Share

Jejak yang hilang

Penulis: Reinz Jr
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 12:44:41

Sepulang bertemu dengan Antonio, Eliza yang diliputi rasa rindu pada Kelvin sengaja mengarahkan mobilnya ke taman kanak-kanak, tempat Kelvin berada.

Sesampainya di taman kanak-kanak, Eliza melihat Kelvin duduk di depan gerbang, tampak seperti sedang menunggu seseorang. Dengan hati yang berdebar, Eliza keluar dari mobil dan memanggil namanya.

"Kelvin!" Panggil Eliza.

Kelvin menoleh, tersenyum lebar lalu berdiri dan berlari menghampiri Eliza.

"Ibu!"

"Sayang, apa kabarmu?" tanya Eliza.

"Ibu, aku merindukanmu," jawab Kelvin.

Eliza memeluk Kelvin erat, membelai rambutnya yang lembut dengan penuh kasih. Hatinya terasa hangat sekaligus pilu mendengar jawaban polos dari putranya.

"Sudah lama kau menunggu di sini?" tanya Eliza lembut, menatap wajah mungil Kelvin yang penuh harap.

Kelvin mengangguk pelan. "Iya, Bu. Guru bilang Papa bilang akan datang, tapi aku tunggu lama sekali, Papa nggak datang-datang."

Eliza menahan amarahnya. Ia tahu Renzo peduli dan sayang, tapi meninggalkan anak kecil se
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Aku istrimu

    Menjauh dari putraku!" teriak Renzo dengan suara menggelegar saat ia baru saja tiba bersama Isabel, melihat Eliza tengah menyuapi Kelvin di meja makan.Buk!Renzo mendorong tubuh Eliza hingga punggungnya menghantam dinding dengan keras. Piring yang dipegang Eliza jatuh ke lantai, makanan berserakan, dan Kelvin langsung menjerit histeris."Ibu!" Kelvin berlari ke arah Elizayang terjatuh, namun Isabel dengan cepat menangkap tangannya dan memeluknya erat, menahan bocah itu agar tidak mendekati Eliza."Tante, lepaskan aku!" Kelvin memberontak sambil menangis keras. "Aku mau ibu! Aku mau ibu!"Isabel mencengkeram lengan kecil Kelvin lebih kuat. "Diam, Kelvin! Dia bukan ibumu!" bentaknya kasar.Sementara itu, Renzo yang wajahnya sudah memerah karena amarah berjalan mendekati Eliza yang masih berusaha bangkit. Saat mendengarKelvin memanggil Eliza "ibu," amarahnya semakin membuncah."Berdiri!" Renzo menarik kerah baju Eliza, memaksa wanita itu berdiri meskipun tubuhnya terlihat lemah. "Kau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Aku cinta kamu

    Eliza pulang ke rumah larut malam. Wajahnya terlihat lelah, namun pikirannya masih penuh dengan kejadian yang baru saja ia alami. Langkahnya terhenti di ruang tamu. Di sana, Diego duduk di kursi dengan keadaan mabuk berat, sebotol minuman kosong tergeletak di meja di depannya.“Eliza...” suara Diego terdengar serak, matanya memandang Eliza dengan pandangan kabur. “Kau berubah... Kau bukan lagi Eliza yang dulu...” Diego tertawa kecil, tapi nadanya dipenuhi kegetiran. “Tapi entah kenapa, aku semakin mencintaimu sekarang. Aku takut kehilanganmu... Maafkan aku, Eliza... Maafkan semua kesalahanku dulu...”Eliza menatap Diego tanpa ekspresi. Kata-kata itu, meskipun menyentuh, terasa kosong baginya. Sebelum dia sempat berkata apa-apa, Yoona yang berdiri di samping Diego melangkah cepat ke arahnya.Yoona menuding wajah Eliza dengan mata penuh kemarahan. “Ini semua gara-gara kau, Eliza!” suaranya melengking, penuh tuduhan.Eliza tetap diam, matanya tenang menatap Yoona yang semakin emosional.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Mungkin

