Suasana pagi hari di Mansion keluarga Cakra Baihaqi terlihat lain dari biasanya. Rumah megah nan mewah itu biasanya sudah dihiasi dengan suara ramai dari Zaara yang pagi-pagi selalu menyapa semua orang saat hendak lari pagi. Akan tetapi, kali ini semua pelayan tidak melihat keberadaan dari nona mudanya tersebut yang tidak pulang semalaman.
Namun, para pelayan tidak berani untuk bertanya atau pun membahas tentang nona mudanya karena merasa takut pada sang nyonya besar. Hingga saat majikan mereka terlihat bersama-sama turun dari lantai atas, hanya sebuah anggukan hormat dari mereka untuk menyapa majikannya.
"Selamat pagi, Tuan dan Nyonya."
Cakra mengamati suasana Mansion dan mengeluarkan suara baritonnya tanpa menjawab salam dari para pelayannya. "Apakah Zaara masih joging pagi?"
Refleks semua orang saling ber-sitatap karena merasa kebingungan harus menjawab apa. Hingga kepala pelayan yang baru
Mohon dukungannya dengan memberikan review bintang 5 dan komentar positif ya. Terima kasih đđ„°
Nina dari tadi tidak berhenti mengarahkan tatapannya pada kakak kelasnya yang dari tadi sibuk dengan ponselnya dan menyebut nama sahabatnya. Kemudian terlihat sangat frustasi wajahnya begitu ponselnya mati. "Bukankah nomor Zaara tidak aktif? Karena aku sudah menelponnya berkali-kali tadi, Kak." "Aku menghubungi nomor baru Zaara karena kemarin mengantarkannya pergi ke Mall untuk membeli nomor dan ponsel baru. Tadi aktif, tapi dia tidak mengangkat panggilanku dan malah sekarang nomornya tidak aktif. Sepertinya dia tidak ingin berbicara dengan siapa pun. Sebenarnya apa yang dilakukannya dan dimana dia?" keluh Nizam dengan wajah yang sudah terlihat penuh kecemasan. "Aku juga tidak tahu, Kak. Akan tetapi, ceritakan padaku bagaimana bisa Zaara pergi dengan Kakak kemarin. Apakah tidak ada yang mencurigakan dari sikap Zaara? Cepat ceritakan semuanya padaku," cerca Nina bertubi-tubi. Karena tidak ingin menutupi hal yang dik
Beberapa saat sebelum kejadian di taman, sosok pria muda berusia 25 tahun dengan rahang tegas dan juga memiliki paras yang cukup manis, terlihat baru saja keluar dari supermarket waralaba dan netra pekatnya melihat taksi yang baru saja berhenti di seberang jalan karena ia harus segera pergi ke terminal untuk kembali ke kampung halaman, membuatnya buru-buru menyeberang menuju ke arah mobil yang baru saja menurunkan seorang penumpang. Begitu ia sudah menyeberang, ia langsung mengetuk pintu depan mobil untuk berbicara pada pria paruh baya yang tak lain adalah sang supir. "Pak," ucap Willy Anggara. Sang supir yang baru saja menyalakan mesin mobilnya untuk kembali mencari penumpang, refleks langsung membuka kaca mobil, agar bisa berbicara dengan pria yang memanggilnya. "Iya, Mas." "Bisa antarkan saya ke terminal, Pak?" tanya Willy saat menatap dengan intens pada pria di yang
Arkan yang masih merasa bersalah dan frustasi setelah memperkosa Zaara, kini tengah berdiri di samping jendela kaca kamarnya. Netra dengan silinder hitamnya tengah fokus menatap ke arah bawah. Di mana lalu lalang kendaraan padat merayap saat jam menunjukkan waktu kerja. Seolah semua orang sedang diburu waktu saat berangkat mengais rezeki. Sedangkan ia dulu terbiasa bangun siang saat di New York setelah diangkat menjadi orang kepercayaan bosnya. Sebenarnya, jam kerja di sana hampir sama dengan jam kerja di Indonesia. Dulu ia selalu berangkat dari apartemen pada pukul 9 kurang 10 menit karena jarak yang dekat dengan tempat bekerja dan ia pun adalah orang kepercayaan dari pemilik perusahaan. Namun, berbeda dengan awal-awal dulu yang membuatnya harus membanting tulang saat menjadi pegawai rendahan. Jam kantor di Amerika adalah pukul 9 pagi sampai pukul 5 sore. Akan tetapi, kebanyakan orang berangkat pukul 6.30 pagi atau 7.30. Pol
