"Xavion, apakah kau yakin bahwa pendeta itu adalah ibuku?" Tanya Tyr. Xavion mengangguk dengan tegas dan menjawab, "Yup! Tyr, kau ada di sini untuk Kitab Penyiksaan itu bukan? Kemana lagi kita akan pergi?" Langit hampir menjadi gelap pada saat ini. Sorotan tatapan Xavion juga tak kalah gelapnya seperti seseorang yang tampak terobsesi saat dia menatap pekatnya langit malam, yang telah diselimuti dengan kegelapan. Aku akan membawamu terbang bersamaku! "Tyr tidak mengerti apa maksud dari ucapannya. Phoenix, kembali terbungkus api kemerahan, terbang keluar dari tubuh Xavion saat Tyr masih dalam kondisi tidak sadarkan diri. Meskipun Burung Phoenix itu merupakan manifestasi dari sebuah mantra yang digunakan dengan kekuatan batin, namun mantra ini berasal dari Buku Pedoman yang dimiliki oleh Dewa Kuno, ia memiliki energi yang sangat menakutkan dan efek di luar imajinasi semua orang.” Sama seperti yang lainnya, sosok binatang mitos telah berubah menjadi makhluk yang sesungguhnya. Xavion
Kota ini dipenuhi dengan lautan ngengat berdarah yang tampak berkerumun di setiap penjuru. Sosok burung legendaris yang menyala itu mulai mengepakkan sayapnya saat melesat menuju kearah pasukan ngengat dan memusnahkan mereka secepat mungkin. Xavion berkata, "Kekacauan yang menimpa dunia ini telah diprediksi sebelumnya.”Hanya masalah waktu untuk dapat memiliki buku kelima. Dalam hal ini, mari kita coba yang terbaik untuk membantu para penduduk desa ini untuk menyingkirkan makhluk kecil yang sangat brutal ini. "Kau telah mengklaim bahwa ngengat darah ini berasal dari Kuil palsu," Tyr tampak menunjukkan sesuatu. "Ngengat darah ini tidak akan sepenuhnya berhasil diberantas jika kita tidak bisa mengatasi akarnya dan menghilangkannya dari tempat ini. Tyr, jika ibumu berhasil mengingatmu, dia pasti akan menghentikan semua bencana ini," kata Xavion saat dia menunggangi Burung Phoenix yang semakin jauh bergerak ke atas langit malam, di dalam Kuil tampak sosok Gargamel yang masih duduk bersi
Setelah menyadari adegan yang terjadi, pendeta wanita, yang tampak berkonsentrasi membakar para mayat dan pasukan ngengat berdarah itu, juga tampak mengerutkan keningnya. Gargamel adalah seorang penyihir yang muncul di era yang sama dengan tuannya, Ulricus. Statusnya di Kuil Palsu dan kekuatan tempur yang dimilikinya cukup setara dengan sang tuan. Bahkan jauh lebih tinggi dari sang pendeta. Penyihir itu tampak marah. Saat monster ini dipanggil, gunung itu tampak diliputi dengan aura yang sangat mengerikan dan tiada habisnya. "Pendeta, jika kau tidak berhenti sekarang juga, jangan salahkan aku karena bersikap kasar kepadamu.” Tubuh Gargamel terus menerus memancarkan aliran aura hitam. Pada saat ini, matanya berubah menjadi hitam. "Hentikan dia!" Peringatan dari Gargamel tidak digubris sedikitpun dari pendeta wanita ini. Dia meningkatkan kekuatan api berwarna putih dengan raungannya yang rendah. Akhirnya Seluruh tumpukan mayat tampak diselimuti kobaran api dan terjatuh ke dalam lau
Saat pertempuran mereka semakin berlarut-larut, pendeta dan Gargamel mulai kehilangan akal sehat mereka masing-masing, mengingat bahwa mereka sepenuhnya telah terlibat dalam sebuah pertempuran yang sengit. Dengan demikian, mereka tidak menyadari bahwa Ulricus telah muncul dari pengasingan. Monster yang dimanifestasikan oleh Gargamel masih berurusan dengan zombie sementara Pegunungan mayat itu telah berubah menjadi lautan api. Ulricus segera menerobos di antara duel sengit itu. Dia mengulurkan tangannya dan berusaha untuk memisahkan mereka. Sebuah kekuatan seluas lautan tampak menyapu ke kedua sisi dan meledakkan tubuh pendeta wanita dan Gargamel hingga terhempas dengan kuat. "Tuan!" "Tuan!" Ketika mereka melihat Ulricus muncul di tengah-tengah keduanya, Gargamel dan pendeta itu sama-sama terpental. "Dasar sampah!" Ulricus menggeram. Wajah Gargamel terlihat sangat mengerikan. Dengan cepat dia segera berlutut di depan Ulricus. Kemudian, Ulricus melakukan teleportasi dan muncul tepa
