#Delapan Puluh Delapan# Reyka baru saja membalas pesan ayahnya yang menyatakan akan datang untuk menjadi wali dalam pernikahannya. Ada rasa haru, bahagia dan sedih menyeruak dalam dada. Rasa khawatir pun muncul dalam hati, bagaimana jika ayahnya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ayah Reyka mengabarkan jika sudah mendapatkan visa dan akan berangkat lusa dengan penerbangan malam. Reyka perkirakan, pukul tujuh pagi ayahnya itu akan tiba. Reyka menjemput ayahnya di bandara ditemani salah satu staf yang sudah dipilih Kanglim untuk mengurus keperluan Reyka hingga hari pernikahan tiba. Dalam pikiran, Reyka sibuk merancang kata jika bertemu dengan ayahnya. Apa kalimat yang pertama kali akan terucap setelah sekian lama tak bertatap wajah. Hari dinanti tiba. Dengan debar harap-harap cemas, Reyka menunggu kedatangan ayahnya sejak pukul enam. Reyka duduk di kursi yang terdapat di terminal kedatangan internasional. Keinginan Seokyung untuk ikut menjemput kedatangan calon
#Delapan Puluh Sembilan# Irawan menolak untuk menginap di hotel. Dia memilih untuk tinggal di apartemen dan menghabiskan waktu bersama dengan Reyka. Irawan sangat sadar, kebersamaannya dengan Reyka selama dua hari ke depan tak bisa membayar waktu yang terlewatkan selama ini. Setidaknya, Irawan memiliki kenangan dalam membersamai putri semata wayangnya sebelum berubah status menjadi seorang istri. Seokyung bisa dengan mudah menjalin keakraban dengan Irawan. Seokyung bahkan mengajak anggota Tone yang lain untuk bermain kartu uno bersama Irawan. Reyka hingga membelalakan mata tak percaya ayahnya bersedia berbaur dan bermain dengan Tone. Dua puluh enam tahun Reyka hidup sebagai anak Irawan, belum pernah dia melihat ayahnya tertawa lepas. Seokyung yang belum dua puluh empat jam bersama Irawan, sudah membuat Irawan sesantai itu. Gelak tawa Tone kembali memenuhi ruangan. Rasa haru menyeruak. Andai saja Irawan bisa secair ini sejak dulu. Irawan meminta Seokyung
#Sembilan Puluh# Siang hari setelah melaksanakan salat zuhur berjamaah, beberapa orang berlalu lalang memasuki salah satu ruangan di masjid Seoul. Umar Kim membuat ruangan tersebut sebagai tempat menggelar akad nikah Reyka dan Seokyung. Reyka berada di ruangan lain ditemani Aisyah, Ara dan penata rias. Reyka awalnya menolak untuk dirias tetapi Ara dan Aisyah memaksa karena bagaimanapun keadaannya, Reyka harus terlihat cantik di momen spesial yang mereka harapkan hanya sekali seumur hidup. Seokyung didampingi oleh ayah dan ibunya memasuki ruangan. Di dalam ruangan sudah duduk Umar Kim, Irawan, Kanglim, para personel Tone juga beberapa orang yang akan bersiap menjadi saksi pernikahan. Seokyung duduk di kursi berhadapan dengan Irawan. Mereka dipisahkan oleh meja yang akan digunakan Irawan untuk menyalami Seokyung saat ijab kabul berlangsung. Reyka masuk beberapa menit kemudian. Semua perhatian tertuju pada Reyka yang datang diantar Aisyah dan Ara. Reyka mengena
