Beberapa bulan kemudian hari-hari Lisa jadi terasa sunyi jika bukan karena kedua anaknya yang menyemangati maka Lisa sudah pasti akan melakukan sesuatu.
Karena Ari sikapnya semakin lama semakin tidak bersahabat, pasalnya ketika Lisa menceritakan tentang saudaranya Ari kini tidak berpihak lagi padanya dia malah jadi seperti malas dan kesal meladeni Lisa.Karena pernah suatu ketika kakaknya terlihat pilih kasih padanya dia seperti membedakan antara anaknya dengan anak adik perempuan nya, dia juga terlihat tidak suka dengan apa yang selalu Lisa lakukan.Lisa akhir-akhir ini memang seperti robot yang harus selalu membersihkan rumah dan tidak boleh terlihat santai padahal kakaknya memegang anaknya pun harus di mintai tolong jika diam saja maka dia tidak akan mau menggendongnya.Kadang Lisa kesal kakaknya itu menyuruh nya supaya rumah bersih tetapi tidak mau memegang Saga hanya untuk sekedar mengajak bermain tapi dirinya harus juga melakukan pekerjaan rSejak saat itu Lisa memutuskan untuk mencari pekerjaan sambil membawa Saga dan Laras jika ada yang bertanya dia selalu menjawab 'lagi jalan-jalan' karena di pagi hari dia pergi supaya tidak terkena panas dan pulang di siang hari baik dapat maupun tidak dapat."Ibu, kita mau kemana sih! dari tadi jalan terus Laras capek bu.. haus lagi!". keluh Laras karena sudah setengah jam mereka berjalan.Lisa melirik Laras di tatapnya anak itu dengan sendu, kasihan juga Laras lain kali dia tidak perlu mengajak Laras karena anak itu masih kecil juga. Lalu Lisa mengajak Laras untuk duduk kemudian mengambil sesuatu didalam tas."Maafin ibu yah! Laras haus ini ibu bawa persediaan minum". untunglah Lisa membawa air minum untuk jaga-jaga."Ini di minum nak!". Laras pun meminum airnya terasa lega karena tenggorokan nya jadi basah."Ini mah Laras udah ngga aus lagi". dengan riang nya Laras mengembalikan botol minumnya yang masih setengah."Terimakasih
Karena usaha Lisa untuk mencari pekerjaan tidak di bolehkan oleh suaminya lebih tepatnya sih ketauan alhasil Lisa tidak jadi bekerja kembali hanya berpangku tangan pada suaminya meminta sambil memelas seperti pengemis.Dan dia harus bertahan demi anak-anaknya, saat ini dia hanya bisa berdoa semoga ujian ini bisa dia lewati seperti ujian-ujian sebelumnya.Lisa sudah merasa tenang setelah tau penyebab rumah tangga nya rusak telah tiada namun kini menuai imbasnya pada keuangan nya yang benar-benar tidak stabil bahkan bisa dibilang lebih susah dari sebelumnya.Bahkan Ari yang sebelumnya sangat rajin beribadah dan berdoa kini malah jadi kembali ke awal yang jarang beribadah dan terlalu santai pada kehidupan sehari-hari.Jika kesempatan ini Ari sia-siakan maka Lisa berjanji tidak ada ampun bagi nya bahkan kini secara sembunyi-sembunyi Lisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dari hasil berjualan online di ponselnya, meski hasilnya tidak seberapa namu
Selesai makan Sarah mengajak Lisa dan Anak-anaknya ke tempat bermain tak jauh dari daerah situ, arena bermain yang sengaja di ciptakan untuk anak-anak yang ingin suasana baru. Itu juga mereka lakukan agar mereka bisa anteng bermain dan Sarah bisa tenang mengobrol dengan Lisa namun dengan tetap di awasi."Terimakasih ya Sarah dari dulu kamu memang selalu baik sama aku". ucap Lisa sendu, air mata hampir terjatuh."Sama-sama, kamu tidak perlu sungkan sama aku"."Tetap saja kita kan sudah lama tidak ketemu, masa iya baru bertemu sudah merepotkan kayak begini". ucap Lisa merasa tidak enak."Kamu ini, sudahlah tidak perlu di bahas. Sekarang aku mau tanya sama kamu. Apa ada yang bisa aku bantu?". tanya Sarah akhirnya karena Sarah bisa melihat raut wajah Lisa yang nampak tidak bahagia."Em.. Bantu apa? kamu pertanyaan nya aneh!". tukas Lisa menyangkal karena sebenarnya dia malu untuk menceritakan masalah rumah tangganya.Sarah menghela n
