#Part15
#Kenzo sakitSaat aku pulang dari job eventku, aku turun dari ojek dan bergegas masuk ke rumah, aku melihat Bu Yuni masih di rumahku wajahnya terlihat sangat cemas seperti habis menangis dia segera menghampiriku,
"Alhamdulillah neng, kamu cepat datang,"
"Ada apa bu Yuni? Ada apa dengan Kenzo?" tanyaku khawatir.
"Kenzo di dalam sama ayahnya, neng Alina, nanti ibu mau cerita sesuatu... eh, mm... tapi nanti saja, sekarang urus Kenzo dulu ya..." ucap Bu Yuni dengan sangat hati-hati. Aku sedikit heran, tapi aku segera mengiyakan dan bergegas ke kamar.
"Kenzo, mama datang nak..., kamu tidak apa-apa sayang?" Aku menghambur ke arah Kenzo yang sangat pucat dan berkeringat,
"Zo tadi muntah darah dek..."jawab Mas Hendra.
"Ya Allah, harusnya langsung dibawa ke rumah sakit Mas," ucapku pada Mas Hendra.
"Ke Rumah Sakit bagaimana, aku nggak punya uang sama sekali!" Mas Hendra tidak mau disalahkan.
"Nanti kan aku bisa langs
Part16 Pagi tadi dari rumah sakit aku memutuskan untuk menjual perhiasan pemberian ibuku, untuk bayar rumah sakit, alhamdulillah Kenzo sudah agak mendingan, mungkin besok atau lusa sudah bisa pulang. Setelah dari toko perhiasan aku lanjut bekerja part time kebetulan hari ini ada job survey data sebuah produk minuman, hari ini aku keliling toko-toko di sekitar pasar. Hari sudah mulai petang, aku kembali lagi ke Rumah sakit, takut Kenzo rewel mencariku. Dalam perjalanan aku menelepon Mas Hendra. "Halo, Mas dimana?" "Mas di rumah dek," jawab Mas Hendra. "Tadi mas habis kemana saja? Apa sudah mengusahakan sesuatu buat Kenzo Mas?" tanyaku pada Mas Hendra. "Aku dari tadi di rumah loh dek, ini siapa yang mengurus laundrymu." Aku terdiam, kupikir mas Hendra pergi mengusahakan sesuatu buat perawatan Kenzo, tapi ternyata tidak, tapi baiklah, ada benarnya mas Hendra di rumah mengurus usaha laundryku. Biar kupikirkan lagi caranya mendapatkan uang
#part17Alina sampai ke rumah. Ia masuk ke dalam dan didapatinya rumah yang sepi, tak ada Hendra di rumah.Bu Yuni, tetangga sebelah yang juga membantu sehari-hari usaha laundry melihat Alina datang kemudian menghampirinya.***"Neng," sapa Bu Yuni. Aku yang sedang sibuk menelepon melihat Bu Yuni datang segera berhenti dan menyimpan Handphoneku dalam tas."Iya Bu Yuni...""Bagaimana keadaan nak Kenzo?" tanya Bu Yuni."Agak mendingan Bu." Aku menahan untuk tidak menceritakan kondisi Kenzo secara detil."Syukurlah, Neng Alina ada apa pulang? Ambil sesuatu?""Oya, aku mencari Mas Hendra, Bu Yuni lihat?" aku bertanya pada bu Yuni."Loh, aku kira Hendra ke rumah sakit menjaga Kenzo, memang nggak ada?" tanya Bu Yuni yang malah heran.Aku menggeleng."Tadi pagi Hendra meminta uang hasil laundry lalu pergi jadi ibu kira ke rumah sakit," ujar Bu Yuni. Aku mengernyitkan dahi. Berfikir sedang dimana mas Hen
