dengan sangat baik"" Kita harus temui dokter .Samuel As"
"tidakķkkkkkkk ayah Jangannnnnnn jangan lakukan itu pada Ayahku kumohon jangan lakukan, aku mohon tolongggggggg lepaskan Jangannnnn TIDAAAAAAAAKKKKKKK" Ria berteriak dan terbangun." Sayang..... kenapa, aku disini Sayang " Askara langsung memeluk Ria dan menenangkannya." Ini minumlah, kau tenangkan dulu dirimu ya, aku sudah bicara pada dokter kita bisa pulang sore ini, aku sudah pesan Hotel untuk kita menginap dan berlibur, kau pasti suka tempatnya sangat bagus. Aku mau kau kembali sehat sayang" ucap Askara sambil mengusap Ria.Ria hanya terdiam, matanya penuh dengan kemarahan, tatapannya sangat Tajam, Askara tau, ada kemarahan yang luar biasa dalam diri Ria.Askara menutup air mineral sambil melihat Tia yang masih tertidur. mereka memang sedang fase untuk istirahat, dari keadaan yang hampir merenggut nyawa mereka.***** " Ini Ranjangmu dan Tia, ranjangku yang satu itu. Jika masih lelah kau bisa beristirahat " Ucap Askara pada Ria yang masih terdiam dengan tatapan dingin." Askara"
" Sayang, Makan yah, aku membawakanmu makanan" Ucap Askara saat Melihat Istrinya kini sudah masuk ruang Perawatan.Erika dan Rayanza masuk kesana, Tia masih tertidur di ranjang sebelah Ria." As, apa tidak sebaiknya kita bawa Ria perawatan di Indonesia saja."" Tidakkkk,,, aku tidak mauu" teriak Ria begitu mendengar Rayanza mengatakan Indonesia." kenapa sayang, Indonesia rumahmu, kau setidaknya perlu datang bersama mereka."" kumohon As, aku tidak mau pulang, Mereka ada disana, aku tidak mau As." Ria langsung menangis histeris." Za, kroscek data penumpang selama 3 hari terakhir, apakah Syarif dan Lina benar-benar kembali ke Indonesia?" tanya Askara pada Rayanza. " Aku akan menelpon pamanku untuk informasinya " ucap Rayanza.Askara memeluk Ria yang masih menangis ketakutan, Trauma yang dalam telah menggoresnya." Ria, kami tidak akan meninggalkan kamu, kita semua disini ya" ucap Erika sambil memegang tangan Ria. "" Kita beruntung datang tepat waktu, dan Ria baik-baik saja As, " " K
Tubuh Pak Hendro di bawa oleh beberapa Pria bertubuh tegap." Kenapa ada, Manusia tidak berprikemanusiaan seperti kalian, kenapa tidak kalian tembak saja dia, kenapa membiarkannya seperti itu, kenapa sejahat itu, dia Ayahkuuuuuu.... dimana hati nurani kaliannnnn.... JAHATTTTTTTT KALIAN BIADABBBBB.... " Teriak Ria dengan Tangisan tiada henti." Kurasa anak ini perlu diberitahukan kenyataannya yang lebih lagi." Ucap Lina sambil menatap sinis pada Ria." Ria.... Ria... Ayah tercintamu itu, membunuh Ibumu. Hei panggil dokter itu." Tiba-tiba masuk seorang laki-laki paruh baya, berpakaian kusut, padahal awalnya dia pasti berpakaian baik." Hei tua Bangka, katakan kebenarannya atau kau ku habisi sekarang" ucap Lina pada lelaki tua itu." Aku bawa ini, ini dokumen persalinanmu Ria, Pak Hendro memintaku untuk Mengatakan pada Ibu Andini bahwa kehamilannya bermasalah dan dia harus memilih kematiannya atau dirimu. akhirnya Ibu Andini memilihmu, atas instruksi dari Pak Hendro setelah persalinan
Ria tersadar dari Pingsannya, samar-samar Ia lihat Syarif sedang memukuli seseorang, samar lagi dilihat, itu adalah. Ayah Ria Hendro." Ti...ti....tid.." " Oh lihat anak malangmu sudah bangun" Ucap Syarif sambil tertawa. Ria berusaha sekuat tenaga untuk bisa sadar, namun efek obat bius itu sangat kuat dia sangat lemah.Syarif mendekat dan memegang pipi Ria." Bangunlah, aku ingin kau melihat aku melakukan sesuatu pada Ayahmu. ayo cepat cepat ... BANGUUUUUUNNNN" Teriak Syarif pada Ria yang masih sayup dan lemah." lihat, lihat wajah itu... Kau mungkin tidak aka melihatnya lagi seumur hidupmu" Ucap Syarif dengan lantangnya."Syarif kenapa kamu lakukan ini ? Tolong jelaskan apa maksud dari semua ini, siapa kamu ? apa yang kamu mau sebetulnya dariku? Kenapa kamu lakukan ini ?" sambil menangis Ria mencoba bertanya kepada Syarif atas semua yang terjadi itu." kau benar-benar ingin tahu siapa aku Ria? Sebetulnya aku tidak tega melakukan ini padamu, apa yang terjadi sebetulnya tidak ada u
" Pagi As, aku bawakan kamu sarapan, aku buat sendiri, kau mau kan mencicipinya?" rengek Anita saat melihat Askara sudah rapih dengan pakain Kantornya." Baju itu bagus, aku memang suka warna Biru, kau tampan dengan setelah Biru itu As" Tambah Anita saat memperhatikan Askara memakai pakaian yang Ia siapkan di kasur Askara." Kau Gila atau apa sih? ada Bi Sari dan rukma kau fikir aku Gaji mereka buat apa ? kau ga perlu lakukan hal yang gaperlu."" Aku tahu As, tapi aku sudah belajar banyak cara menjadi Istri yang baik, aku lihat hal sederhana adalah menyiapkan apa yang kamu butuhkan, jadi aku lakukan semuanya. "" Dengar baik-baik Nona Anita. Istriku Ria, Riani Aditya Putri, bukan kau. kau sudah pernah kuberi kesempatan dan kau malah menjahatiku, kau fikir aku semudah itu menerimamu kembali, No.... " ucap Askara sambil berlalu meninggalkan Anita. tapi anehnya tanpa sedih Anita tersenyum dan Menarik tangan Askara. " sini, duduklah, biasanya kalau orang lapar suka berisik" ucap Anita sam