Share

DATANG

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-09-12 17:24:46

SAFNA

Seorang bodyguard wanita sewaan suamiku, mengabari ada tuan besar David Alvendo ingin bertemu, dan kini sedang menunggu di ruang tamu. Jantung seakan loncat dari tempatnya mendengar kabar itu. Di kepala ini muncul bayangan - bayangan mengerikan. Apakah ia datang untuk memisahkanku dari putranya? Atau akan menganiayaku sebab lancang telah menjadi istri dari putra Alvendo.

Jantungku bertalu-talu seiring langkah yang kupijakan di undukan tangga. Pria yang sebagian rambutnya ditumbuhi uban itu tengah mengedarkan pandangan saat aku datang.

Dia yang gurat ketampanan masih kentara meski usia di makan senja melemparkan sorot tajam saat menyadari kehadiranku. Tanpa senyum, tanpa binar cinta mertua pada menantunya.

Tak sanggup beradu dengan sorot elang itu, aku menunduk. Jari-jari ini bertaut satu sama lain.

Rasa yang sama sewaktu kedatangan nyonya Arsela kembali hadir. Sehelai demi sehelai tabir kehidupanku bersama Tuan Roger tersibak.

"Selamat siang, Tuan!" sapaku dengan ritme suara s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAK SUDI

    SAFNAAku wanita lemah, tetapi tak sudi harga diri ini diinjak sedemikian rupa. Tidak .... Kuberanikan memandang wajah calon kakek dari anak yang kukandung ini.Apakah tak ada pilihan yang lebih baik untukku, selain pilihan yang kejam itu. Raut wajah itu terlihat masam. Sorot matanya tajam. Sama sekali tak ada tatap persahabatan apalagi kasih sayang. “Kau menolak semua tawaranku? Kau pikir aku akan tinggal diam. Ingat, sampai kapanpun aku takkan pernah mengakui kau dan anakmu itu!“Rahang Tuan Alvendo mengeras, muka putihnya dipenuhi warna merah menyiratkan amarah yang menggelegak. Tangan terkepal memukul sandaran tangan kursi roda.Aku melakukan ini dengan menekan segala rasa yang berkecamuk dalam dada. Mengenyahkan kelemahan demi harga diri dan buah hati yang kujaga sepenuh jiwa.Tuan Alvendo pulang dengan tangan hampa membawa segunung kemarahan, pastinya. Tak berhasil membujukku bercerai dengan tuan Roger atau memenuhi perjanjian yang ia tawarkan supaya aku menyerahkan bayi ini b

    Last Updated : 2022-09-13
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    MENYESAL

    SAFNARasa jenuh berkepanjangan berada di rumah bak istana ini jika Tuan Roger tak ada bersamaku. Ingin sekali-kali melihat dunia luar, tak perlu jauh, cukup ke supermarket terdekat saja. Tak ingin macam-macam, hanya sekedar melihat suasana luar. Aku ingin merasakan membeli keperluan sendiri tanpa menyuruh siapa pun. Kali ini aku nekad meminta tuan memberi izin untuk keluar rumah barang sebentar. Demi dikabulkan, terus menerus bujukan dilemparkan. Entah bawaan bayi mungkin, hasrat menghirup aroma dunia luar begitu menggebu. Nyatanya sang suami sangat keberatan dengan permintaan ini. Ia bahkan, akan akan bersuara tinggi ika keluar lagi pinta itu. Betapa susah meluluhkan hatinya. Atau menutup panggilan sebab sangat kesal pada istri yang merengek terus menerus. Aku tak menyerah, di waktu berikutnya menelpon lagi. Tema pembicaraannya sama, ingin keluar rumah. Ingin belanja keperluan sehari-hari secara langsung. Dan juga mau melihat bagaimana suasana ibukota saat ini. Awalnya sikap tua

    Last Updated : 2022-09-13
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    JANGAN SAKITI

    ROGER"Apa kau bilang, Istriku hilang? Dasar bodoh! Apa saja kerja kalian?"Gemuruh di dada lebih hebat dari teriakanku pada wanita yang tengah tergagap di ujung telpon."Aku tidak mau tahu, cari sampai dapat atau nyawamu gantinya!" Kumasukkan ponsel ke saku jas dan segera berlari menuju lift.Aku berlari di sepanjang koridor hingga napas tersengal-sengal. Beberapa karyawan yang berlalu lalang hampir tertabrak.Di antara mereka ada yang minta maaf padahal jelas siapa yang salah. Mungkin karena posisiku adalah pimpinan.Aku melesatkan mobil ke tempat yang disebutkan bodyguard Safna. Menyalip kendaraan di depan , menikung kanan-kirinya. Melibas aspal, meninggalkan jejak suara gesekan yang tertelan klakson memekakkan telinga.Lepas memarkirkan mobil, aku kembali berlari-lari di sepanjang koridor 'Super Mega Mall'"Kami sudah mencari di seluruh penjuru Mall ini, Tuan. Nyonya tak ada."Cacian kulemparkan sebagai pelampiasan. Rasanya ingin kuhantam mereka yang telah lalai menjalankan kewaji