#part18#Malam Gathering*FLASHBACK OFF*Dering teleponku berbunyi, ada panggilan telepon dari Kiki. Nanti malam acara gathering PT Intona global, acara yang kami tunggu-tunggu dan sudah dipersiapkan sejak lama.Berhubung tidak ada orang di rumah, aku menitipkan Kenzo ke rumah Ibu. Alhamdulillah sejak keluar dari Rumah sakitPremiere Resort kondisi Kenzo bisa stabil dan kesehariannya pun sudah bisa beraktifitas dan bermain meski kami harus tetap rutin kontrol bulanan ke dokter. Sebenarnya malam ini aku agak berat juga meninggalkan Kenzo karena tadi ia agak demam, hanya saja tadi ibu meyakinkanku, dan juga tadi sudah aku beri obat penurun panas."Kenzo baik-baik ya di rumah, mamah berangkat kerja dulu," uacapku pamit kepada Kenzo seraya mengecup keningnya."Iya Mama, mama tenang saja kan ada nenek." Kenzo berkata seolah ia telah dewasa, terimakasih sayang kamu begitu pengerian sama mama.***PREMIERE RESORTAku m
#Part19#bertemulagi Ruangan pesta memang ditata dengan cahaya yang tidak terlalu terang saat pertunjukkan berlangsung karena lampu-lampu saat ini difokuskan di panggung hiburan. Seseorang berjalan masuk menuju ruangan dengan mantap dan penuh wibawa, kehadirannya mampu mencuri perhatian semua orang, termasuk aku. Pria itu mengenakan setelan tuxedo berwarna hitam, ah tidak, kulihat matanya bersinar merah, tajam. Sosok itu yang aku kenali, Hanya saja dengan sorot mata yang berbeda, yang aku tau, jika bersamaku sorot mata itu sangat jernih dan teduh... "Gawat! Kenapa aku harus bertemu dia lagi!" Pekikku dalam hati. Berdiri mematung, tungkaiku terasa lemas... "Naaa!!" Sebuah teriakan terdengar di Handy talkie, "Na! Lihat idola gue udah dateng!!" Kiki berteriak girang di handy talkie, "Itu Na, yang pake tuxedo hitam berjalan kemari!" Aku tidak memperdulikan suara Kiki di seberang sana. Pr
# Part20#Jangan Dekati Aku Aku berjalan cepat keluar aula menuju koridor samping, hendak mengatur suasana hati yang tidak beraturan. Aku bersandar pada dinding gedung..."Tuhan, biarkan aku bekerja dengan tenang."Kuambil nafas panjang kemudian berniat untuk kembali lagi ke acara."Alina..." suara dari seseorang yang aku kenal kini sudah di dekatku. Aduuh,, mengapa ia menyusulku kemari?!"Permisi tuan Aryo Satrio Widjaja, saya hendak kembali bekerja, jangan halangi jalanku, dan sebaiknya anda kembali duduk dan mengikuti rangkaian acara Tuan!" Kataku dengan nada sedikit keras,"Alina.., jangan seformal ini saat denganku..." Aryo berkata sambil melangkahkan kakinya maju mendekatiku."Stop! Berhenti disitu! Jangan dekat-dekat!" Ah, aku tau dia takkan berani macam-macam denganku tapi please... jangan dekati aku... Aryo berhenti demi mendengarku."Baik, aku... hanya ingin menanyakan kabarmu..."ta
Part21#menemuiivan#mencaripinjamanPagi hari setelah menyuapi Kenzo beberapa sendok bubur, Alina bersiap ke rumah Ivan mencari pinjaman. Kenzo dijaga oleh ibuku yang sudah datang ke rumah sakit."Ibu tolong jaga Kenzo ya Bu..." aku berkata pada ibuku memininta tolong agar menjaga Kenzo sekaligus ijin pamit keluar."Iya nduk, hati-hati ya.." jawab ibu."Nggih, Bu..." aku mencium tangan ibuku, lalu beralih mencium kening Kenzo."Kenzo doain mama ya sayang..." ucapku sambil mengelus kepalanya...****Sebelum ke rumah Ivan aku mampir dulu ke rumah Kiki. Oya, tentang asuransi, dulu saat aku masih bekerja, asuransiku sekeluarga ditanggung oleh perusahaan. Aku, sekeluarga dibiayai oleh perusahaan meski itu juga sebenarnya dipotong dari gajiku. Akan tetapi setelah aku resign tiga tahun lebih ini aku sudah tidak meneruskan lagi membayar asuransiku. Hmm, apa begini saja, mungkin aku akan mencari pinjaman untuk memenuhi tunggakan asurans