Selama di dalam perjalanan menuju ke arah Mansion keluarganya, Zaara terlihat sangat gelisah dan meremas rok yang dipakainya. Bahkan degub jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya karena memikirkan nasib dari papanya yang mungkin akan terluka karena ditinggalkan oleh wanita yang selama ini kejam terhadapnya. Tentu saja ia kini tengah berpikir, bahwa pengorbanannya selama lima tahun belakangan akan sia-sia jika sampai ayahnya berakhir ditinggalkan oleh ibu tirinya. 'Papa, bagaimana nasib papa saat wanita iblis itu kembali pada daddy Arkan. Daddy ... rasanya pria jahat itu tidak pantas aku sebut daddy. Dia sangat jahat, sama seperti wanita ular berbisa itu,' lirih Zaara dengan tangan yang mengepal. Sorot mata yang masih merah akibat menangis tadi, kini berubah makin memerah, penuh dengan kilatan amarah. Bahkan ia saat ini ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk melampiaskan amarahnya, tapi ia tidak bisa melakukannya saat di dalam
Cakra Baihaqi baru saja tiba di Mansion setelah ia pergi ke sekolah Zaara untuk mengecek apakah putrinya masuk sekolah. Namun, rasa kecewa dan berbagai penyesalan mulai menghantui dirinya saat menyadari kesalahannya yang tanpa pikir panjang mengusir putri satu-satunya dari istri pertama. Awalnya, ia hanya terbawa emosi hingga membuatnya tidak sengaja mengeluarkan kalimat pengusiran. Ia berpikir bahwa Zaara akan meminta maaf dan menjadi gadis penurut seperti biasanya. Apalagi putrinya tidak membawa apa-apa saat pergi dari Mansion. Saat ini, rasa khawatir yang dirasakan olehnya, benar-benar telah membuatnya frustasi dan penyesalan yang teramat mendalam memenuhi jiwanya. Dengan langkah gontai, ia berjalan masuk ke pintu utama menuju ruang tamu dan bisa dilihatnya, putra bungsunya sedang bermain bersama sang istri dengan banyaknya mainan baru yang kemarin dibelikannya dari luar negeri di lantai mengkilat berwarna abu-abu tersebut. &n
Zaara yang masih berada di dalam mobil, terlihat meremas rok yang dipakainya saat melihat interaksi dari tiga orang di depan Mansion, yaitu papa, mama tiri dan terakhir adalah pria yang dipanggilnya daddy tersebut. Hatinya benar-benar merasa terenyuh saat melihat papanya merasa shock begitu melihat wanita yang selama ini dipercayai berniat meninggalkannya. 'Papa pasti sangat shock melihat wanita yang sangat dicintainya tiba-tiba memilih pergi bersama pria lain. Apalagi jika sampai papa mengetahui bahwa aku sudah diperkosa oleh pria yang telah menghancurkan kebahagiaannya. Papa tidak akan pernah bisa menerimanya dan pasti akan semakin membenciku. Tidak, lebih baik papa tidak boleh tahu tentang apa yang sudah menimpaku. Mungkin papa akan merasa tenang jika tidak melihatku. Iya, lebih baik aku pergi dari sini secepatnya dan tidak kembali lagi ke Jakarta,' gumam Zaara di dalam hati. Zaara berjenggit kaget saat sebuah tangan mendarat di pundaknya. Ia sekilas menoleh ke ar
Cakra Baihaqi masih mengarahkan tatapan penuh kilatan api pada dua anak manusia yang ada di hadapannya. Semua rasa bercampur menjadi satu saat melihat kemesraan dari wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu, terlihat memeluk erat tubuh pria yang tentunya jauh lebih muda darinya. Rahangnya mengeras hingga bunyi gemeretak giginya yang saling berbenturan karena merasa sangat geram melihat pengkhianatan itu. "Rini Andriani, kamu benar-benar sudah gila. Aku masih suamimu dan kamu masih berstatus sebagai seorang istri. Apakah kamu merasa tidak malu atas perbuatan kotor kalian!" Masih dengan suara baritonnya, Cakra Baihaqi menatap tajam pria yang sama sekali tidak pernah dikenalnya tersebut. "Kau juga pria berengsek yang gila karena menghancurkan ikatan suci pernikahan. Suatu saat kau akan mendapatkan sebuah karma dari perbuatan gilamu ini." Bukan sebuah ketakutan yang tampak dari wajah Arkan dan juga Rini y
