Share

Chapter 2 Frustasi

Author: Lidya Ann
last update Last Updated: 2021-10-28 00:55:34

"Steph ... Steph ... Steph ...." Luke bergumam ketika matanya menatap kosong ke jendela jet pribadinya. Dia sedang dalam perjalanan ke New York, setelah melakukan perjalanan bisnis selama seminggu ke San Francisco.

"Siapa Steph?" Lilian bertanya sambil duduk di depan kakaknya

Dia tidak menjawabnya, membuat Lilian melanjutkan, "Kamu jarang mengingat nama wanita, kecuali Patricia!"

"Kau mengenalku lebih baik daripada diriku sendiri," kata Luke dengan nada sarkastik

Lilian memutar bola matanya. Luke tersenyum lebar melihat adik kesayangannya bereaksi, dia akhirnya berkata, “Tadi malam ketika aku kehilanganmu di klub, aku menghabiskan waktu singkat untuk ONS dengan seorang wanita, dia luar biasa.”

"Dan sekarang kamu tidak bisa melupakannya?" Lilian bertanya dan Luke mengangguk

"Coba ulangi lagi, siapa namanya?"

"Steph" Luke menjawab singkay

"Maksudku bukan nama panggilan Luke!" Lilian memprotes

"Aku tidak tahu. Dia hanya memberitahu nama panggilan itu padaku!”

“Ugh….maka akan sulit untuk melacaknya!” Lilian memberitahunya

“Ahhh tidak perlu, yang aku butuhkan hanyalah ONS lainnya dan aku akan melupakannya!” Luke mengatakannya sambil mengambil teleponnya, membuat panggilan pada Liam, sahabatnya

"Hei, ke bar malam ini?" Dia bertanya dan dalam beberapa detik, dia tersenyum.

Lilian memutar matanya dan berkata, “Aku sangat berharap suatu hari kamu berhenti bermain dan menjadi seperti Luke yang dulu. Luke yang dulu yang jatuh cinta dengan seorang wanita dan setia padanya.”

“Aku mungkin akan mengecewakanmu, adikku sayang! Jadi, jangan terlalu berharap" Luke tersenyum pada Lilian

-----

Luke pergi ke bar bersama Liam dan keduanya meninggalkan bar, menuju hotel dengan dua wanita berbeda. Sudah seminggu, dia telah tidur dengan tiga wanita yang berbeda, seksnya hebat tetapi sekali lagi, dia tidak bisa menghilangkan pikirannya tentang Stephanie. Dia akhirnya menekan nomor PA-nya.

"James, datang kesini!" Dia duduk malas di kantornya

"Mr Miller, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" James bertanya

“Lacak CCTV dari klub yang aku dan Lilian kunjungi di San Francisco seminggu yang lalu, temukan CCTV antara klub dan hotel, temukan seorang wanita yang bersamaku sebelumnya. Ketika kamu sudah melihatnya, temukan informasi terperinci tentang dia, aku ingin hasilnya segera! ”

"Baik Mr Miller akan saya lakukan," James pergi dan dia bingung sejenak, 'Ini pertama kalinya dia mencoba menemukan seorang wanita yang tidur dengannya. Menarik!!' James tersenyum

Namun, setelah mencari informasi selama seminggu, James memberi tahu Luke bahwa dia tidak dapat menemukan wanita yang Luke cari.

“Mr Miller, rekaman CCTV itu hilang, sepertinya telah dihapus oleh orang lain. Bukan hanya satu rekaman tetapi seluruh rekaman CCTV hari itu hilang.”

"Apa katamu?" Luke frustasi

"Maafkan saya Mr Miller"

“Sudahkah kamu mencoba bertanya kepada klub tentang daftar nama di meja VIP?”