Part21_Saat terjatuh,_Adalah saat dimana kamu harus tauSeberapa tulus orang yang kan tetap berada di sampingmu,Mungkin bisa dihitung dengan jemari,Bandingkan dengan masa suksesmu duluSaat terjatuhAdalah saat dimana kamu harus tauBahwa bayangan saja kadang enggan mengikutimu!Seolah awan hitam menaungi kalbuSaat terjatuh, bahkan orang yang membantu dengan mudah bisa kau bedakanYang mana yang tulus dan mana yang bertopeng,"Ini tidak gratis,Tentu saja aku minta imbalan!"Duhai jiwa,Saat terjatuh harusnya kamu tau!Hanya Dia yang sangat menyayangimu!Betapa Dia rindukan hadirmu!_Masih ada Dia,,__Mengapa engkau lupa?!_****Hari sudah mulai petang, aku memutuskan kembali ke Rumah sakit, takut Kenzo rewel mencariku. Langkahku gontai... kembali mengingat Mas Hendra, sejujurnya walaupun dengan segala kesalahan-kesalahan yang dilakukannya aku akan kembal
Part23Pov AryoSetelah kejadian di Bandung keadaanku sudah mulai membaik sekarang. Namun sudah sekian purnama aku tak bertemu Alina. Sesekali aku hanya mendengar kabar dari Andi tentang kegiatan event Alina. Bahkan dia sekarang jarang sekali aktif di instagram kecuali kadang ia promosi tentang usaha laundrinya. Aku senang mendengarnya. Dia memang wanita yang selalu berinovasi dan tidak mudah menyerah apapun keadaannya.Jangan tanyakan padaku apakah aku merindukannya, tentu saja aku rindu! Namun aku tidak mau menjadi lelaki pengecut yang merebut wanita seenak nya saja. Bagaimanapun aku masih menghormati dia.Hanya saja aku sering berfikir, apakah alina juga merindukanku barang sebentar?Damn! Why i loveu alina !!!***Vera menyodorkan sebuah undangan gathering dan merajuk ingin datang bersamaku ke pesta itu. Tapi aku tak bergeming. Kubiarkan undangan itu tergeletak di atas meja kerjaku."Bos, diundang gala dinne
Part34Statusku sudah berubah?Hari demi hari setelahnya kulalui dengan sangat tersiksa, aku sering mengurung diri di kamar dan menangis. Untunglah ada ibuku yang mendampingiku dan menjaga Kenzo, juga Bu Yuni yang selalu membantuku, sebab apa saja yang kulakukan pasti aku sembari menangis mengingat Mas Hendra, tak habis pikir apa salah dan dosaku hingga ia lakukan semua ini. Aku yang mungkin tak pernah mengenal apa sebenarnya cinta itu, aku hanya merasakan sebuah rasa suka kepada seseorang saat masih kecil, selebihnya aku tidak tau bagaimana cinta itu, tiga tahun setelah tamat SMA aku dilamar oleh Mas Hendra, kulihat dia orang yang baik hingga aku menerima pinangannya. Kujalani hari yang penuh syukur dan bahagia bersamanya apalagi setelah hadir Kenzo buah hati kami, walaupun semua dalam kesederhanaan saja, aku tak pernah menuntut macam-macam darinya.Memang ujian rumah tangga berbeda-beda, ada ujian tentang anak, ada ujian tentang kesetiaan sedang rumah ta
Part 33"Dek, mas ingin bicara ini dari kemarin, cepat atau lambat mas akan ketahuan, mas sudah menyiapkan semua, maafkan aku dek..." Mas Hendra memeluk kakiku dan meraung lagi."Menyiapkan apa Mas?" tanyaku masih bingung."Perceraian kita! Aku tak ingin semakin membebanimu dek..." ucap Mas Hendra meninggi.Bagai petir menyambar ditengah hari. Apa? Perceraian? Aku tak mengerti jalan pikirnya.Aku terduduk di bibir ranjang. Membaca surat gugatan dari Mas Hendra, seperti tertusuk ribuan pedang dihatiku, sungguh aku tak sanggup."Mas, jangan gegabah, istighfar Mas! mengapa kau akan meninggalkanku saat kita harus berjuang demi Kenzo Mas! Aku takkan menandatangani surat itu!" Aku berteriak sambil menangis, kudengar Kenzo pun terbangun memanggilku mungkin gara-gara teriakanku."Aku bukan meninggalkanmu dek, aku justru membebaskanmu dari belengguku, seorang suami yang tak bisa bertanggung jawab dan tak bisa membahagiakanmu!""Ak