Zaara sudah berada di dalam bus yang sudah melaju menuju ke kota Bandung, yang terkenal dengan sebutan kota kembang tersebut. Tempat tujuan yang akan menjadi pilihannya untuk tinggal sementara karena ia ingin menenangkan diri di tempat yang lebih tenang. Tanpa ada satu orang pun yang mengenalnya atau pun mengetahui di mana keberadaan ia saat ini. Saat ini, ia masih memikirkan dua pria yang sangat disayanginya yang menjadi korban dari satu wanita, tak lain adalah ibu tirinya. Ia dari tadi bersandar di punggung kursi dengan memejamkan kedua matanya. 'Papa pasti sudah menyadari kesalahannya yang lebih mempercayai ular betina itu daripada aku. Kemudian menyuruh orang untuk mencariku. Bahkan mungkin sudah lapor polisi. Papa mungkin memang menyadari kesalahannya dan mau aku kembali. Akan tetapi, ketika papa tahu aku sudah tidak perawan dan pria yang merampas kesucianku adalah kekasih dari istrinya, aku pasti akan diusir lagi dari Mansion
Sepuluh bulan setelah Zaara membulatkan tekad untuk hamil lagi telah berlalu. Kini, keinginannya telah terwujud dan benar-benar hamil anak perempuan setelah melakukan USG. Kehamilan Zaara kali ini benar-benar jauh berbeda dari yang pertama, karena semua kemewahan dan kasih sayang serta perhatian dia dapatkan.Arkan benar-benar sangat memperhatikan semuanya, mulai dari asupan gizi dan dokter pribadi yang setiap bulan datang ke rumah untuk mengecek kehamilannya. Itu semua karena Arkan sangat over protective dan sama sekali tidak mengizinkan Zaara keluar, yang malah membuat kecapekan jika harus menempuh perjalanan ke rumah sakit.Meskipun jarak rumah dan rumah sakit hanyalah beberapa kilometer saja, tetapi karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Zaara yang kandungannya lemah, sehingga tidak mau mengambil resiko.Saat ini, kehamilan Zaara sudah menginjak minggu ke 36 dan tinggal menghitung hari saat kelahiran.
Satu tahun telah berlalu, Zaara dan Arkan menjadi pasangan paling romantis sekaligus fenomenal, tak lupa para paparazi yang selalu memburu berita tentang mereka. Bahkan Arza pun kini menjadi selebgram kecil yang selalu menjadi perbincangan di media sosial karena ketampanannya, mewarisi gen daddy dan mommy-nya.Seperti hari ini, saat Arkan menghabiskan waktu liburnya bersama Zaara dan Arza di Mall of America yang terletak di Bloomington, Minnesota. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Dengan 520 toko, 50 restoran dan atraksi termasuk Nickelodeon Universe, taman hiburan dalam ruangan terbesar dan toko American Girl yang baru, pilihan tidak terbatas di Mall of America.Arza yang tidak mau digendong oleh Arkan, terlihat sangat ceria saat berlarian di area pusat perbelanjaan terbesar tersebut. Zaara pun terlihat sangat bahagia melihat interaksi dari ayah dan anak yang berada di depannya. Tidak lu
Tangan Arkan yang tadinya sibuk di rahang Zaara, kini menuruni leher jenjang putih yang sudah mulai berpeluh, lalu meremas dua benda membusung yang sudah tidak terlapisi apapun. Bisa dilihatnya puncak yang mengeras dan Arkan pun mengeluarkan suara yang mungkin sangat menggoda.Zaara bisa merasakan tangan dengan buku-buku kuat itu menggoda tubuhnya yang bergairah dan mengirimkan denyut kenikmatan luar biasa, menembus tubuhnya. Sensasi paling nikmat yang diciptakan Arkan dan membuat Zaara menginginkan lebih banyak yang membuatnya lepas kendali.Bahkan hasratnya meledak seketika saat Arkan mengisap puncak yang mengeras dan menciptakan lonjakan kenikmatan yang teramat luar biasa, seolah melenyapkan ketakutan yang tadi dia rasakan.Arkan tidak membuang waktu karena tangannya sudah menarik penutup terakhir dan lepas dari tangannya.Zaara sebenarnya merasa sangat malu, tetapi karena sudah digulung gairah, dia membiarkan mata Arkan yang indah dan begitu gelap, te