Setelah bertemu dengan Sarah, Lisa merasa ada kelegaan di hatinya mungkinkah ini jawaban dari setiap doanya kini hatinya sudah siap untuk meninggalkan Ari demi anak-anak dan kewarasan hatinya.Karena selama satu bulan ini keluarga Ari terutama saudara perempuan nya yang bernama Ijah itu semakin menjadi-jadi, apapun yang di lakukan Lisa selalu salah dan selalu di sindir-sindir, Lisa tidak boleh bersantai sedikit jika terlihat dirinya sedang memainkan ponsel saat Saga tertidur pasti saudaranya itu berkata."Hey Lisa anakmu sudah tidur, bukannya beres-beres rumah malah santai-santai". kata saudaranya itu dengan nada tidak suka."Iya mbak!". jawab Lisa pelan, kemudian langsung bergegas berbenah rumah sendiri.Padahal dirinya juga selalu bersih-bersih rumah akan tetapi tidak pernah di anggap dan apapun yang dilakukan Lisa tidak akan berpengaruh apapun meski dia sudah melakukan sendiri.Kadang Lisa heran di situ bukan hanya ada dirinya saja tet
Ari terbangun dari tidur nyenyak nya, dia masih belum sadar jika anak dan istrinya tidak ada lalu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan nya.Dia masih santai saja berbenah diri, dia pikir istri dan anaknya tidak ada itu mereka sedang keluar jadi dia tidak mempermasalahkan nya. Dia melihat di meja sarapan sudah tersedia kebetulan perutnya sudah keroncongan dia pun mengambil nasi yang sudah ada lauknya itu untuk di makan.Namun sesuatu terjatuh setelah dia mengangkat piring itu, dia sedikit penasaran lalu mengambil kertas itu yang ternyata berisi tulisan.Sebenarnya dia malas untuk membacanya namun ada tulisan besar yang membuatnya tertarik yaitu yang tertulis 'UNTUK MAS ARI' dia pun menaruh kembali piring nya dan lebih memilih untuk membaca tulisan itu.Ari segera membacanya.Assalamualaikum mas Ari.Setelah kamu baca surat ini mungkin aku sudah pergi jauh, maaf yah mas aku buktikan kata-kata ku untuk pergi meninggalka
"Mah, pah masih inget Lisa kan teman masa kecil aku dulu". ucap Sarah menjumpai Lisa dengan orang tuanya.Kebetulan orang tuanya sudah pulang sore hari itu namun baru bertemu malam hari karena mereka sedang beristirahat dahulu."Oh iya Lisa!". ibu Sarah menatap Lisa sambil berfikir."Iya ibu ingat, ini anak-anak mu?". ucap ibu Sarah saat sudah ingat."Iya Bu, ini anak-anak aku!" kata Lisa sambil mencium tangan ibu dan ayah Sarah."Ayo nak salim sama ibu dan bapak Tante Sarah" titah Lisa pada Laras."Iya mah!". lalu Laras menyalami ibu dan ayah Sarah juga."Wah kamu lucu sekali, siapa nama kamu nak?". ucap ibu Sarah mengelus pipi Laras."Aku Laras dan ini Ade aku Saga". kata Laras dengan utes nya yang membuat mereka tersenyum."Wah... Laras anak yang pintar yah dan Saga kamu tampan sekali". kata ibu Sarah gemas melihat kedua anak Lisa."Terimakasih Bu" ucap Lisa."Kalian sudah pada maka
Ke esokan harinya Lisa sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah saudara Sarah tempatnya untuk bekerja, dia di antar Sarah menuju ke rumah saudara nya itu. Lisa juga sudah pamit dengan orang tua Sarah pagi-pagi sekali karena mereka harus bekerja lagi dan tidak bisa mengantar. Lisa memakluminya dan juga tidak terlalu mengharapkan hal itu, sudah Sarah yang baik saja dia sangat bersyukur."Lis, kamu udah siap?". tanya Sarah."Insyaallah aku siap"!. jawab Lisa."Ya udah yuk kita berangkat". Lisa hanya mengangguk.Mereka pun pergi ke rumah Ilham yang memakan waktu hanya sekitar dua puluh menit."Nah! udah sampai". kata Sarah menghentikan mobilnya."Yuk turun". Sarah pun turun di ikuti Lisa, mereka masuk ke pekarangan rumah yang tidak terlalu luas namun tidak sempit juga, disekitarnya di hiasi dengan tanaman bunga yang indah-indah.Rumah saudaranya ini juga tidak besar hanya berdiri dua lantai dengan tiga kamar dua di
Hari pertama Lisa bekerja di rumah saudara Sarah yang bernama Maya di lalui dengan sukacita, majikannya ini sangat baik dan perhatian meski sibuk bekerja namun dia masih sempat menanyakan Laras dan juga Saga terkadang Maya pulang membawa oleh-oleh untuk kedua anak Lisa.Sampai saat ini Ilham belum juga menampakkan diri alias belum pulang dari pekerjaan nya, wajar saja jika Maya sangat kesepian baru menikah sudah di tinggal-tinggal bekerja, dan setelah kedatangan kami itu sangat membuatnya merasa ada teman.Tibalah saatnya hari dimana di kabarkan Ilham akan pulang, tentu saja Maya sangat senang dia meminta Lisa untuk menyiapkan makanan yang enak untuknya."Lisa hari ini suamiku akan pulang, aku minta bantuan kamu untuk memasak dengan menu spesial yah!".ucap Maya mengawali."Iya mbak, wah mbak pasti senang mendengarnya ". timpal Lisa."Tentu saja aku senang, aku selalu menantinya coba kamu pikir pasangan suami istri yang baru menikah tiga b
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set