#Sembilan Puluh Satu# Reyka bangun untuk melaksanakan salat subuh. Keberadaan Seokyung yang tertidur pulas di sofa membuatnya kembali tersadar jika saat ini dia telah memiliki suami. Reyka segera beranjak untuk melanjutkan aktivitas tanpa berlama-lama memandang Seokyung. Perut yang lapar membawa Reyka menuju dapur. Dilihatnya isi lemari es yang ternyata masih kosong. Reyka bingung, makanan apa yang bisa dimakannya pagi ini. Reyka berniat untuk turun ke apartemen sebelumnya untuk mengambil beberapa bahan makanan. “Apa yang kau lakukan?” tanya Seokyung dengan suara khas bangun tidur. “Aku lapar, di dapur tidak ada bahan makanan yang tersedia.” Seokyung mengucek kedua matanya lalu beranjak mendekati Reyka. Reyka terkaget saat Seokyung mengusap perutnya. “Anak Appa lapar, ya? Sebentar, Appa carikan makanan,” ucap Seokyung lalu meninggalkan Reyka. “Kau mau kemana?” tanya Reyka yang melihat Seokyung masih belum sepenuhnya bangun. “Cari makanan,
#Sembilan Puluh Dua# Pukul sepuluh, Reyka dan Seokyung telah tiba di kantor agensi. Seokyung dan Tone akan memulai latihan koreo pada pukul sebelas. Masih ada waktu satu jam bagi Seokyung untuk menemani Reyka bertemu dengan pengacara di ruangan Kanglim. Kanglim menjadi penasehat Seokyung tentang beberapa hal terkait pernikahannya dengan Reyka. Kanglim mencoba untuk berbuat seadil mungkin karena Reyka adalah rekan bisnis dan sudah dianggap keluarga oleh Kanglim. Sedangkan Seokyung merupakan binaannya di agensi dan menjadi magnet bagi perusahaan. Pengacara yang sudah hadir tanpa banyak berbasa-basi langsung membahas beberapa hal seperti yang Seokyung jelaskan di rumah. Reyka mendengarkan dengan baik penjelasan pengacara. Panjangnya penjelasan membuat Reyka menyerahkan urusan tersebut pada pengacara. Pengacara membuat catatan secara rinci apa saja dokumen yang diperlukan untuk membuat surat perjanjian pisah harta dan mendaftarkan pernikahan mereka ke kantor catatan sipil. Mau tidak m
#Sembilan Puluh Tiga# Reyka segera bersandar di sofa ruang tengah begitu sampai di apartemen. Hari ini tak banyak yang dia kerjakan tetapi badannya terasa letih. “Makanan ini sebaiknya aku hidangkan di meja makan atau di sini saja?” tanya Seokyung. Tangannya menenteng makanan yang dibeli dari restoran halal. “Kita makan di meja makan saja, Seokyung,” jawab Reyka. Seokyung memasang wajah cemberut. Reyka bisa melihatnya dengan jelas. “Kenapa wajahmu cemberut seperti itu? Kau ingin makan di sini? Boleh, di mana saja bagiku sama,” ujar Reyka. “Aku tak mempermasalahkan di mana kita makan. Aku hanya berharap kau bisa memanggilku dengan panggilan lain saat hanya berdua denganku. Bukankah kita sudah menjadi suami istri?” tanya Seokyung. Reyka memutar mata malas. Bisa menerima Seokyung dan tinggal berdua dalam satu atap saja, Reyka harus berjuang dan berdamai dengan hatinya. Kini, Seokyung meminta lebih. Sebetulnya Reyka sempat memikirkannya tetapi dia
#Sembilan Puluh Empat# Sejak pukul setengah delapan Pak Rahmat sudah berada di bandara Soekarno Hatta untuk menjemput Reyka, Seokyung dan kedua orang tuanya. Irawan menunggu di rumah agar mobil yang dikendarai oleh Pak Rahmat bisa membawa anak, menantu dan besannya dalam satu kali perjalanan. Pukul delapan lewat dua puluh menit, Reyka dan rombongan selesai melewati pemeriksaan imigrasi. Pak Rahmat dengan sigap membantu membawakan koper dan menunjukkan jalan di mana mobil berada. Tak lama, mobil meluncur menuju kediaman Irawan. Seokyung dan kedua orang tuanya menjadi rendah diri saat mobil yang mereka tumpangi memasuki halaman rumah. Pagar tembok setinggi tiga meter berdiri kokoh mengelilingi rumah inti yang mewah. Pak Rahmat menghentikan mobil tepat di depan pintu utama. Reyka membuka pintu dan mengajak Sun Hee turun terlebih dahulu. Bi Siti, Bi Marni dan dua pelayan lainnya menyambut di depan pintu masuk. Tak lama, Irawan dan Dinda muncul. Mereka turut menyambut tamu yang sudah d
