Clarice berjalan terburu-buru meninggalkan area restoran, ia tidak mempedulikan tatapan penasaran orang-orang yang berpapasan dengannya. Dari rambut hingga ujung kaki semua terlihat basah, bahkan air terlihat masih menetes membasahi setiap jalan yang ditapakinya.
Semilir angin malam hanya menambah penderitaannya, Clarice semakin memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil kedinginan. Sejenak Clarice menghentikan langkahnya, ia berniat memberhentikan taksi agar bisa pulang ke panti, ponselnya telah rusak, ia tidak bisa menghubungi Alvin untuk meminta pertolongan.
Tidak lama kemudian ada sebuah mobil yang berhenti di depannya, sebuah mobil sport mewah yang sangat dikenalinya. Clarice membuang muka saat orang yang di dalam mobil membuka pintu untuknya.
"Hei ... ayo, cepat naik!" seru Reynand seraya menatap Clarice dengan tidak sabaran.
Clarice bergeming, ia mengabaikan perkataan Reynand, kepalanya tetap setia menoleh ke kanan untuk mencari sebuah taksi yang koso
Clarice langsung pergi ke depan ketika Alvin sudah berada di depan gerbang panti asuhan, dengan memberikan alasan menginap di rumah temannya, ibu panti tidak akan khawatir, karena Clarice sudah biasa meminta izin untuk tidur di rumah Bella, yaitu teman kerjanya di toko bunga.Setelah Clarice masuk ke dalam taksi. "Bagaimana bisa kamu sampai demam seperti ini? Kita harus pergi ke dokter sekarang," ujar Alvin setelah menempelkan telapak tangannya di kening Clarice yang terasa panas."Tidak perlu, minum obat demam biasanya juga pasti akan sembuh. Kita ke apartemen saja sekarang, aku hanya butuh tempat yang nyaman untuk istirahat." Clarice langsung mencari sandaran yang nyaman untuk merebahkan tubuhnya yang terasa sakit semua.Alvin tentu langsung menurut, ia melajukan taksinya menuju apartemennya. Meski didera rasa penasaran, mengapa Clarice bisa sampai sakit seperti ini? Namun, Alvin masih bisa menahannya, melihat wajah pucat Clarice, Alvin tidak tega untuk
"Ah, Ibu. Itu tidak perlu, biar Alvin saja, dia yang sudah biasa merawatku jika aku sakit," sahut Clarice."Itu kan dulu, sekarang berbeda. Sekarang sudah ada Reynand di sini, dia yang harus merawatmu," ujar Azkia seraya menarik tangan Reynand mendekat ke arah ranjang.Reynand terlihat menggerutu. Namun, ia tidak bisa menepis tangan ibunya."Alvin, tolong berikan mangkuknya kepada Reynand, biar Reynand yang menyuapi Clarice."Dengan terpaksa Alvin menyerahkan mangkuk itu kepada Reynand. Sedangkan Reynand tampak acuh tak acuh menerimanya.Selera makan Clarice mendadak hilang seiring dengan tangan Reynand yang mendekatkan sendok ke mulut Clarice. Bubur yang tadinya lembut berubah bagaikan batu kerikil yang sulit ditelan karena melihat wajah masam Reynand. Semua ini hanya menambah penderitaan Clarice di kala sakit."Sudah," ujar Clarice seraya mengangkat tangannya menolak bubur yang akan disendokkan Reynand."Kenapa sudah?