Ketika Xavion mengucapkan tentang hal ini, Tyr hanya bisa terdiam. Sedangkan pria itu terlihat sangat gugup. "Tyr, hari dimana Manuskrip Penyiksaan itu akan lahir adalah hari dimana nantinya kau akan berubah menjadi seorang Dewa. Kau harus bisa melengkapi dirimu dengan kekuatan yang sangat diperlukan untuk bisa selamat dari Serangan Jurus Sembilan Ujian Guntur." Setelah Xavion menjelaskan kepada Tyr, akhirnya pria itu memutuskan untuk pergi dengan Burung legenda itu. Ekspresi Tyr tampak datar tetapi tekadnya sudah bulat saat dia menatap punggung sepupunya, yang terbang membawanya pergi. Hari ini, dia tinggal di dalam kediamannya dan bersiap untuk melakukan Ujian Guntur sesuai saran yang diberikan oleh Xavion. Magus menggunakan sihirnya untuk menemukan lokasi yang telah diberkati dengan lanskap pemandangan yang sangat menakjubkan dan unsur reiki yang cukup padat untuk dapat dikembangkan oleh Tyr. Jika kekuatan tempur alam Demigod dapat dipisahkan ke dalam peringkat ini. Maka pada sa
"Ini sungguh luar biasa!" Xavion mengepalkan tinjunya dengan penuh semangat. "Aku merasa khawatir jika kau tidak akan memiliki kekuatan untuk dapat bertahan dari sembilan serangan Guntur Surgawi. Kekuatanmu telah tumbuh secara signifikan sejak kau berhasil memasuki alam Mammet. Berhasil melewati Ujian Guntur yang nantinya akan jauh lebih tinggi.” Tyr, tempat di mana Buku Kelima akan muncul telah ditentukan. Seharusnya hal itu akan terjadi dalam kurun waktu satu atau dua hari kedepan. Kita harus sampai di sana secepat mungkin karena orang-orang dari Kuil itu telah pergi. "Benarkah demikian?" Mata Tyr tampak berbinar bahagia. "Di mana itu?" "Puncak Tanpa Angin! Kita bisa bergegas ke lokasi Puncak Tanpa Angin besok pagi." "Oke." Sekelompok orang itu mulai bergerak kembali ke Kota Eimross dan beristirahat di kediaman Marsekal untuk malam ini. Mereka telah mengemasi barang-barang mereka pada keesokan paginya dan segera bergegas menuju ke arah Puncak Tanpa Angin. Walau berjarak ratus
Dalam sekejap, suasana telah berubah menjadi sangat tegang. Bahkan Tyr menjadi sangat serius ketika dia melihat sosok sang pendeta yang ada dihadapannya. "Jadi, meskipun Tyr adalah putramu sendiri, apakah kau masih harus berdiri untuk membela Ulricus?" Sedikit kemarahan tampak tersirat dengan jelas dari pertanyaan Xavion. Tentang misi dan tanggung jawab yang dia miliki padanya? Kerabatmu Xavion menjadi semakin gelisah ketika dia berbicara. Dia bahkan mengepalkan tinjunya begitu erat hingga akhirnya pecah. "Bibi Lydia, karena ingatanmu telah pulih, mengapa kau masih bersikeras untuk membantu Ulricus? Kau tahu pria itu bukan seorang Dewa, tapi dia iblis. Dia telah membangkitkanmu demi kepentingan pribadinya.”“Jika kau benar-benar ingin mengambil buku-buku itu dari Tyr hari ini juga, maafkan aku, sepertinya kita harus bertemu satu sama lain sebagai seorang musuh yang ada di medan perang.” Tyr ingin mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Xavion sebelumnya, tetapi dia tida
"Tyr, kau harus percaya padaku," Lydia menarik napasnya dalam-dalam dan berkata dengan nada yang sangat serius dan wajah yang muram. "Hanya dengan menyerahkan buku-buku itu padaku maka kau akan berhasil memasuki alam Dewa.” Tyr menoleh dan melirik ke arah Xavion. Sepupunya menjawab sambil menggelengkan kepalanya. Tyr kemudian berbalik menghadap Magus, dan Max yang berdiri di sampingnya. Keduanya tetap terdiam, tetapi Tyr tahu dari raut wajah mereka bahwa mereka jelas tidak setuju saat dia diminta untuk menyerahkan buku-buku itu kepada Lydia. Namun, di dalam hatinya, Tyr merasa ragu-ragu. Menurut perhitungan di atas kertas, meskipun Tyr bukan lawan yang tepat dari Ulricus, bagaimanapun dia harus menyimpan buku-buku itu. dan mungkin saja keajaiban akan terjadi. Tyr telah melakukan terlalu banyak keajaiban sepanjang perjalanannya. Mungkin Itu karena kepercayaan yang dia miliki pada ibunya bahwa ide untuk menyerahkan buku-buku itu kepada Lydia telah muncul didalam benak Tyr saat ini. B