Part32*FLASHBACK ON*Tok...tok...tok...Aku yang sedang sibuk memilah pakaian laundry di belakang, menyuruh Bu Yuni untuk membuka pintu. Dengan tergopoh Bu Yuni datang, "Neng Alina ada empat orang lelaki bertampang sangar, nyari Hendra,Neng.""Apa Bu? Mas Hendra tadi kan di dalam." Aku mengernyitkan dahi lalu beranjak kedepan."Neng hati-hati, tampang mereka kayak preman serem gitu, ih ibu ngeri melihat mereka!" Ujar bu Yuni memperingatkanku dan aku mengangguk.Aku masuk ke kamar, kulihat Mas Hendra meringkuk ketakutan. "Mas, ada tamu siapa itu mencarimu," ucapku memanggil Mas Hendra."Ssstttss.... kamu saja yang temui mereka, bilang saja aku nggak ada!" Mas Hendra menyuruhku untuk segera pergi menemui tamu-tamu itu, awalnya aku heran tapi Mas Hendra bahkan sampai mendorongku untuk segera keluar, baiklah aku akan bicara dengan Mas Hendra nanti.Aku ke depan, terdapat empat orang berperawakan tinggi besar dan bertato, ben
#part31#Perjanjian Pernikahan Vera"Jadi itu yang namanya Alina, perempuan yang selalu bertahta di hati Aryo hingga cara apapun yang kulakukan tak sanggup untuk membuat Aryo jatuh cinta kepadaku?" Vera membatin, ia menatap sepasang kekasih dari kaca jendela di dalam mobil."Apa aku perlu turun? Siapa yang harus kuhajar? Aryo atau perempuan itu?" Tawar Radit kepada Vera, yang sedang menatap sepasang manusia penuh drama cinta.Vera mendengkus, mengambil nafas sejenak."Hey, santai saja Radit, tidak perlu kau lakukan itu, hanya buang waktu dan tenagamu, aku tidak apa-apa, sungguh!"Vera berkata demikian sambil terus menatap perempuan itu, Alina, dalam batin Vera mengiyakan, bahwa Alina bukan sekedar cantik secara fisik, tapi memiliki aura layaknya dewi yang memikat.Radit cemas melihat Vera, ia yang selama ini mengerti perasaan Vera. Awalnya hanya timbul rasa kasihan terhadap Vera, istri yang tak dianggap, lama-lama Radit benar-benar jatuh ci
Part30#akuinginmenjagamuKita tertawa dan berlari bersama, saat kulihat ada dua buah mobil box yang parkir berjejer kutarik Alina untuk bersembunyi diantara ke dua mobil itu, di celahnya yang sempit."Hahaha... parah kamu Mas, makanya jangan asal peluk!" Alina masih tertawa puas meledekku, sumpah aku jadi malu, mau modus salah fokus!"Ssttsss jangan keras-keras!" Aku berkata demikian saat kulihat lelaki berpakaian mini itu berlari melintasi kami. Kami masih menahan tawa dan terengah-engah setelah berlari tadi."Lihat ini ice cream kita jatuh tadi baru makan sedikit." Omelnya lagi, aku memperhatikan wajahnya yang ayu dari dekat."Masih ada ice creamnya." Ucapku padanya."Mana? Abang tukang ice creamnya sudah pulang tadi!""Ini..." Aku mendekatkan wajah ke arahnya, di sudut bibirnya. Kulihat matanya membulat menatapku."Tidak!" Alina mencegahku dengan tangannya mendorong dadaku."Ingat janjimu Mas k