Hari ini taman di samping rumah mewah milik Deffin Wirata telah disulap menjadi tempat yang indah untuk acara pernikahan Reynand dan Clarice. Meski terbilang sederhana. Namun, dekorasi yang dipesan jauh dari kata biasa saja, bahkan bukan hanya keluarga besar saja yang akan menjadi saksi pernikahan mereka, Deffin juga mengundang beberapa rekan bisnis yang terbilang cukup dekat dengannya."Apakah ini bisa disebut pernikahan yang sederhana?" gumam Clarice yang memandang keadaan di luar dari jendela kamarnya.Semalam Clarice menginap di rumah Reynand, sopir keluarga Wirata menjemputnya setelah ia pulang bekerja, karena acaranya diadakan pada pagi hari, Azkia khawatir jika Clarice akan terlambat jika ia tetap tidur di panti asuhan, karena jarak panti ke rumah Wirata lumayan jauh.Tiba-tiba seseorang membuka pintu yang berada di belakangnya. "Sayang, sudah selesai?" tanya Azkia dengan kepala yang menyembul dari balik pintu."Sudah," sahut Clarice seraya
Sebuah gedung apartemen menjulang tinggi berdiri dengan angkuhnya seperti sang pemiliknya yang berada di depan Clarice. Setelah menyelesaikan semua rangkaian acara pernikahan mereka berdua, kini Reynand membawa Clarice pulang ke penthouse nya.Di dalam lift khusus untuk menuju lantai tempat tinggalnya, Reynand tampak sama sekali tidak mempedulikan keberadaan Clarice yang berada di belakangnya, ia benar-benar menganggap Clarice sebagai orang asing yang akan menumpang tinggal di dalam rumahnya."Ini kartu akses milikmu." Tanpa perlu menoleh, Reynand langsung melemparkannya ke arah belakang dan langsung ditangkap oleh Clarice dengan gelagapan.Clarice yang merasa kesal, memandang tajam punggung tegap Reynand. "Tidak bisakah kamu memberikannya dengan cara yang baik?" protes Clarice."Sudah, jangan bawel! Seharusnya kamu berterima kasih kepadaku, karena jika tidak menikah denganku, kamu tidak akan pernah bisa merasakan tinggal di tempat yang nyaman sep
Clarice sekali lagi mematut dirinya di depan kaca, memastikan bahwa penampilannya cukup baik seperti biasanya. Setelah puas, ia meraih tas punggung kecilnya yang berada di atas nakas, lalu langsung memakainya.Saat melewati ruang tamu, ia tidak melihat jika Reynand sedang duduk di sofa menunggunya. "Hei, mau ke mana kamu?" tanya Reynand seraya berdiri menghampiri Clarice."Kerja.""Siapa yang memperbolehkanmu berangkat bekerja?" Sorot mata Reynand yang tajam serta alis tebalnya yang menukik laksana sebuah pedang yang siap untuk menebas leher Clarice, membuat Clarice sedikit ketakutan dengan tatapan Reynand."Aku. Memangnya kenapa kalau aku berangkat bekerja? Lagi pula kita sudah sepakat untuk tidak ikut campur urusan masing-masing, jadi jangan bilang kalau kamu akan melarangku bekerja," balas Clarice berani."Siapa yang melarangmu bekerja? Aku tidak melarangmu. Tapi, sebelum kamu berangkat bekerja, kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu yan
Setelah puas seharian pergi bersama Alvin, Clarice baru saja pulang ketika waktu menunjukkan pukul delapan malam. Sesampainya di penthouse, lampu ruang tamu sudah mati, mengira Reynand pergi ke luar, Clarice memilih masuk ke dalam kamarnya sendiri.Namun, Clarice dibuat terkejut ketika melihat pintu lemari pakaian miliknya terbuka lebar, bahkan isinya kosong tak bersisa."Di mana semua pakaianku?" Memeriksa seluruh tempat yang kemungkinan besar dijadikan tempat menyembunyikan pakaiannya oleh Reynand.Namun, hasilnya nihil, bahkan di dalam kamar mandi pun tidak ada. Sedikit panik, Clarice bergegas keluar, pasalnya ia baru saja mendapatkan periode bulanannya, bisa risih jika sekarang ia tidak langsung mengganti celana beserta dalamannya, apalagi saat ini ia tinggal bersama seorang lelaki yang sialnya berstatus sebagai suaminya.Tepat saat membuka pintu, suara Reynand mengejutkannya. "Dari mana saja kamu?" tanya Reynand dengan suara yang tidak bersah