“Saya melakukannya tetapi mereka tidak dapat merilisnya karena alasan perlindungan data”

“Lakukan sesuatu, demi Tuhan! Retas sistem mereka atau semacamnya!” Luke membentaknya

"Aku ingin identitas wanita itu, titik!" Luke berkata dengan suara yang dalam

"Akan melakukan apa yang Anda minta, Mr Miller" James dengan cepat meninggalkan ruangan Luke

Keesokan harinya, James datang dengan daftar tamu VIP tapi tidak ada nama Stephanie di dalamnya. Luke telah meminta James untuk memeriksa satu per satu tamu di daftar, tetapi dia tidak menemukan siapa pun yang berhubungan dengan Stephanie.

-----

Stephanie baru saja keluar dari kamar mandi ketika melihat Martin sedang duduk di sofa favoritnya di samping jendela. Ekspresinya dingin dan menakutkan.

"Kamu sudah kembali!" Dia menyambutnya dengan senyum lebar

“Bagaimana Eropa?” Dia menambahkan

“Sayang, kudengar kamu melakukan one-night stand yang indah beberapa minggu yang lalu” Dia menatapnya dengan mata yang dalam

'Sialan, aku sudah menghapus semua bukti tetapi dia masih berhasil mengetahuinya!' Pikir Stephanie

Melihat Stephanie terdiam, dia menambahkan, “Apakah kamu kurang seks? Apa aku terlalu lama meninggalkanmu? Aku harusnya membawamu ke perjalanan bisnisku lain kali, ”Martin bersandar malas di sofa

Stephanie berjalan ke arahnya, duduk di pangkuannya, "Aku tidak akan melakukannya lagi, aku janji!" Stephanie mendekatkan wajahnya padanya dan menciumnya

Martin menciumnya dengan posesif. Ketika dia melepaskan bibirnya, dia berkata, “Kamu tahu aku tidak suka wanitaku disentuh oleh orang lain! Kamu hanya milikku! HANYA MILIKKU!”

"AKU MILIKMU. SELAMANYA milikmu!” Dia mengatakannya dan dia bangun, membawanya ke tempat tidur, mulai menanggalkan gaun tidurnyanya

"Ahhhh ..." Stephanie mengerang saat Martin mendorong penisnya ke dalam vaginanya

“Katakan padaku, aku lebih baik darinya! Katakan padaku, hanya aku yang membuatmu mencapai klimaks!!!” Kata-kata Martin terdengar menuntut saat dia bergerak dengan kasar ke tubuhnya

"Iya kamu. Selalu kamu. Tidak ada yang bisa menggantikanmu Martin….Aku mencintaimu!!” Stephanie berkata dengan sedikit berteriak. Namun, sedikit menyakitkan baginya ketika dia tidak mendengar Martin membalasnya. Selalu seperti itu. Martin tidak pernah, bahkan sekali pun, mengatakan kepadanya bahwa dia mencintainya. Martin hanya mencintai Emily. Ya, Emily, kekasihnya yang sudah meninggal 3 tahun lalu.

Stephanie telah tinggal bersamanya selama 3 tahun setelah Emily pergi tetapi dia merasa bahwa dia masih tidak bisa menggantikan tempat Emily di hati Martin. Dia tidak bisa membuatnya jatuh cinta padanya. Tapi, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan tinggal di samping Martin selamanya karena dia berhutang nyawa padanya.

----

Di pagi hari, dia bangun dan menemukan Martin tidak ada di sana. Dia pergi ke kamar mandi, mandi dan berganti pakaian. Ketika dia berada di depan cermin, merias wajah, dia mendengar Barbara, kepala pelayan di penthouse, mengetuk pintu kamarnya.

"Madam"

"Masuk"

“Madam, Mr Xander ada di bawah, menunggu anda. Sarapan juga sudah siap!”

"Oke. Dimana Martin?”

"Sir pergi ke Chicago, Miss Ross meneleponnya pagi ini." Barbara menunduk, dia takut Stephanie marah. Dia mengenal Stephanie dengan sangat baik, dan ya, dia benar, dalam hitungan detik, dia melihat Stephanie menyapu meja riasnya dengan marah, membuat seluruh makeupnya berserakan di mana-mana.

“Fuuuckkkk …….”