    Baru saja Eliza membuka mata, lalu bangun dan duduk di atas ranjang, melihat Diego sudah menyiapkan sarapan untuknya, senyuman manis menghiasi wajah Diego."Ada apa ini?" tanya Eliza, suaranya penuh kewaspadaan.Diego mendekat, duduk di tepi ranjang, lalu menggenggam kedua tangan Eliza dengan erat. "Sebagai permintaan maafku," ucapnya pelan. "Maukah kau memaafkanku?"Eliza menarik tangannya perlahan dan turun dari ranjang. Ia berdiri dengan jarak yang cukup, merasa tidak nyaman dengan sikap Diego yang tiba-tiba lembut."Masalahnya bukan sekadar maaf, Diego," jawab Eliza, suaranya tegas namun terdengar berat."Lalu apa?" tanya Diego, ikut berdiri, mendekatinya dengan tatapan serius.Eliza terdiam cukup lama. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan dan isi kepalanya. Ia tahu, untuk menerimanya sebagai letnan Quenza sulit untuk di terima orang lain, bahkan dirinya sendiri."Soal Quenza? Renzo? Kelvin?" tanya Diego dengan suara yang lebih rendah.Eliza terkejut. Ia mendongak, menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Jangan hilang harapan

    Renzo menatap dokter dengan raut wajah bingung. Eliza bukanlah ibu-Kelvin. Bahkan dokter, menyarankan untuk membawa Eliza, agar Kelvin sembuh. Eliza, nama itu yang selalu mengganggu hidupnya dan Kelvin."Eliza...," gumam Renzo pelan. "Dia bukan ibunya, Dok. Kelvin hanya salah paham."Dokter menggeleng perlahan, menatap Renzo dengan tatapan tegas. "Mungkin kau bisa meyakinkan dirimu sendiri dengan mengatakan itu. Tapi Kelvin berbeda. Anak sekecil itu tahu siapa yang membuatnya merasa aman dan dicintai. Sekarang, tugasmu adalah memastikan dia tidak kehilangan harapan."Renzo menghela napas panjang, pandangannya terarah pada Kelvin yang terbaring lemah di ranjang periksa. Tubuh kecil itu tampak rapuh, dan setiap kali Kelvin memanggil nama Eliza dalam tidurnya, hati Renzo terasa semakin hancur."Aku hanya ingin dia bahagia," bisik Renzo lebih kepada dirinya sendiri."Kalau begitu, temui Eliza," ujar dokter lugas. "Kalau benar dia punya pengaruh sebesar itu terhadap Kelvin, mungkin dia ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Ancaman

    Eliza membungkuk untuk memeluk Kelvin yang melompat ke arahnya dengan senyuman lebar di wajahnya."Ibu!" seru Kelvin dengan suara penuh kebahagiaan, memeluk Eliza seolah takut kehilangan lagi.Eliza membalas pelukan itu dengan lembut, matanya berkaca-kaca melihat Kelvin yang terlihat begitu lemah namun tetap penuh cinta. "Ibu di sini, sayang," bisiknya, menenangkan Kelvin.Renzo berdiri di sudut ruangan, memperhatikan dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Ia merasa bingung sekaligus terkejut. Bagaimana bisa Kelvin menganggap Eliza sebagai ibunya?"Kelvin... kenapa kau..." Renzo menghentikan ucapannya, merasa kehilangan kata-kata. Melihat kedekatan Kelvin dan Eliza layaknya anak dan ibu. Isabel yang berdiri tak jauh dari mereka, menatap penuh kebencian pada Eliza dan Kelvin. Otaknya di penuhi cara licik untuk menyingkirkan Eliza secepatnya."Renzo, ini tidak masuk akal," gumam Isabel dengan nada berbisik, cukup keras agar hanya didengar suaminya. "Kita tidak tahu apa yang perem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Ikatan batin

    Dalam waktu singkat, kehadiran Eliza membawa perubahan besar dalam hidup Kelvin. Anak itu sudah mulai tertawa ceria, kebahagiaannya yang telah lama hilang, kini kembali. Seperti saat dimana Letnan Quenza masih ada di sisinya Kedekatan antara Eliza dan Kelvin tumbuh begitu cepat. Mereka berbagi tawa, cerita, dan momen hangat layaknya ibu dan anak. Kelvi tak ragu memanggil Eliza dengan sebutan "ibu," membuat hati Renzo tersentuh sekaligus kebingunganSementara Isabel menyaksikan semua itu dengan penuh kebencian. Hatinya diliputi kecemburuan yang mendalam setiap kali melihat Kelvin bersandar pada Eliza atau tertawa bersamanya. Baginya, Eliza adalah ancaman nyata, bukan hanya bagi posisinya di keluarga tetapi juga atas kontrol yang selama ini ia coba pertahankan.Isabel menggenggam tangannya erat, berjanji dalam hati untuk tidak membiarkan Eliza mengambil tempat dalam kehidupan Kelvin dan Renzo. Di balik senyum manis yang ia tampilkan, Isabel menyusun rencana licik untuk menyingkirkan E