#Sembilan Puluh Lima# Sehari setelah acara resepsi, Irawan menggelar jamuan makan di rumahnya. Irawan dan Dinda mengundang Rudi beserta keluarga, Rian, Kanglim, Ara, Da Yool dan para pengiring pengantin. Irawan ingin mengumpulkan orang-orang yang selama ini dekat dengan Reyka. Dia mengucapkan terima kasih karena mereka memiliki andil dalam kelancaran acara resepsi dan telah membersamai Reyka selama ini. Irawan memerintahkan Pak Rahmat dan supir pribadinya untuk menjemput Tone, Kanglim, Ara dan Da Yool dari hotel tempat mereka menginap menuju rumah. Bianca membawa rombongan bridesmaid dalam mobilnya. Rian berangkat bersama dengan Rudi dan keluarganya. Mereka semua mulai berkumpul di rumah Irawan pukul tujuh. Sahabat Reyka dan keluarga Rudi sudah biasa melihat kemegahan hunian milik Irawan sedangkan yang lainnya terkagum dan tak mempercayai jika Reyka adalah salah satu penghuni rumah ini sebelum dia melanjutkan hidupnya di Korea. “Jongsukie, apa kita sedang be
#Seratus Tujuh# Tepuk tangan meriah memenuhi aula. Kanglim baru saja menggunting pita sebagai simbol peresmian gedung baru yang akan digunakan oleh agensi SK Entertainment. Seluruh staf dan artis berbaur menjadi satu dalam pesta yang diselenggarakan. “Hyung, bisakah kau melepaskan tanganmu dari Nunim. Aku sungguh iri melihatnya!” protes Yongjin. Chinhwa dan Jiyoon terbahak mendengar komplain yang diajukan Yongjin. Mereka membentuk lingkaran kecil dalam pesta setelah sekian lama tidak berkumpul bersama. “Aku sengaja melakukannya. Agar semua orang tahu jika Reyka adalah milikku dan aku adalah miliknya,” sahut Seokyung asal. Reyka memukul pelan bahu Seokyung, merasa alasannya terlalu berlebihan. “Apa kau takut Joon Hyung meliriknya?” ceplos Yongjin yang masih belum berubah. Chinhwa seketika menutup mulut Yongjin, khawatir ucapannya menimbulkan prahara. Benar saja, Min Joon menoleh. Yongjin menyeringai melihat tatapan Min Joon yang lebih menakutkan setelah menjalani wajib militer. “
#Seratus Enam# Reyka mengangguk sambil tersenyum ramah membalas staf agensi yang membungkuk memberikan hormat ketika berpapasan dengannya. Setelah si kembar berusia satu tahun, Reyka aktif kembali bekerja di agensi. Kanglim memberikan Reyka kedudukan sebagai wakil ketua departemen yang membawahi artis dan manajer agensi SK Entertainment. Kemarin, Kanglim mengajak Reyka dan beberapa staf untuk mengunjungi gedung yang akan ditempati sebagai gedung baru agensi. Bergabungnya Angela, eksistensi Sirius yang mulai menapaki kesuksesan serta pengembangan bakat yang dilakukan oleh setiap anggota Tone membuat pendapatan yang diperoleh agensi berlipat-lipat. Gedung baru diperkirakan akan siap dua bulan mendatang karena masih dalam proses penyelesaian pembangunan. Kanglim berencana akan mengadakan pesta kecil bagi seluruh staf manajemen dan artis saat peresmian penempatan gedung baru. Kanglim telah menentukan tanggal peresmian. Dia ingin Min Joon dan Seokyung turut menghadiri peresmian tersebut