Related chapters

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 3 Luke Akhirnya Bertemu Dengan Stephanie

    Nathan berjalan ke atas ketika dia mendengar Stephanie berteriak dengan marah. Suaranya cukup keras untuk didengar dari seluruh penthouse. Dia melihat Barbara berjalan keluar dengan cepat dari kamar tidur Stephanie. Nathan tersenyum pada Barbara sambil terus berjalan."Tidak ada waktu untuk marah atau sedih, kita memiliki meeting penting nanti dan kemungkinan besar kita harus terbang ke New York untuk meeting konsorsium." Dia memberi tahu Stephanie"Apa?" Stephanie memalingkan wajahnya ke arahnya, masih marah“Kontrak pemerintah, kita mendapatkannya tetapi kita harus melibatkan perusahaan Amerika di dalamnya, itu syarat yang harus kita terima” Nathan menjelaskan padanya“.....” Dia terlihat lebih marah tapi Nathan memotongnya

    Last Updated : 2021-10-28
  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 4 Aku Berbeda!

    Mata Luke bertemu dengan mata Stephanie. Dia tersenyum tetapi senyumnya tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang terkejut. Sama seperti dia, Stephanie juga terkejut melihatnya di sana.“Luke!” Stephanie memanggilnyaLuke tersenyum sambil berjalan ke arahnya. “Steph ….” Dia memanggilnya dengan suara seraknyaKeduanya bertukar mata sebelum terlibat dalam ciuman penuh gairah. Luke membawanya ke salah satu bilik toilet, mengunci pintu dan menekan tubuhnya. Saat mereka terus berciuman, dia mencoba melepaskan celana dalamnya, tetapi tangan Stephanie tiba-tiba menghentikannya“Nah…..Aku tidak tidur dengan pria yang sama dua kali!” Stephanie berkata dengan senyum kecil muncul dari wajahnya yang cantik

    Last Updated : 2021-10-28
  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 5 Martin Datang ke New York

    Stephanie memiliki meeting yang cukup lama dengan partner bisnis Koreanya, mencoba meyakinkan mereka bahwa hal yang terjadi pada Matsumoto Corp tidak akan terjadi lagi di masa depan selama proyek berlangsung. Setelah itu, dia membuat panggilan cepat dengan Jepang dan berjanji untuk mengatasi masalah dengan konsorsium Amerika. Waktu menunjukkan hampir tengah hari, ketika dia mengakhiri panggilan video dan pergi ke balkon. Dia mengambil teleponnya dan dengan cepat mengirim pesan kepada Nathan untuk datang ke kamarnya. Dia sedang merokok di balkon ketika dia mendengar seseorang mengetuk pintu. Dia tahu siapa di seberang sana. Ketika dia membuka pintu, dia tersenyum. Nathan masuk dan ketika dia menutup pintu, dia dengan cepat bertanya padanya."Mengapa? Mengapa kamu meminta daftar itu?”"Aku ingin tahu pria di ujung sisi kiri meja!"

    Last Updated : 2021-10-28
  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 6 Dia Tidak Layak!

    Setelah meeting itu, Luke kembali ke kantornya bersama James.“Datanglah ke ruangan bersamaku!” Dia berkata kepada James saat mereka keluar dari liftJames mengikutinya dari belakang. Luke duduk di kursinya yang nyaman dan berkata, “Kumpulkan semua informasi tentang Stephanie Young. Aku ingin kamu mengerjakannya dengan bersih! Aku tidak ingin Martin menemukannya nanti, mengerti?”"Baik, Mr Miller!""Kamu bisa pergi! Aku ingin informasinya secepatnya!” Luke melambaikan tangannya dan mulai bekerja dari mejanyaWaktu menunjukkan pukul 6 sore ketika Luke akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Dia bersandar dengan malas di kursinya dan ingatan sekilas tentang senyum Stephanie muncul. Dia membuka laptopn

    Last Updated : 2021-10-28
  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 7 Menghadapi Dia

