Juanita menggerakkan bibirnya dengan pelan, dalam hatinya ingin sekali membangunkan Tommy dan menunjukkan dirinya. Selain itu, dia juga ingin menanyakan dengan jelas kepada Tommy. Namun pada akhirnya, Juanita menahan keinginan ini dalam hatinya. Dia tahu bahwa dia tidak boleh berbuat seperti itu. Dia tidak boleh muncul di hadapan Tommy sekarang.Mungkin ini adalah hasil terbaik bagi mereka berdua. Juanita menundukkan kepalanya, tangannya terkepal erat tanpa sadar. Mengingat akan membawa pergi Jingga kali ini, mungkin Juanita tidak akan punya kesempatan untuk bertemu lagi dengan Tommy. Hati Juanita terasa perih memikirkan hal ini.Entah seberapa besar usaha yang dibuatnya untuk merelakan Tommy. Setelah beberapa saat, Juanita akhirnya berjongkok dan hendak membawa pergi Jingga dari pelukan Tommy. Baru saja tangannya menyentuh Jingga, Tommy tiba-tiba berbalik. Juanita kaget hingga melepaskan tangannya.Juanita tadinya hanya ingin mencoba, tapi ternyata Jingga masuk ke pelukan Tommy dengan
Orang itu sepertinya sudah menduga akan reaksi Ruben, tetapi tidak memperlihatkannya. Dia hanya berkata dengan nada datar, "Tuan, sebenarnya kami nggak harus bekerja sama dengan kalian. Aku juga nggak ingin menyulitkanmu. Lupakan saja kalau kalian nggak mau."Perkataan ini terdengar sangat santai. Namun, Ruben tahu mereka yakin dirinya tidak akan setuju, jadi memutuskan untuk mengakhiri kerja sama.Ruben tahu obrolan ini tidak bisa dilanjutkan lagi. Dia langsung mengakhiri panggilan tanpa rasa ragu sedikit pun. Kemudian, dia yang murka pun menggebrak meja dan memaki, "Berengsek! Mereka malah minta keuntungan besar di saat-saat genting seperti ini! Entah apa yang mereka pikirkan!"Proyek ini sangat penting bagi perusahaan, sampai-sampai asistennya sangat sibuk belakangan ini. Itu sebabnya, si asisten tidak bisa menahan diri untuk membujuk, "Bos, sebenarnya kita bisa saja terima permintaan mereka. Paling-paling, keuntungan kita akan berkurang sekitar 20%."Setelah mengatakan itu, si asis
Ketika mendengar suara, Tommy mengira Jacky sudah kembali. Ketika hendak bertanya, dia malah mendapati bahwa yang datang adalah Tanya. Dalam sekejap, ekspresi Tommy menjadi dingin.Sejak awal, Tommy memang tidak menyukai Tanya. Setelah mengetahui wanita ini berkaitan dengan hilangnya Juanita dan Jingga, kebencian dalam hatinya pun menjadi makin dalam."Tommy," sapa Tanya yang berpura-pura tidak melihat ekspresi dingin Tommy. Dia berjalan mendekat dengan memegang sup di tangannya. "Sup ini kumasak untukmu. Kamu pasti lelah bekerja, minumlah sedikit, mumpung masih panas."Sambil berbicara, Tanya sengaja menggoyangkan tangannya di hadapan Tommy, berharap pria ini bisa melihat plester pada lukanya.Hari ini, Tanya tidak sengaja menggores tangannya saat memotong sayur. Namun, demi Tommy, tidak masalah kalau dia harus terluka sedikit.Suasana hati Tanya sangat baik sekarang, tetapi Tommy tidak ingin menghiraukannya. Dia menimpali dengan agak cuek, "Nggak usah, kamu bawa pulang saja.""Mana b
"Kak, menurutmu, Tommy bakal datang nggak?" Tebersit kegelisahan di wajah Tanya. Kekhawatiran benar-benar meliputi hatinya.Tanya benar-benar takut Tommy tidak datang. Dia telah memberi tahu Tommy tentang jadwal sore ini. Kalau pria ini tidak datang, bagaimana dia harus menjelaskan kepada orang tuanya?Serafina tidak bersikap seramah dulu lagi setelah mengetahui tindakan Tanya. Itu sebabnya, sikapnya terlihat sangat dingin.Namun, Tanya terlalu mencemaskan kedatangan Tommy sehingga tidak memperhatikan keanehan ini.Setelah mengetahui sifat asli Tanya, Serafina sebenarnya tidak ingin menemaninya. Namun, wanita ini terus memohon, ditambah lagi Jordy dan Soraya yang memaksanya. Pada akhirnya, Serafina pun tidak punya pilihan lain."Entahlah," jawab Serafina dengan agak cuek. Melihat Serafina bukan hanya tidak menenangkannya, tetapi juga memberinya jawaban yang mengecewakan, Tanya pun merasa agak sedih.Tanya mengeluarkan ponselnya, merasa ragu untuk menelepon Tommy. Dia takut pria ini aka