#Seratus Lima# Kehebohan mewarnai rumah baru Seokyung dan Reyka. Para kakek dan nenek begitu antusias mengasuh cucu-cucunya yang belum genap berusia satu bulan. Orang tua, keluarga paman dan mertua Reyka baru bisa berkumpul dua hari lalu pasca Reyka melahirkan. Kedatangan Irawan dan keluarga ke Korea tertunda karena Irawan membawa serta Bi Siti dan keponakannya. Beberapa dokumen harus diselesaikan agar keduanya legal masuk ke Korea. Mereka diminta Irawan untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan membantu Reyka dalam mengasuh si kembar. “Ayo, Mas, coba gendong cucunya. Masa, udah dua hari di sini tapi belum gendong cucu,” ledek Rudi pada Irawan. Irawan menyeringai. Bukan tak mau, Irawan sangat ingin melakukannya tetapi dia takut salah dalam menggendong sebab tak pernah memegang bayi sebelumnya. Dinda pun merasakan hal yang sama. Keinginan kalah oleh kekhawatiran akan terjadi sesuatu jika salah memposisikan bayi. “Ayah duduk sini!” Reyka menarik Irawan untuk duduk di sofa lalu memb
#Seratus Empat#Dokter memperbolehkan Reyka untuk pulang karena kondisinya sudah stabil. Namun, tidak dengan kedua anaknya. Si kembar masih perlu menjalani masa perawatan antara satu atau dua minggu lagi agar organ tubuhnya benar-benar siap untuk menghirup udara bebas.Reyka masuk ke ruang bayi untuk menjenguk kedua buah hatinya. Mereka tidur dengan nyaman. Ketenangan dan kebahagiaan mengaliri relung jiwa saat menatapnya. Seokyung mengusap pelan punggung Reyka saat melihat netra istrinya berkaca-kaca.“Kita doakan agar mereka bisa segera berkumpul dengan kita. Aku yakin, mereka anak yang kuat seperti Mama-nya,” ucap Seokyung.Seokyung dan Reyka telah sepakat agar kedua anak mereka memanggilnya dengan Mama dan Papa. Panggilan itu biasa didengar di Indonesia dan pengucapannya hampir sama dengan panggilan kepada kedua orang tua dalam bahasa Korea.“Ayo, kita pulang!” ajak Seokyung setelah hampir lima belas menit mereka menjenguk si kembar. Seokyung tak ingin Reyka terlarut dalam perasaan
#Seratus Tiga#Dengan dukungan penuh dari kedua orang tuanya, Seokyung pergi ke kantor agensi untuk menyelesaikan urusan yang dia pantik semalam. Reyka sempat siuman tetapi merasa bingung kemudian kembali tertidur. Efek obat bius belum sepenuhnya hilang dari tubuhnya.Da Yool dan beberapa orang pengawal menjemput dan mendampingi hingga Seokyung masuk ke dalam gedung. Seokyung melihat, banyak orang yang berdiri di depan gedung agensi. Kilat kamera silih berganti mengambil potret dirinya. Teriakan yang memanggil namanya disertai kalimat yang tak terdengar jelas karena terlalu banyak suara bersahutan.Kanglim dan para petinggi agensi sudah berkumpul. Seokyung masuk ke dalam ruang direksi untuk memberikan penjelasan terhadap perbuatan yang telah dilakukannya. Senyum manis Reyka dan tangis kedua bayi yang terekam dalam ingatan Seokyung menjadi energi bagi jiwanya untuk tetap tenang melalui semua.Pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh Kang
#Seratus Dua# Seokyung berada dalam ruang operasi dengan perasaan tegang. Bunyi peralatan medis yang berada di belakangnya terasa begitu nyaring. Seokyung menggenggam erat jemari Reyka yang tak sadarkan diri karena bius total yang diberikan oleh dokter. Tim medis sedang menjalankan tugas. Seokyung merapalkan doa dalam hati agar istri dan anak-anaknya diberi keselamatan. Dia tak menyangka, seberat ini perjuangan seorang perempuan dalam melahirkan. Rasa cinta pada ibu dan istrinya pun semakin bertambah-tambah. Tangis lantang bayi memecah kesunyian ruang operasi. “Selamat, Seokyung-ssi, bayi anda telah lahir,” ujar salah seorang dokter. Seorang perawat membawa bayi tersebut untuk diperiksa. Berselang lima menit, tangis bayi kedua tak kalah lantang dari bayi pertama. “Seokyung-ssi, kurasa mereka akan menjadi penyanyi seperti Appa nya setelah dewasa,” canda dokter kandungan Reyka agar Seokyung tak terlalu tegang.Seokyung tersenyum sambil menghapus