    'Kamu benar-benar dewi Stephanie! Tapi, siapa tahu kamu juga bisa sejahat itu!’ Luke memikirkan apa yang telah dia lakukan pada WilliamLiam dengan cepat mengetik di grup, mengingatkan semua orang untuk berhati-hati dalam proyek ini. Duncan mengutuk Stephanie dengan sangat buruk dalam chat di group dan ketika Luke melihat betapa teman-temannya membencinya, dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa keputusannya untuk melepaskannya adalah keputusan yang tepat. Meeting berjalan lancar sampai waktu makan siang dan ketika Stephanie berjalan keluar dengan Nathan, Jacob pergi menemuinya.“Jacob”"Madam, Mr Clark sudah memesan tempat untuk makan siang Anda." Jacob memberitahunya"Apakah dia masih ada di meeting?" Stephanie bertanya

    Last Updated : 2021-11-30
  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 8 Bawa Aku ke Club, Luke!

    Keduanya tetap diam, tetapi pada saat berikutnya, mereka mendengar seseorang mengetuk pintu. Baik Stephanie maupun Luke tidak bergerak untuk membukanya. Melihat Stephanie tetap diam dan seseorang di luar sana mengetuknya dengan agresif, Luke berbalik dan membuka pintu. Itu adalah Nathan. Dia terkejut menemukan Luke ada di sana tetapi dia tampak khawatir."Mengapa kamu di sini?" Dia bertanya kepada Luke, tetapi sebelum Luke bisa menjawabnya, dia menambahkan, "Di mana Stephanie?" Dia berjalan masuk dan tiba-tiba berhenti, cukup terkejut setelah melihatnya di sofa. Mata Nathan beralih dari menatap Stephanie ke ponselnya yang benar-benar tenggelam dalam ember es."Kamu membuatku takut sampai mati!""Apa? Martin pergi padamu?” Stephanie berkata sinisTelepon Nathan berd

    Last Updated : 2021-11-30
  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 9 Folder Hitam

    Stephanie dengan cepat mendorongnya menjauh. Dia terkejut dengan gerakan Luke yang tiba-tiba. Bukan dia saja yang kaget dengan keberanian Luke, James juga kaget dengan langkah bosnya, apalagi bertingkah seperti itu di tempat umum. James khawatir tentang dia, Luke sendiri meminta James untuk menjadikan kunjungan itu sebagai sesuatu yang pribadi dan tertutup tetapi dia sendiri berperilaku sembrono di depan umum.Luke cukup keras kepala untuk melepaskan Stephanie, dia menariknya kembali ke pelukannya. Dia mendekatkan wajah Stephanie padanya, berbisik padanya, “Apa? Jangan bilang kamu tidak suka berciuman denganku? Tidakkah kamu ingat gairah seks kita sebelumnya? Kamu meneriakkan namaku ketika aku memakanmu di dalam”"Kamuuu!!!" Dia tersenyum pahit, Luke jelas mencoba membawa kekacauan dalam hidupnya. Itu menyenangkan untuk sementara, hanya untuk melamp

    Last Updated : 2021-12-14
  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 10 Jatuh Cinta pada Stephanie

    Di ChicagoMartin pergi ke rumah sakit setelah mendarat, dia menemani Elena sepanjang malam. Dia meninggalkan rumah sakit di pagi hari, menuju ke kantor. Dia lelah tetapi dia harus menghadiri rapat pemegang saham penting.“Rapat dijadwal ulang menjadi jam 9 pagi. Kita punya waktu satu jam lagi!" Jacob memberitahunya"Stephanie?" Dia bertanya sambil menyesap kopinya"Tentang itu…." Yakub ragu-ragu untuk mengatakannya, tetapi mata Martin menatapnya dengan dingin“Saya mengetahui bahwa madam memasukkan teleponnya ke dalam air, meninggalkan hotel untuk pergi ke klub bersama Nathan dan…”"Siapa?""Lucas Mille