    Last Updated : 2022-09-14
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KAU BOHONG

    ROGERBelum sempat melangkah, seseorang yang entah datang dari mana menempelkan yang bisa kutebak itu adalah pistol, lalu menggiringku masuk."Safna!"Meski ruangan redup, aku masih bisa meyakini bahwa wanita yang tertidur di pojok kanan itu adalah istriku."Mas Roger, jeli sekali matamu. Cinta kalian memang luar biasa!"Dan pasti orang yang baru berbicara itu Arsela. Sekilat ia menempelkan tubuhnya di badanku. Menciumi dada ini. Meski jijik aku tak berkutik oleh pistol yang menempel di punggung."Bunuh saja aku jika itu akan memuaskanmu. Lepaskan Safna, dia tidak berdosa. Kumohon!"Wanita ular itu menyeringai, lalu menghampiri Safna."Arsela, jangan sakiti dia!"Tanganku berderak menyaksikan cara Arsela membangunkan Safna. Ditendang hingga wanitaku meringis saat terbangun."Mas!" panggil Safna. Tak peduli rasa sakit, ia mencoba bangkit. Namun, cengkraman tangan Arsela kemudian menahannya."Apa maumu Arsela?""Apa mauku? Manis sekali. Harusnya kau tanyakan dari dulu apa mauku, Roger!

    Last Updated : 2022-09-15
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LARI

    Sebuah pesan dalam bentuk gambar melengkungkan dua sudut bibirku. Dion berhasil menculik Safna. Kabar yang cukup menggembirakan. Ingin secepatnya aku melihat Roger menderita kehilangan istri kesayangannya itu.Aku bergegas menuju tempat yang diberitahu Dion. Setibanya di sana, seringaiku semakin lebar, melihat wanita itu terkulai lemas di sudut ruangan."Bagaimana, kau puas!" tanya Dion."Belum, kalau tak melihat Roger menderita!" tukasku dengan nada angkuh. Bagaimanapun Roger harus merasakan apa yang kurasakan, jika aku kehilangan anak karenanya, mengapa dia tidak. Adil bukan? Dion memerintahkanku untuk menelpon Roger. Kuturuti itu. Tampak sekali kecemasan dari nada suara suami Safna. Memuaskan, aku benci itu!Untung saja ponsel ini tak kubanting selepas bicara dengannya. Aku benar-benar ingin dia sengsara. Kini, tinggal menunggu kedatangannya saja. Dua jam berselang, derap langkah seseorang memasuki ruangan yang minim penerangan. Suara Roger menggema di seisi tempat yang mirip g

    Last Updated : 2022-09-22
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LAMBAT KUSADARI

    ARSELA Retakan di hatiku makin meluas. Hampir-hampir membelah jadi dua bagian. Jelas, ketulusan cinta terpancar di dirinya seperti yang aku lihat juga pada Roger. Kuat dan mengakar.Lalu aku? Di bagian mana namaku tersemat? Atau jangan-jangan memang tak pernah ada aku di cerukan hatinya. Betapa menyedihkannya nasib seorang Arsela. Kupalingkan pandangan kala satu tetes bening lolos dari netra ini. Mengapa cinta ini lambat kusadari? Sekarang, percuma kalau pun ada bagianku di hatinya. Itu sisa saja. Selanjutnya tak ingin lagi kudengar kisah apapun tentang mereka. Terlalu sakit rasanya. Keheningan pun menyapa hati-hati yang nestapa. Baru saja mata ini akan terpejam, Safna berteriak, “Nyonya, awas! Ada ular!"Safna mendorong tubuhku ke samping. Refleks kutembak ular itu. Seketika menimbulkan suara menggeleggar."Bodoh, kau Arsela!" rutukku. Suara senjata api itu akan menginformasikan pada Dion akan keberadaan kami. Tanpa pikir panjang, kutarik tangan Safna. Berlari ke mana saja kaki

    Last Updated : 2022-09-23
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    HENTIKAN