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Drama penculikan

    Keesokan paginya, suasana rumah masih sunyi ketika Renzo bersiap berangkat. Kelvin masih terlelap, dan Isabel belum menampakkan diri. Renzo menemui Eliza di ruang tamu, di mana ia tampak sedang menikmati secangkir kopi sambil menatap ke luar jendela.Tanpa banyak basa-basi, Renzo berkata, "Aku harus pergi sekarang. Aku tak ingin Kelvin tahu aku pergi tanpa pamit."Eliza berbalik dan menyodorkan sesuatu ke arah Renzo. "Ini, kunci mobilmu," katanya dengan nada datar.Renzo tertegun sejenak, menatap kunci yang berada di tangan Eliza. Pikirannya melayang—bagaimana mungkin Eliza tahu dia sedang mencari kunci mobilnya? Sebelum ia sempat bertanya, logika cepatnya menepis hal itu sebagai kebetulan semata. "Mungkin dia melihatku mencari tadi malam," pikirnya.Renzo mengambil kunci itu dari tangan Eliza dengan sedikit ragu. "Terima kasih," ujarnya, meski nada bicaranya terdengar agak kaku. Ia melirik wajah Eliza, mencoba membaca maksud di balik sikapnya, tapi seperti biasa, Eliza sulit ditebak.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Siapkan uang tebusan

    Eliza berlari dengan napas tersengal-sengal, kakinya terus melangkah mengejar mobil yang semakin jauh. Namun, usahanya sia-sia. Mobil itu sudah lenyap di tikungan, meninggalkan Eliza berdiri di tengah jalan dengan perasaan putus asa.Langkahnya terhenti, dan ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Saat berjalan perlahan, mencoba merangkai rencana untuk mencari Kelvin, ponselnya tiba-tiba berdering. Suara nada panggil yang tajam membuat jantungnya berdegup lebih cepat.Dengan tangan gemetar, Eliza mengambil ponsel dari sakunya dan menjawab panggilan itu."Halo?" suaranya terdengar serak, penuh ketegangan.Dari seberang telepon terdengar suara laki-laki yang dingin dan mengancam."Jika kau ingin anak itu tetap hidup, jangan bertindak bodoh.""Siapa kau?! Apa yang kau lakukan pada Kelvin?!" seru Eliza panik, matanya mulai berkaca-kaca."Tenang, wanita. Kelvin ada bersama kami, dan dia masih hidup—untuk saat ini. Tapi, itu tergantung pada dirimu," suara pria itu terdengar santai, namun meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Akhir segalanya.

    Eliza berdiri mematung di bawah langit senja, warna keemasan menyelimuti halaman rumah Renzo. Karangan bunga memenuhi halaman rumah Renzo. membawa aroma kesedihan yang bercampur dengan rasa hormat. Senyum tipis menghiasi bibirnya, tapi matanya memancarkan kesedihan yang sulit disembunyikan."Kau senang? Ini yang kau inginkan?" tanya Diego, suaranya datar, namun sorot matanya penuh tanya.Eliza menoleh perlahan, menatap Diego. Untuk sesaat, tak ada jawaban yang terucap. Kata-kata terasa seperti beban yang sulit diungkapkan. Benarkah ini yang ia inginkan? Dia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dia harapkan selama ini."Aku tidak tahu, Diego," jawab Eliza akhirnya, suaranya lirih. "Aku hanya menjalani apa yang ada di hadapanku. Takdir ini... bukan pilihanku."Diego menghela napas, matanya menatap jauh ke arah bunga-bunga itu, seolah mencoba membaca makna yang tersembunyi di baliknya. "Takdir memang bukan pilihan, El. Tapi apa yang kau lakukan setelahnya, yang akan menentukan segalanya

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Berkumpul lagi

    Di tengah keheningan mencekam, hanya terdengar suara sirene mobil polisi dan percakapan samar melalui radio petugas. Asap tebal membubung dari reruntuhan gedung, menyelimuti area dengan aura suram dan menyesakkan.Diego dan Renzo terduduk lemas di tanah, wajah mereka memancarkan keputusasaan yang mendalam. Namun, di tengah keputusasaan itu, mereka menangkap gerakan kecil di rerumputan yang bergoyang tak jauh dari mereka."Apa itu?" Renzo bergumam, matanya penuh harapan bercampur rasa tak percaya.Tiba-tiba, sebuah penutup logam perlahan terangkat dari bawah tanah. Asap mengepul keluar dari dalam, dan detik berikutnya, kepala Eliza menyembul keluar, wajahnya berlumur darah dan debu, matanya penuh tekad meski lelah."Eliza!"Diego dan Renzo berteriak serempak, seruan mereka memecah keheningan. Dengan cepat, mereka berlari ke arahnya, tak peduli dengan luka di tubuh mereka.Mereka membantu Eliza keluar dari pintu bawah tanah. Eliza terbatuk-batuk, tubuhnya limbung, tetapi senyumnya tipis