    Last Updated : 2021-12-14

Latest chapter

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 38 Forever One

    5 bulan kemudian San Francisco - Clark Transcontinental Corporation kembali berdiri tegak di bisnis setelah berbulan-bulan perusahaan berjuang sejak Martin Clark meninggal. Investor dan pasar sebelumnya pesimis dengan CEO baru, Stephanie Clark, tetapi dia menghilangkan keraguan itu dan membawa perusahaan itu kembali ke daftar bisnis teratas di Amerika. Stephanie Clark, yang telah aktif di bisnis sejak beberapa bulan lalu setelah melahirkan Maison Clark, terlihat oleh kamera tampak hamil. Media berspekulasi dia memiliki bayi dengan Lucas Miller tetapi tidak ada konfirmasi dari keduanya. Jika Stephanie Clark dan Lucas Miller menikah dan menggabungkan perusahaan mereka, diprediksi mereka akan menjadi salah satu dari lima perusahaan terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar sekitar 1.000 miliar dollar. Stephanie menghela nafas, “Mengapa mereka tidak bi

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 37 Stephanie yang Baru

    Jam 10 malamStephanie baru saja akan tidur ketika dia mendengar seseorang mengetuk pintu. Dia berjalan keluar dan memeriksa Barbara, dan ternyata Barbara sudah tidur. Dia berjalan malas ke pintu dan dia menemukan seorang anggota staf hotel berdiri di sana dengan troli."Permisi, saya datang untuk mengantarkan makanan Anda," katanya sambil mendorong troli ke dalam. Dia menundukkan kepalanya sehingga Stephanie tidak melihat wajahnya dengan jelas"Maaf, tapi saya tidak memesan apapun. Saya pikir mungkin salah…." Stephanie belum menyelesaikan kata-katanya ketika dia dikejutkan oleh langkah staf selanjutnya yang mengambil pisau dan mengarahkannya ke Stephanie. Namun, Stephanie berhasil menghindarinya dan menggunakan pertahanan diri untuk memukul tangan staf yang memegang pisau. Staff itu adalah Cleo dan sedikit y

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 36 Kesempatan untuk Bersama Lagi

    James memutuskan untuk menelepon Yoan, menanyakan tentang Stephanie dan James terkejut ketika Yoan memberitahunya bahwa Stephanie di New York dengan Maison untuk bertemu Luke. Setelah mendapatkan informasi dari Yoan tentang dimana Stephanie menginap, James memutuskan untuk datang ke hotelnya untuk menemuinya di pagi hari.Jam 7 pagiJames mengetuk pintu dan Barbara membuka pintu karena Stephanie masih tidur."Halo," Dia tersenyum pada Barbara, lalu melanjutkan berbicara, "Saya asisten Mr Miller. Saya di sini untuk menemui madam.”"Dia masih tidur," kata Barbara kepadanya“Tolong, bisakah kamu membangunkannya? Ini penting,”James mencoba mendorong peruntungannyaBa

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 35 Salah Paham

    "Rei, apakah itu anak Luke?" Yoan berbicara dengannya setelah dokter pergiStephanie tersenyum pahit, dia mencoba menahan air matanya, dia mengangguk pada Yoan."Kamu harus memberitahunya!""Untuk apa?" Suaranya dalam“Rei….jangan keras kepala!” Yoan mengambil tangannya dan menggosoknya dengan lembut“Dia menceraikanku, Yoan!” Stephanie menatapnya dengan mata sedih“Aku yakin dia melakukannya untukmu. Dia mengutamakan kebahagiaanmu daripada dirinya sendiri. Aku bisa melihat kesedihannya saat melihatmu berlari ke arah Martin, memeluk dan mencium Martin,”Stephanie terdiam. Ia sangat terpukul sa

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 34 Kesedihan

    Seminggu kemudianYoan melakukan tugasnya menangani kasus William. Dia menjatuhkan keluarga Addison dan menghancurkan semua yang berhubungan dengan William. Setelah dia membiarkan William melihat bagaimana ibunya meninggal di bawah tangan Yoan, Yoan bergerak untuk mengurusi Addison dan dia membuat William melihat dengan matanya sendiri bahwa selingkuhannya mengalami pemerkosaan dan pelecehan seksual yang buruk di bawah anak buah Yoan. Sebelum Yoan mengakhiri Addison dan William, dia berhasil menggali informasi tentang Luke dan instingnya benar, William hanya memfitnah Luke dalam kasus ini.Lily menjadi depresi ketika dia mengetahui bahwa William telah meninggal dan lebih buruk lagi dia menyalahkan Luke karena membiarkan hal itu terjadi. Dia marah pada Luke dan kondisi kesehatannya semakin buruk dari hari ke hari.&l