Part 29 Kulihat Alina terlihat bosan dan hanya mengaduk-aduk spaghettinya. "Hey, makanlah..." ucapku melihat tingkahnya yang hanya memainkan garpu. "Hmm..."jawabnya singkat. "Jangan ditekuk begitu wajahmu, bukankah tadi kau bilang terserah saat tadi aku menyuruhmu pesan makanan! Makanlah, kau tak lapar seharian?" Aku mulai meradang. "Aku sangat lapar...tapi..." "Tapi apa?" "Maaf, bukan aku tak menghargai apa yang kamu siapkan, hanya saja aku sedang ingin makan jagung bakar!" "Jagung bakar?! Dimana?" Aku bertanya heran, dimana aku harus memenuhi permintaannya, disini tak ada menu untuk jagung bakar. "Iya, jagung bakar di pinggir jalan sekitar alun-alun kota, sambil makan ice cream juga," ucap Alina dengan mata yang berbinar. "Ice cream? Memang ada jam segini? Aku belikan saja di mini market yang 24 jam nanti kita cari!" Meskipun permintaannya agak aneh tapi aku ingin agar bisa memenuhinya, supaya dia mau
Part28"Satu malam bersamaku! Itu syaratnya!" ucapku datar saat Alina bertanya apa syarat yang ku ajukan."Ap-apah?!" Wajah Alina terlihat kaget dan sangat tegang, hahaha rasanya aku ingin tertawa kencang melihat raut muka yang menggemaskan itu namun kutahan, aku masih mencoba datar dengan wajah dinginku."A-aku ti-tidak bisa! Maaf, aku..." ia terbata lagi dan menunduk, bisa kurasakan semangat yang tadi hadir luruh kembali."Aku tidak seperti yang kau kira Tuan Aryo Widjaja! Kau salah menilaiku!" Alina berkata demikian kemudian berbalik arah hendak pergi meninggalkanku, aku buru-buru menarik tangannya."Hey, kamu mikir apa sih?! Jangan berpikiran kotor!" Kataku seraya mengacak pucuk rambutnya."Hmm, lalu apa?" Alina mendelik sebal ke arahku."Ya, temani aku satu malam, dan kau harus menuruti semua perkataanku!" Ulangku. Ia terdiam, kemudian bicara lagi,"Kalimatmu itu adalah pisau yang tajam bagiku! Apa maksudmu harus men
#part45Pov AryoAku mengendarai mobil dengan kencang, suasana gelap, hujan deras diselingi petir yang menyambar.Ku harap Alina baik-baik saja.Ciiiiiiiiiitttttt..........Suara mobil mengerem mendadak,Saking terburu-buru saat hendak sampai rumah aku hampir saja menabrak seseorang,Alina!!aku turun dari mobil,Oh God...Hampir saja,******Tok...tok...tok...Seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku,"Masuk," perintahku."Permisi tuan," Bi Rusti menampakkan diri,"Hmm...," aku berdiri menghadap keluar jendela, hujan mulai reda,
Part26Pov AlinaAku terduduk lemas di samping gedung rumah sakit, setelah tadi mendengar penuturan dokter bahwa sebaiknya operasi Kenzo segera dilaksanakan. Uang darimana?? Aku belum berhasil mendapatkannya, bahkan uang di atmku pun sudah berkurang untuk menebus obat-obatan khusus.Dibawah langit yang mendung, Alina hanya bisa meratapi nasibnya, apakah ia harus pasrah dan menyerah begitu saja? Pasrah akan nasib kenzo anak kesayangannya selanjutnya?"Tuhan!! Katakan Apa yang harus aku lakukan?!!"Tangis sudah tertumpah, bahkan otakpun rasanya mau pecah,Apa yang harus dilakukan...Aryo...Tiba-tiba ia ingat akan Aryo, Aryo yang mungkin bisa menolongnya, mungkin jalan satu-satunya.Ya, minta bantuan ke Aryo, tapi dengan jaminan apa??Tidak ada waktu lagi, Alina mengambil gawai lalu menghubungi seseorang."Halo, Ndi...ini aku... Alina..."Dengan suara parau Alina menghubun