Seorang staf melihat Juanita yang memandang ke dalam. Dia segera berjalan ke luar, lalu bertanya sembari tersenyum, "Nona, mau lihat-lihat gaun pengantin? Banyak model baru yang masuk lho!"Juanita terperangah mendengarnya. Saat ini, Tommy dan Tanya yang berada di dalam juga mendengar suara di luar. Tommy adalah orang pertama yang menoleh untuk melihat.Begitu melihat Juanita, ekspresi Tommy sontak berubah. Dia tanpa sadar bergeser untuk menghalangi pandangan Tanya.Tommy tidak menyangka Juanita akan muncul di butik ini. Orang yang sudah lama dirindukannya tiba-tiba muncul. Hal ini membuat Tommy ingin sekali menyerbu ke luar untuk memeluknya, tetapi dia mau tak mau mengendalikan dorongan dalam hatinya ini karena Tanya ada di sini.Tanya yang melirik pun melihat sekilas sosok Juanita. Namun, dia tidak melihat dengan jelas dan hanya merasa sosok itu agak familier.Tanya ingin melihatnya sehingga menjulurkan kepalanya lagi. Akan tetapi, Tommy terus bergeser dan bersuara untuk mengalihkan
Tommy belum sampai perusahaan, tetapi sudah ditelepon oleh manajer butik. "Kenapa?" tanyanya sambil bersandar dengan culas."Tuan, sesuai dugaanmu, Nona Tanya benar-benar meminta melihat CCTV," jawab manajer butik itu.Tommy menyunggingkan senyuman, lalu bertanya, "Semuanya aman, 'kan?""Tenang saja, Tuan. Begitu kamu mencariku, aku langsung menyuruh orang mengeditnya. Tentu saja nggak ketahuan," balas manajer itu sambil tersenyum menyanjung.Tommy mengangguk dengan puas. Dia berucap, "Bagus, kamu lanjutkan pekerjaanmu. Aku pasti akan membalas kebaikanmu ini nanti."Manajer itu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Tuan, nggak perlu sesungkan ini. Sudah seharusnya aku membantumu."Tanpa mengatakan apa pun, Tommy langsung mengakhiri panggilannya. Ekspresinya seketika menjadi suram. Sepertinya, Tanya ini tidak mudah untuk dihadapi. Pantas saja, Juanita berkali-kali dijebak oleh orang. Wanita sepolos Juanita mana mungkin bisa melawan Tanya.Barusan, Tommy telah mengambil tindakan pencegahan.
"Ya, ya, aku bersumpah. Kalau aku memberi tahu Tommy, aku akan menjadi impoten. Sudah puas?" tanya Yosef sembari menatap Juanita.Kalau tidak sedang kesakitan, Juanita pasti akan merasa lucu mendengarnya. Namun, di situasi seperti ini, dia benar-benar tidak bisa tertawa. Juanita hanya menggigit bibirnya sambil berkata dengan serius, "Terima kasih."Yosef merasa agak malu melihat Juanita yang mengucapkan terima kasih dengan begitu tulus. Benar-benar bodoh, Tommy jelas-jelas sudah tahu semuanya. Dia tidak perlu menutupi apa pun dari pria ini.Yosef merasa lega melihat Juanita yang sudah lebih tenang. Namun, begitu teringat pada sumpahnya barusan, dia seketika merasa sangat getir. Entah dosa apa yang telah diperbuatnya sampai terlibat hal seperti ini.Sesudah melakukan pemeriksaan, Yosef pun menghela napas lega. Kondisi Juanita tidak separah yang dibayangkannya. Bagaimanapun, Tommy terdengar sangat panik saat meneleponnya barusan. Juanita baik-baik saja.Juanita yang berbaring di ranjang
Mendengar ini, terlihat keraguan pada ekspresi Harfi. Dia memang mengkhawatirkan Juanita, tetapi pekerjaannya sangat banyak belakangan ini. Memang agak repot baginya kalau harus datang ke rumah sakit setiap hari."Tapi, Kak ...." Harfi menggaruk kepalanya, tidak langsung menyetujui perkataan Juanita.Juanita tentu tahu bahwa Harfi agak sibuk belakangan ini. Itu sebabnya, dia menasihati, "Kamu sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku benar-benar nggak enak hati kalau kamu terus datang.""Baiklah, untuk sementara waktu ini, aku nggak akan datang setiap hari. Tapi, kalau ada masalah, kamu harus menghubungiku," ujar Harfi sambil menatap Juanita dengan serius.Harfi khawatir Juanita tidak ingin dirinya cemas sehingga menutupi semuanya darinya. Mendengar ini, Juanita segera mengangguk dan mengiakan....."Telepon saja aku kalau ada masalah. Aku sudah menyewa perawat untukmu. Kamu cukup beristirahat dengan baik. Nah, kubelikan makanan karena takut kamu nggak cocok dengan makanan rumah sakit," ucap Y