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 33 Berpisah

    Yoan memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi. Matanya mengamati dari Stephanie ke Luke dan terakhir pada William. Dia merasa ada yang tidak beres. Dia kemudian menoleh ke Jacob“Kamu punya filenya, kan? Aku ingin memeriksa!” Dia berkata kepada YakubSetelah Jacob menyerahkan file William, Yoan memeriksanya dan dia tersenyum. "Jadi, kamu hanya memiliki ibumu, istrimu, yakni saudara perempuan Luke dan siapa Addison Carter ini?""Oh, selingkuhanmu!" Yoan menjawab pada dirinya sendiri, lalu Jacob menambahkan, “Dia ada di penjara. Lucas Miller menempatkannya di sana setelah dia mencoba menyakiti saudara perempuannya.”'Ya, ada yang salah di sini!' Pikir Yoan, lalu dia menoleh ke William, tersenyum, "Jacob, mari kita kesampingkan Luke dan saudara

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 32 Kebohongan William

    Luke berjalan keluar dari kamar mandi dan menemukan Stephanie bersandar di tempat tidur, bersantai setelah meletakkan Maison di tempat tidur. Dia tersenyum, lalu Luke naik ke tempat tidur dan duduk di sebelahnya."Kamu menghabiskan lebih banyak waktu di kantormu hari ini!" Stephanie berkata padanya"Ya, ada sesuatu yang perlu diurus," Luke berbohong padanya. Luke sebenarnya sibuk memikirkan bagaimana cara memberitahunya tentang Martin dan JacobLuke tetap diam setelah itu, sibuk dengan pikirannya sendiri. Namun, Stephanie menyadarinya, dia mendekatinya dan menyentuh wajahnya dengan lembut."Sayang, apakah ada sesuatu di pikiranmu?" Stephanie bertanyaLuke berbalik untuk menatap matanya, dia tersenyum, "Tidak ada!" Dia menjawa

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 31 POV Martin

    RochesterAku membuka mataku perlahan dan yang kulihat adalah langit-langit putih. Aku mengamati sekeliling dan menemukan diriku di kamar rumah sakit. Ruangan itu seperti kamar tidur pribadi, sangat besar dan ada sofa tidak jauh dari tempat tidurku. Aku sendirian di kamar, tetapi tidak cukup lama kemudian aku melihat pintu terbuka, Jacob masuk."Mr Clark, Anda sudah bangun!" Dia berkata dan dia tampak bahagia, aku bisa melihat dari ekspresinya. Kemudian, dia menekan tombol panggil dan beberapa menit kemudian dokter datang untuk memeriksaku“Sudah berapa lama aku di sini?” Aku bertanya setelah dokter pergi“Beberapa bulan,”"Stephanie?""Saya melakukan apa y

  • (INDONESIA) My Forever One   Chapter 30 Panggilan dari Yoan

    Sebulan kemudianStephanie bangun dan melihat Luke tidur nyenyak di sebelahnya. Dia mengangkat kepalanya untuk memeriksa Maison dan dia tersenyum ketika dia melihat bayinya masih tidur. Dia bergerak sedikit dan Luke, yang merasa dia bergerak, menariknya ke pelukannya. Dia memeluknya dan terus tidur. Stephanie tersenyum, lalu tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya. Dia berbalik dan mendekatkan wajahnya ke Luke, menciumnya."Hmmmmm," gumam LukeStephanie terus menciumnya dan dia perlahan membuka matanya. Ketika Stephanie melihat Luke sudah bangun, dia berkata pelan, "Apakah aku membangunkanmu?"Luke tidak menjawabnya tetapi dia menciumnya, lalu dia mengangkat kepalanya untuk memeriksa Maison. Stephanie memberitahunya, “Dia masih tidur. Kita punya waktu!"

DMCA.com Protection Status