    SAFNA“Aku takkan memaafkan kalian jika seinchi saja tubuh istriku terluka!"Mata tuan makin memerah melihatku dijadikan sandera lawan. Meski takut menghebat, aku berusaha kuat seperti Nyonya Arsela. Otakku berputar mencari solusi atas kegentingan ini. Mengapa buntu begini? “Lihat! Tuan kalian pingsan!" Aku menjerit tiba-tiba. Pria yang menyanderaku seketika pecah fokusnya. Kumanfaatkan untuk menggigit tangannya kuat-kuat. Detik kemudian satu tembakan melesat di antaraku dan lelaki brewokan itu. Tubuhku menegang menyadari nyawa ini di ujung tanduk. Ketegangan menguat kala Sekilat kulihat Dion mengarahkan pistol pada Nyonya Arsela. “Nyonya awas!” Aku berlari menghalau istri pertama suamiku. Suara tembakkan menguatkan jeritanku. Namun, mengapa tak ada yang sakit. “Mas Roger!”Aku membalikkan badan seiring meraungnya Nyonya Arsela. Tuan! Apa tuan yang tertembak? Ia menyelamatkanku. Selanjutnya aku tak tahu siapa menembak siapa. Fokusku hanya satu, menyelamatkan Tuan. Aku merengku

    Last Updated : 2022-09-24
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TUDUHAN

    SAFNASatu pria lagi yang berusia sama dengan Tuan David setengah berlari menuju brankar Nyonya Arsela.Wanita itu melepaskan cengkraman dari kerudungku dengan sekali hentak hingga terhuyung. Untung saja bisa cepat menyeimbangkan diri. Seorang perawat langsung menuju Nyonya Arsela mengecek kondisinya bersama pria yang tak kukenal.Gurat wajah pria berpakaian formal itu mirip Nyonya Arsela, apakah dia ayahnya? "P-papi .... Mami berusaha menyelamatkan Arsela, istri simpanan Roger hendak membunuh menantu kita."Apa? Apa yang wanita itu katakan? Kenapa dia memutar balikan fakta. Dia ... dia ternyata nyonya besar. Ibu tiri suamiku."Kurang ajar, kau mencoba membunuh putriku!" Pria bertubuh tinggi besar berkumis tipis itu menghampiriku seraya menggeram, matanya seperti mau mencuat, saking marah.Tangan tuan itu terangkat hendak menamparku, tetapi ditahan oleh dokter. Pria itu menurunkan tangannya dengan gigi bergemeletuk, menahan emosi yang menggelegak.Aku menggeleng lemah, meminta perli

    Last Updated : 2022-09-25

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    NYONYA RESMI

    ROGER"Bawalah Safna pulang. Kau sudah waktunya mengurusi urusan pribadimu. Setelah dia melahirkan, adakan pesta pernikahan. Undang semua kolega dalam dan luar negeri. Tunjukkan bahwa perusahaan kita masih kokoh dan berjaya!" titah papi. Kondisi papi pulih seiring kembali stabilnya perusahaan. Inilah yang kutunggu, kata-kata darinya. Artinya restu itu sudah keluar secara sempurna. Tak perlu lagi ada keraguan membawa Safna kembali ke sisiku. Enam bulan sudah aku menitipkan Safna pada orang tuanya. Segala rindu kupenjara agar tak memberontak. Hari ini akan kubebaskan ia dari kekangan.Tidak terlukis rasa ingin berjumpa. Mendekap tubuhnya erat, menghapus jejak air mata. Aku juga ingin bicara pada bayi yang ada di perutnya. Akan kukatakan maaf padanya sebab tak mendampingi selama proses pertumbuhan di alam rahim. Juga telah menorehkan kepedihan di hati sang bunda. Janjiku, ini adalah perpisahan terakhir kami. Setelah itu kami akan senantiasa bersama menjalani hari-hari bahagia. Membesa

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    SERANGAN VAN HOEVEL

    ROGERBergetar tangan ini membuka surat yang dikirim pengadilan agama. Gugatan cerai dari Arsela.Sekukuh itukah kau ingin pergi dariku Arsela?Apa kesungguhan permohonanku tak menggeser sedikit pun keputusanmu?Mengapa di saat aku ingin bersemayam di hatimu, kau menguncinya rapat-rapat.Mengapa Arsela?Kuhempaskan berkas itu hingga berserak di lantai. Mengacak rambut ini berulang, lalu mengusap wajah yang entah sekusam apa sekarang."Aaargh!"Lautan emosi di hati ini hanya bisa terluapkan dengan teriakan demi teriakan. Tak lebih.***Menapaki keramik keperakan di ruangan megah bergaya artistik Eropa. Langkah ini sebagai upaya akhir membuka hati Arsela.Pelayan keluarga Van Hoevel mengangguk hormat, memanduku menuju ruang Arsela berada. Papa tanpa seizinku membawa putrinya ke sini selepas keluar rumah sakit. Aku tak mampu menolak apalagi menentang. Pria itu sama kerasnya dengan papi, lebih ganas malah.Kuhampiri wanita yang tengah memandangi ikan-ikan di kolam yang terletak tiga meter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAKKAN KUULANG