#Seratus Satu# “Anae, bangun! Matahari sebentar lagi terbit, kau belum salat,” ujar Seokyung lembut membangunkan Reyka. Dengan berat, Reyka membuka mata. Dia baru tidur beberapa jam. Usia kandungan yang telah memasuki trimester ketiga membuatnya tak nyaman. Akhir-akhir ini Reyka sering kegerahan walau AC sudah dinyalakan. Reyka bahkan sempat berpikir untuk memotong pendek rambutnya tetapi Seokyung melarangnya. Belum lagi aktivitas dua janin yang begitu aktif dalam perut. Gerakan mereka membuat Reyka terjaga sepanjang malam sehingga tidur malamnya berkurang. “Mari, kubantu bangun.” Seokyung sudah berdiri di samping ranjang sambil memegangi kedua tangan Reyka. Terkadang Seokyung gemas tetapi tak jarang merasa kasihan dengan kondisi fisik Reyka. Seokyung membayangkan bagaimana sulitnya membawa kedua bayi yang terus tumbuh dalam perut. Selain bertambah berat dari waktu ke waktu, ukuran mereka juga terus membesar. Kini Reyka kesulitan untuk duduk tegak
#Seratus# Kehidupan rumah tangga Reyka dan Seokyung berjalan dengan harmonis selayaknya suami istri ketika berada di apartemen. Namun mereka bersikap seperti teman ketika bertemu di luar. Sangat aneh tetapi ini adalah konsekuensi yang harus diterima keduanya berdasarkan kesepakatan mereka dengan agensi. Reyka menarik kepala yang berada di atas lengan Seokyung. Ini adalah kali kesekian Reyka mendapati bangun tidur dalam posisi seperti itu. Diliriknya jam dinding, masih ada waktu setengah jam untuk menunaikan salat subuh sebelum matahari terbit. Reyka menatap Seokyung yang masih terpejam dengan posisi miring menghadapnya. Reyka memperhatikan dengan saksama laki-laki tampan di depannya. Tampak tenang dan damai. Wajahnya bersih dengan alis tebal yang hampir bertaut. Juga hidung mancung dan bibir tipis yang akhir-akhir ini sering membuatnya terbuai. Sebulan belakangan, Reyka mencoba jujur dengan dirinya sendiri. Di antara semua anggota Tone, Reyka memang menaruh
#Sembilan Puluh Sembilan# Sesampainya di apartemen, Seokyung langsung menuju dapur untuk minum. Berharap air bisa meredakan panas dalam kepala dan dadanya. “Seokyung-ah, aku minta waktu padamu. Setidaknya biarkan sampai anak ini lahir jika kita akan bercerai,” ujar Reyka ketika Seokyung masih meneguk air dalam gelas. Seokyung dengan kasar meletakkan gelas di atas meja hingga pecah. Pecahan kaca menggores telapak tangan. Darah merembes di permukaan kulitnya. Reyka yang tersentak sedikit panik melihat Seokyung terluka. “Ternyata perkataan yang pernah kau ucapkan di depan Umar-Nim bukan candaan. Kau memang berniat untuk bercerai dariku setelah melahirkan. Apa kau ingin kembali pada Min Joon? Oya, aku lupa, kisah kalian masih belum selesai. Apa kalian akan melanjutkannya?” selidik Seokyung dengan nada mengejek.“Seokyung!” bentak Reyka. “Apa rasa cinta yang kutunjukkan padamu belum cukup dibandingkan dengan cintanya?!” tanya Seokyung kesal.“Aku dan Min Joo