Suara ketukan pintu yang cukup keras, telah membangunkan Clarice dari mimpi indahnya. Mendengar suara Reynand memanggil namanya, Clarice bukannya segera beranjak, namun ia malah menarik selimut hingga menutupi kepalanya."Clarice ...." teriak Reynand. "Hei, cepat bangun wanita pemalas," lanjut Reynand kesal karena Clarice tidak kunjung membuka pintunya.Sedangkan Clarice tetap bergeming, hari ini ia terpaksa bolos kerja lagi dan tidak akan keluar kamar, sebab ia sangat malu jika ketahuan memakai celananya Reynand, karena baju dan celana miliknya yang dicucinya semalam belumlah kering."Hei, apakah kau tuli? Haruskah aku mendobrak pintu ini?" Rasa kesal Reynand sudah sampai pada puncaknya, sebab ia sudah sangat kelaparan dan Clarice malah menguji kesabarannya.Mendengar Reynand akan mendobrak pintu kamarnya, Clarice dengan kesal menyibakkan selimutnya, lalu dengan terpaksa ia beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju pintu tersebut.Ceklek..."Apa?" tanya Clarice malas, ia han
Reynand memandang tajam Alvin yang berada di hadapannya. Sedangkan Alvin ia tampak berdiri dengan santai seraya menenteng dua paper bag yang berbeda ukuran."Kenapa kamu datang ke sini?" Reynand mengulang pertanyaannya sebab ia belum mendapatkan jawaban dari Alvin."Mengantarkan pesanan Clarice," sahut Alvin seraya mengangkat kedua paper bag tersebut."Kalau begitu sini, biar aku yang berikan kepada dia." Reynand hampir merebut paper bag tersebut. Namun, Alvin dengan cepat menepis tangan Reynand."Tidak perlu, aku bisa memberikannya langsung kepadanya. Lagi pula ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.""Apa yang ingin kamu bicarakan dengannya?" tanya Reynand menyelidik. Seperti biasa, penyakit penasarannya tidak bisa dikontrol jika itu tentang Clarice, sebab menurut Reynand, Clarice tidak hanya gadis yang aneh, tapi juga sangat misterius."Bukan urusanmu," sahut Alvin, lalu tanpa permisi ia langsung menerobos masuk ke dalam penthouse Reynand.Sedangkan Reynand ia hendak menyus
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, kini Reynand dan Clarice langsung pergi menuju ke salah satu pusat perbelanjaan di kota tersebut.Karena ini adalah kali pertama mereka keluar bersama sebagai pasangan suami istri yang sebenarnya, maka mereka akan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.Clarice dan Reynand tidak hanya akan berbelanja saja, mereka berdua juga akan menonton sekaligus makan malam di dalam mall tersebut."Sayang, tolong ambilkan yang itu," ujar Clarice seraya menunjuk botol shampo yang jauh dari jangkauan tangannya."Yang mana? Yang itu, baiklah." Meski setuju untuk membantu Clarice, namun Reynand bukannya mengambil botol shampo tersebut, ia malah dengan santainya mengangkat tubuh Clarice, hingga membuat tinggi Clarice sejajar dengan rak tempat shampo itu berada."Reynand! Apa yang kamu lakukan?" pekik Clarice yang terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. Pipinya pun lantas memerah karena malu sebab orang-orang banyak yang menoleh ke arahnya.Reynand
Beberapa hari kemudian...Setelah luka Reynand benar-benar sembuh, Reynand dan Clarice hari ini akan bekerja kembali. Namun, posisi Clarice bukan lagi sebagai asisten Reynand, akan tetapi ia berstatus sebagai seorang istri yang mengikuti ke mana pun langkah suaminya pergi."Sayang, kenapa kamu tidak pakai ini saja?" Reynand menenteng sebuah rambut palsu dan kacamata yang biasanya Clarice pakai. Melihat istrinya terlihat sangat cantik tanpa memakai kedua benda tersebut, membuat Reynand jadi khawatir jika nanti istrinya akan dilirik laki-laki lain."Tidak mau, lagi pula semua berita tentang diriku sudah mencuat ke publik, jadi untuk apa lagi memakai kedua benda tersebut," sahut Clarice seraya merapikan lagi rambutnya. Setelah dirasa cukup rapi, Clarice langsung berbalik. "Sudah selesai. Ayo, kita berangkat sekarang." Clarice tertawa ketika melihat Reynand memajukan bibirnya, lalu kemudian ia segera menggandeng tangan Reynand dan mengajaknya keluar dari penthouse mereka.Clarice bukanny