    ARSELALima bulan pasca perceraian dengan Roger. Aku dapat berjalan dengan normal kembali. Senang dan haru bercampur aduk di hati. Tak lupa ucapan syukur kupajatkan pada pemilik nyawa ini. Sebab, selama ini, aku telah lalai dengan kewajibanku. Terlalu jauh melampaui batas. Mendapatkan ketenangan hati setelah kembali menjalankan perintah-perintah-Nya ampunan atas perbuatanku selama ini. "Ah, thank's ... God." Tak lupa juga kuucap terima kasih pada Bram yang dengan tulus selalu menjagaku. Perhatian dan sikapnya membuat hati ini luluh kembali. Dia lelaki yang tak pernah berhenti mencintaiku. Roger, mungkin dia telah berbahagia, hidup dengan wanita yang bertahta penuh di hatinya. Safna. Wanita itu pantas mendampingi Roger. Kuusap bulir bening yang mengalir di sudut netra kala mengingatnya. Bram mengajakku jalan-jalan malam ini. Hanya bisa menutup mulut kala sadat ke mana ia membawaku. 'Tokyo Bay Night Cruise, Tokyo' salah satu tempat teromantis yang biasa dikunjungi pasangan kekasih

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAK HENTI

    ARSELA"Dengar, Arsela! Aku tak akan berhenti sampai mendapatkan hatimu lagi. Aku akan terus berjuang untuk itu." Bram mengusap sudut matanya yang mengembun. "Aku mencintaimu, sampai kapan pun itu. Bahkan sampai aku mati." "Pergi!" usirku. Keesokan hari, Bram datang kembali ke rumah ini. Aku sudah berpesan kepada penjaga rumah agar tak mengijinkannya masuk. Walau bagaimanapun, Bram pantas meraih kebahagiaannya dengan wanita lain, bukan denganku. Kuintip dari balik kaca setelah satu jam berlalu. Pria itu masih ada. Ah! Lelaki itu tetap pada pendiriannya. Tak akan pergi sebelum menemuiku. Bodoh memang. Malam hari hujan turun dengan derasnya. Kilatan-kilatan di langit menimbulkan suara menggeleggar. Menjalankan kursi roda melalui tombol otomatis menuju jendela. Ingin melihat hujan. Netraku menangkap seseorang yang berdiri menatap jendela kamarku. Ya Tuhan, Bram. Mengapa dia masih di situ.Jika terjadi apa-apa, bagaimana? Kalau Bram mati kedinginan bagaimana? Bram! Mengertilah. Ku

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    ARSELA KINI

    ARSELALumpuh? Aku lumpuh? Inikah hukuman atas kesalahanku? Mengapa tak mati saja? Mengapa Tuhan? Emosiku tak terkendali saat pertama mendengar vonis ini. Aku benar-benar merasa jadi manusia tak berguna. Hingga.... Menangis pun sudah tak berguna. Marah tak menyelesaikan masalah. Lalu.... Aku diam. Menerima realita dan segala konsekuensinya. Ditinggalkan Roger, hal pertama yang menjajah perasaan. Apalagi ia kini sudah memiliki wanita sempurna. Apalah aku dibanding dia? ***Aku melayangkan gugatan cerai pada Roger. Di luar dugaan ia menolak. Malah terus berupaya mendatangiku menawarkan hal sama. Menjalani bahtera rumah tangga bersamanya juga Safna. Ia berjanji akan berlaku adil. Akan berupaya membahagiakan kami berdua. Pernah hatiku terketuk. Nekat, ingin kuterima saja tawarannya. Namun, kala teringat kembali besarnya cinta Roger pada Safna membuatku meneguhkan kembali hati yang mulai goyah. Untuk apa bertahan jika aku tahu di hatinya hanya menyisakan sedikit tempat untukku.