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Akhir sebuah dendam

    "Ibu!" teriak Kelvin, suaranya penuh kebahagiaan dan kelegaan."Mama!" seru Miko, matanya bersinar cerah meskipun situasi masih mencekam.Eliza menatap kedua anaknya dengan lembut. "Kalian baik-baik saja?" tanyanya, khawatir.Keduanya mengangguk dengan senyum kecil, meskipun masih tampak cemas."Kita harus pergi dari sini!" kata Diego tegas, wajahnya serius."Victor sudah memasang bom di gedung ini!" Sela Renzo.Kekhawatiran langsung melintas di mata Eliza. Waktu mereka sangat terbatas. "Kalian bawa anak-anak!" perintah Eliza, sambil menyentuh bahu Diego. "Aku akan melindungi kalian. Cepat!"Diego tanpa ragu menggendong Miko, dan Renzo segera menggendong Kelvin. Dengan langkah cepat dan hati-hati, mereka berlari keluar dari ruangan, menuju pintu utama. Eliza tetap berada di belakang, memastikan mereka aman, sembari mempersiapkan diri untuk menghadapi apapun yang ada di depan. Tembakan terdengar di kejauhan, namun Eliza hanya fokus pada satu tujuan, melindungi keluarganya dan memastika

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Damon

    Damon tersenyum tipis, lalu mengangkat tangannya memberi isyarat kepada pria berjas hitam di belakangnya. Tanpa sepatah kata pun, pria itu berjalan ke meja dan menekan tombol yang memulai proses di layar monitor. Monitor besar itu menyala, menampilkan berbagai gambar dan data yang berpindah dengan cepat."Lihatlah," kata Damon, suara rendah namun penuh ketenangan. Dia memperhatikan ekspresi Eliza yang berubah saat layar memperlihatkan rekaman markas yang meledak, diikuti dengan gambaran tubuh Letnan Quenza yang terluka parah, tergeletak tanpa nyawa. Namun, di detik-detik terakhir, seorang pria bertubuh kekar, salah satu anak buah Damon, muncul membawa tubuh Letnan Quenza yang sekarat ke rumah sakit terdekat. Proses transfer memori yang menegangkan terlihat jelas di layar, alat-alat medis canggih digunakan untuk memindahkan semua ingatan Quenza ke tubuh Eliza yang telah dinyatakan mati."Tidak mungkin!" teriak Eliza, wajahnya berubah kaget dan marah. Dengan cepat, ia mengangkat senjata

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Teroris

    Sesampainya di pusat kota, Eliza dengan cekatan menyembunyikan senjatanya di balik jaket panjang yang ia kenakan. Diego dan Renzo melakukan hal yang sama, memastikan tak ada yang mencurigai mereka.Mereka melangkah keluar dari mobil yang diparkir di sudut jalan, tubuh mereka sudah bersih dari luka-luka yang sempat mereka rawat seadanya. Hiruk-pikuk kota menyambut mereka, dengan keramaian manusia yang memadati jalan untuk merayakan hari kemerdekaan Mazatlán.Karnaval Mazatlán berlangsung meriah. Jalanan penuh dengan parade warna-warni, musik tradisional mengalun keras, dan sorak-sorai warga menambah semarak suasana. Polisi tampak berjaga di setiap sudut kota, mengawasi kerumunan dengan ketat.Eliza mengedarkan pandangannya dengan hati-hati. Matanya menelusuri setiap wajah di kerumunan, setiap gerakan yang terasa sedikit janggal. Renzo dan Diego berjalan di belakangnya, sikap mereka sama waspadanya.Namun, suasana meriah itu berubah dalam sekejap.DUAR!Sebuah ledakan keras mengguncang