Sedangkan di tempat lain, Reynand dan Clarice baru saja tiba di apartemen mereka. Mereka berdua langsung berpisah dari rombongan Deffin setelah sampai di California."Sayang, tolong antar aku ke kamar mandi," pinta Reynand manja, padahal lukanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Clarice mengangguk, lalu kemudian ia membantu Reynand berjalan hingga menuju ke kamar mandi.Reynand sudah mengganti nama panggilan untuk Clarice menjadi 'sayang' sejak di rumah sakit waktu itu. Sedangkan Clarice sendiri masih malu jika harus memanggil dengan sebutan yang sama."Kamu bisa sendiri kan? Kalau begitu aku keluar ya?" Clarice tampak kikuk ketika melihat Reynand menurunkan resleting celananya, ia buru-buru berbalik, namun Reynand mencegahnya."Sayang, jangan pergi dulu, setelah ini tolong bantu aku mengelap tubuhku," ujar Reynand yang sudah merasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang terasa lengket, sebab sudah dua hari ia tidak mandi."Hah? Tapi--" Wajah Clarice memerah ketika membayangkan Reyna
Masame terbangun ketika merasakan ada benda jatuh di atas kepalanya, lalu kemudian ia mengucek matanya dan terkejut ketika melihat benda yang menimpa kepalanya itu adalah sebungkus roti.Masame buru-buru mengambil roti tersebut seraya tersenyum senang. Namun, di detik kemudian, wajahnya kembali muram saat melihat roti itu ternyata sudah berjamur."Tuan, apakah Anda tidak salah memberikan saya roti ini? Roti ini sudah berjamur," ujar Masame pelan."Tidak, memang itu. Tapi, kalau kamu tidak mau ya sudah, buang saja. Padahal Bos memberikan roti itu agar bisa menambah sedikit tenagamu di saat masa hukumanmu nanti," sahut penjaga itu dengan santai."Apa? Tapi, bukan dengan roti kedaluwarsa juga kali. Dan, masa hukuman? Memangnya akan ada hukuman apa lagi? Dan bukankah saat ini aku juga sudah dihukum?" batin Masame yang merasa kesal, namun ia tidak berani mengutarakannya.Masame mengira ia hanya akan dipenjara seperti ini saja, dan ia tidak mengindahkan obrolan para anggota Black World di
Sesampainya di Markas Black World, Masame langsung dibawa ke penjara khusus pendosa kelas berat. Meskipun, sebenarnya Masame termasuk melakukan kesalahan kecil, karena sebenarnya ia tidak sengaja melukai Reynand. Namun, tetap saja orang yang akan dicelakainnya adalah menantu Wirata Group.Penjara kelas berat ada di ruangan terbuka, di dalam sebuah lingkaran jeruji besi yang luas dan berukuran tinggi. Lalu kemudian di dalamnya ada bilik penjara yang hanya cukup dimasuki oleh satu orang saja.Sekarang cuaca sangat terik, jadi Masame bisa merasakan panas sinar matahari yang langsung membakar kulitnya. Begitu juga ketika malam nanti, Masame pasti akan merasa sangat kedinginan di dalam bilik penjara itu sendirian. Karena rombongan Deffin belum pulang dari Jepang, maka untuk sementara Masame hanya menerima siksaan yang ringan tersebut."Tu-tuan, apakah saya tidak diberi makan siang?" tanya Masame ketika ada seseorang yang berjalan lewat di sampingnya, seraya membawa seember besar potongan d