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KENAPA BUKAN DIA

    SAFNASetelah mengenakan jilbab, langkah kuayunkan menuju ruang tamu di mana kata emak, Reyhan menunggu.Pemuda itu sedang berbincang dengan abah. Wajahnya cerah, terlihat bahagia.Tatapan kami bertemu, Rey mengangguk seraya mengatupkan tangan di depan dadanya. Kubalas dengan gerakan serupa.Pandangan Rey tertuju pada perutku yang membesar. Ada senyum di bibir itu.Kuraih kertas berwarna merah maron berpita gold berbungkus plastik transparan dari tangan Reyhan. Undangan."Ini undangan siapa, Rey?" tanyaku, membolak-balikan undangan tersebut. Lalu menatap lekat pria yang sedang tersenyum lebar itu."Punyaku. Aku sangat senang jika kalian mau datang di hari pernikahanku.""Masyaa Allah. Alhamdulillah, aku ikut bahagia, Rey."Mataku berkaca, menatapnya haru. Akhirnya kau mendapatkan apa yang tak kau dapatkan dariku, Rey.Reyhan mengangguk, dapat kulihat ada binar yang berbeda di mata itu. Kuyakinkan sisa cinta itu masih ada, hanya saja, takdir kita tak searah.Akhirnya nama pria yang ter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    WAKTU YANG TERUS BERGULIR

    SAFNAAku mendorong kursi roda yang diduduki tuan menuju ruangan Nyonya Arsela dirawat. Suamiku meminta ingin bertemu istri pertamanya. Kukabulkan karena itu haknya.Tiba di hadapan tubuh Nyonya Arsela yang berbaring tak sadar, kutinggalkan tuan berdua dengannya. Tak ingin kehadiranku menghambat kata yang mungkin ingin dia sampaikan.Aku duduk di kursi tunggu, menajamkan pendengaran, siapa tahu tuan memanggil. Sekali-kali mata melirik pintu dengan hati resah.Setengah jam berlalu, tak jua kudengar suara tuan. Aku bangkit menghampiri pintu di mana daunnya dipasang kaca kecil memanjang ke bawah, dan tembus pandang ke dalam.Dapat kulihat dengan jelas aktivitas di dalam sana. Ada denyutan halus di hati ini. Tuan Roger menempelkan bibirnya di kening Nyonya Arsela, lalu menangis seraya meremas jemari lentik tanpa daya. Apa yang kusaksikan membawa kesadaran bahwa kehadiranku di antara mereka adalah kesalahan. Meski berseteru, sesungguhnya mereka saling cinta. ***Saat ini, aku berada di t

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    AKU TAK BISA

    ROGER"Jangan pernah berkata begitu lagi. Aku tak suka. Kau tak perlu berkorban untuk hal yang bukan kewajibanmu menanggungnya."Emosiku sedikit tersulut dengan perkataan Safna. Solusi darinya tak memberi jalan keluar tepat. Yang ada menambah masalah di atas masalah. Apa dia pikir aku lelaki sejahat itu. Akan mudah melepasnya setelah kami melalui kisah berat bersama. Apalagi di rahimnya telah tumbuh Roger junior. Wanita ini mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Baginya satu kalimatku sudah cukup. Tak boleh ada bantahan. Ia takkan berani bicara lebih jauh. Cukup sekali, sudah mengerti harus bagaimana bersikap. Safna bukan Arsela yang akan menyerang jika dibantah. Ia cenderung patuh dan menerima apa saja perintahku. "Apa boleh sementara aku tinggal di rumah Abah sampai Mbak Arsela tenang."Kudekap tubuh itu tanpa peduli dengan tatapan orang-orang di sekitar taman. Aku tahu Safna tertekan meski ia berusaha tegar. Posisinya dilema kini. Rasa bersalah pasti menyergapnya melihat Arsela hampir

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LEBIH BUTUH

    ROGERSilau cahaya putih menerpa kornea. Kelopak kututup kembali kala ada denyut cukup nyeri di kening.Ingin kupijit pangkal hidung untuk mengurangi nyeri yang menghebat, tetapi tak ada kekuatan tangan untuk sekedar terangkat beberapa inchi saja."Alhamdulillah, kamu sadar, Mas!"Sayup terdengar suara yang sangat kukenal. Selanjutnya samar ada wajah yang mendekat.Ada yang basah di pipiku. Terjatuh dari mata bulat itu. Meski berat, kucoba mengangkat dua sudut bibir.Lalu, tangisannya makin jelas di telingaku. Ia pun menempelkan wajah di dada ini.Perlahan, aku bisa beradaptasi dengan kondisi tubuh setelah koma dua minggu. Safna amat telaten merawatku. Ia akan cerewet pada suster yang menurutnya lambat memeriksa.Sambil menyuapi ia akan menceritakan tentang yang terjadi selama aku dan Arsela koma. Gerahamku saling menekan kala mendengar cerita bahwa si penyihir itu mau membunuh Arsela, ingin menghilangkan saksi atas keterlibatannya mungkin.Di tengah obrolan, Papi datang mengunjungi.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status