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Ide gila Diego

    Mobil melaju dengan kecepatan maksimal membuat jalanan sepi di depan terasa semakin sempit. Diego mengepalkan tangan di setir, matanya fokus ke mobil musuh yang melaju dari arah berlawanan."Aku akan adu banteng dengan mereka!" serunya."Diego, kau gila! Kita bisa mati!" Renzo berteriak, suaranya penuh kepanikan. la memegang dashboard dengan erat, keringat mengucur di wajahnya."Menunduk!" perintah Diego tanpa ragu, suaranya tegas.Eliza langsung merunduk, tapi matanya tetap memperhatikan situasi, rahangnya mengatup rapat. Sementara Renzo hanya bisa berteriak lagi. "Diego! Aku belum mau mati!"Mobil Diego dan musuh semakin mendekat, jarak di antara mereka hanya hitungan detik.BRAK!!Tabrakan keras terjadi. Mobil Diego menghantam mobil musuh dengan kekuatan penuh. Bunyi logam beradu memekakkan telinga, pecahan kaca beterbangan ke segala arah. Benturan itu begitu hebat hingga mobil Diego terlempar ke luar jalur, berputar beberapa kali di udara sebelum menghantam tanah dengan keras.Tub

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Pantang mundur

    Eliza duduk di kursi belakang mobil, pandangannya tajam menatap ke luar jendela. Diego mengemudi dengan fokus, sementara Renzo duduk di kursi penumpang depan, menggenggam senjatanya dengan cemas. Ketiganya telah siap dengan senjata masing-masing, meninggalkan markas Antonio dan Daniel tanpa banyak bicara. Eliza tahu mereka tak bisa terus melibatkan orang lain dalam urusannya. Ia hanya berjanji akan menghubungi Antonio jika benar-benar dalam keadaan terdesak.Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya yang ramai oleh kendaraan lain. Tujuan mereka adalah perbatasan kota, tetapi perjalanan itu akan memakan waktu berjam-jam. Suasana di dalam mobil terasa tegang, dan setiap suara dari luar terdengar lebih nyaring dari biasanya."Sepertinya kepergian kita ada yang membocorkannya lagi," kata Eliza tiba-tiba, matanya menatap kaca spion dengan waspada.Diego melirik spion tengah. "Kau yakin?"Renzo, yang penasaran, menyembulkan kepalanya keluar jendela, mencoba memastikan. "Sial! Tiga

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Musuh atau sahabat

    Dari kejauhan, suara deru mobil mendekat, memecah keheningan malam yang hanya diisi oleh gemuruh api dari puing-puing markas Victor. Eliza, Diego, dan Renzo segera bangkit, tubuh mereka menegang dengan kewaspadaan tinggi.Sebuah mobil berhenti tak jauh dari tempat mereka. Pintu mobil terbuka, dan dua pria muncul dari dalam—Antonio dan Daniel. Wajah mereka penuh kekhawatiran saat mereka bergegas menghampiri."Eliza, kau tidak apa-apa?" tanya Daniel, suaranya penuh kekhawatiran.Diego dengan cepat memotong, suaranya terdengar kesal. "Hei, jangan terlalu banyak bicara. Istriku terluka. Cepat bantu!"Daniel hanya mengangguk, memahami situasi tanpa membantah. Bersama Antonio, mereka membantu Eliza ke mobil, sementara Diego dan Renzo tetap berada di sisi Eliza, memastikan dia tidak semakin terluka.Di perjalanan, Eliza hanya diam, mencoba menahan rasa sakit yang menjalar dari lukanya. Renzo, yang duduk di sampingnya, sesekali melirik dengan penuh perhatian, sementara Diego menggenggam tanga

  • ISTRI YANG TAK DIAKUI   Lolos dari maut

    Dentuman tembakan bergema, memantul di sepanjang koridor sempit dengan dinding-dinding beton. Eliza, Diego, dan Renzo bersembunyi di balik pilar besar, dada mereka naik turun seiring napas yang tak beraturan. Bau mesiu memenuhi udara, bercampur dengan keringat dan darah."Mereka semakin dekat," bisik Diego, matanya melirik ke arah lorong tempat musuh terus menembakkan peluru secara membabi buta."Diam!" bisik Eliza, wajahnya penuh dengan konsentrasi meskipun bahunya berdarah. Dia mengintip sedikit, cukup untuk melihat posisi musuh tanpa terlalu terekspos.Dor! Dor! Peluru menghantam pilar, serpihan beton terbang ke segala arah, memercik seperti hujan kecil."Kita tidak bisa terus di sini," Renzo berkata, tangannya menggenggam pistol erat-erat, suaranya gemetar tetapi penuh tekad.Eliza menyeka keringat di dahinya, rasa sakit dari luka tembak di pahanya hampir membuatnya lumpuh, tapi dia menolak menyerah. "Kita akan maju. Aku di depan, kalian di belakangku. Hitung sampai tiga, lalu kit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status