"Reynand!!!" Clarice terkejut ketika Reynand memeluknya dan memutar tubuhnya, hingga Reynand malah mengorbankan pinggangnya sendiri untuk menerima tusukan pisau tersebut.Door ....Lalu tidak lama kemudian sebuah tembakan melesat cepat ke arah kaki Masame, hingga kemudian membuat Masame terjatuh di lantai.Deffin sengaja tidak menembak Masame tepat di kepalanya, karena ia ingin menghukum Masame atas perbuatannya yang telah melukai putra semata wayangnya."Brengsek! Bawa dia ke markas Black World!" perintah Deffin dingin. Semua orang sontak bergidik ketika mendengar suara Deffin, sebab sudah sejak lama mereka tidak melihat aura Deffin yang mengerikan seperti ini.Lalu kemudian beberapa orang anggota Black World langsung membawa Masame pergi. Sedangkan Deffin langsung menghampiri anaknya yang masih berada di dalam pelukannya Clarice."Ayah." Suara Reynand terdengar lemah, namun ia masih bisa tersenyum."Kerja bagus," puji Deffin bangga, lalu kemudian ia mengambil alih tubuh Reynand dan
Akihiko terbangun oleh dering ponselnya yang berada di atas meja.Ia terkejut ketika yang menghubunginya adalah salah satu bos yakuza dari tempat lain."Ada apa?" tanya Akihiko setelah sambungan telepon itu sudah terhubung."Brengsek! Gara-gara markasmu hancur, kami juga ikut terkena imbasnya?""Hah, apa?!""Sial! Apakah kamu tidak tahu, jika Arata sudah ditangkap polisi? Dan, kali ini ia tidak akan bisa lolos dari hukuman."Belum sempat Akihiko mencerna semua informasi tersebut, tiba-tiba saja ada orang yang mengetuk pintu kamarnya."Tuan Muda, maaf menganggu. Ada tamu di luar." Suara kepala pelayan sedikit cemas ketika mengatakannya."Brengsek!!!" Tanpa mengulur waktu lagi, Akihiko segera mengakhiri telepon tersebut, lalu kemudian ia berjalan ke arah pintu.Pintu baru saja terbuka. Namun, tiba-tiba saja ada dua orang polisi yang langsung menerobos masuk dan menangkap Akihiko."Hei, sial! Lepaskan aku brengsek!!!" teriak Akihiko seraya meronta. Tapi, itu tidak berarti apa-apa bagi kedu
Sesuai dengan rencana masing-masing, malam ini Akihiko sengaja membuat Clarice menginap di paviliun kakeknya, ia menggunakan alasan bahwa besok akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk memperingati hari kelahiran kakeknya, dan juga syukuran atas membaiknya kondisi kakeknya saat ini.Jika saja bukan karena rencana yang sudah mereka susun, Clarice tentu tidak mau datang. Sebab Clarice merasa jijik ketika mengingat Akihiko besok akan membuatnya terpaksa mau menikah dengannya.Sedangkan saat ini sebelum tidur, Clarice dan Reynand sedang mengobrol dan duduk di atas ranjang."Pokoknya besok kamu tidak boleh keluar dari paviliun ini, apalagi sampai menemui Akihiko!" tegas Reynand.Clarice tersenyum. "Memangnya kenapa? Aku kan ingin lihat bagaimana kedua orang itu ditangkap," sahut Clarice yang hanya berniat menggoda Reynand saja."Tidak! Pokoknya tidak boleh! Clarice, kamu itu istriku, jadi mana mungkin aku membiarkan ada pria lain menikahimu di depan mataku sendiri!" sungut Reynand.Sedang
Dua hari kemudian...Di sebuah bangunan besar khas Jepang, seorang laki-laki sedang mencambuk tubuh seorang wanita cantik yang kedua tangannya diikat ke atas dengan menggunakan rantai besi."Akhh ... ampuni saya, Tuan. Kumohon, tolong ampuni saya ...." jerit wanita itu seraya menangis.Dia adalah Harumi, seorang wanita yang begitu tergila-gila dengan Akihiko. Namun sayangnya, cintanya yang terlalu berlebihan kepada Akihiko, malah membuat nasibnya berakhir seperti ini.Harumi yang sangat mencintai Akihiko, ia tidak rela ketika mendengar Akihiko tidak akan mau menikah dengan wanita manapun, kecuali dengan Ayumi.Harumi yang terbakar cemburu, lalu ia menggunakan kekuasaan kedua orang tuanya untuk mencari tahu tentang keberadaan Ayumi. Hingga suatu hari, ia akhirnya mendengar kabar tentang Ayumi yang menyamar sebagai Clarice, dan dia sudah menikah dengan pewaris tunggal Wirata Group.Meskipun awalnya Harumi sudah merasa lega karena mendengar Ayumi ternyata sudah menikah. Namun, kenyataann