Setelah menceritakan semuanya pada Zaara, Arkan kini mengamati ekspresi dari wanita yang menurutnya terlihat semakin cantik dan mempesona. Selain karena ia selalu membelikan kosmetik terbaik dan termahal untuk perawatan Zaara, juga aura kebahagiaan menjadi penyebab wanita tersebut semakin cantik. “Menurutmu bagaimana, Sayang? Apakah kamu senang Rini mendapatkan karmanya?”Awalnya, Zaara masih terdiam seolah tengah memikirkan apa yang ada di otaknya saat ini. Ia menatap ke arah Arza yang ada di hadapannya. Wajah tidak berdosa yang terlihat dari puteranya, membuatnya memikirkan apa yang puteranya alami satu bulan lalu. “Sudah sepantasnya wanita ular itu mendapatkan karma dari perbuatannya. Aku memang sangat senang dia menuai apa yang selama ini ia tanam. Dari dulu dia selalu membuatku menderita. Jadi, sekarang dia harus menderita di sisa umurnya.”Arkan menganggukkan kepala dan menggeser tubuhnya untuk semakin mendekati Zaara d
Raut wajah kesal yang bisa dilihat Zaara dari pria yang terlihat babak belur tersebut, sebenarnya membuatnya ingin tertawa. Akan tetapi, ia sekuat tenaga untuk menahan diri. Tentu saja agar tidak membuat kemarahan Arkan semakin bertambah. Namun, ia masih ingin merahasiakan semuanya sampai nanti menikah dengan pria yang sangat dipujanya tersebut."Iya, Daddy Arkan sangat bodoh! Karena tidak bisa mengerti perasaan seorang wanita." Zaara berusaha melepaskan kuasa dari jemari dengan buku-buku kuat yang baru saja merangkum pipinya. Karena ingin mengalihkan pandangannya dari netra pekat dengan iris tajam yang mengunci tatapannya dari tadi.Jawaban bernada ambigu yang sama sekali tidak dimengerti, membuat Arkan tidak kunjung melepaskan tangannya yang dari tadi menahan pipi putih Zaara. "Jangan coba-coba untuk kabur, Sayang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum menjelaskan dengan detail tentang maksud dari perkataanmu tadi. Memangnya aku kuran
Arkan termangu di tempatnya saat merasa terkejut dengan penolakan mentah-mentah dari Zaara yang sudah kabur darinya. Bahkan ia seperti orang yang terlihat linglung dan menatap kosong ke sembarang arah dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi otaknya. Saat ini, ia sibuk bertanya-tanya di dalam hati mengenai sikap Zaara yang dirasanya sangat aneh dan langsung menghindar begitu ia membahas tentang masalah anak."Sebenarnya apa yang terjadi pada Zaara? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Apakah terjadi sesuatu dulu tanpa sepengetahuanku? Sepertinya aku harus menanyakan pada Zaara mengenai hal ini."Puas ber-agumen sendiri, kaki panjangnya kini melangkah masuk ke dalam ruangan perawatan Arza untuk menyusul sosok wanita yang tadi meninggalkannya. Begitu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kamar presidential suite tersebut, bisa dilihatnya sosok pria dengan tubuh tinggi tegap hampir sama dengannya sudah membungkuk untuk mencium putr
Flashback on ...Arkan masih berlutut di hadapan sosok pria yang terlihat mengarahkan tatapan menusuk penuh kebencian padanya. Ia sama sekali tidak memperdulikan tanggapan pria yang menurutnya tidak jauh lebih baik darinya tersebut. Sehingga ia sudah mulai menjelaskan tentang semua hal mengenai masa lalunya dengan Zaara tiga tahun yang lalu.Selama beberapa menit, ia menjelaskan dengan tidak ada yang ditutupi sama sekali. Begitu selesai, ia yang dari tadi menundukkan kepala, kini menunggu tanggapan dari pria yang akan menjadi mertuanya dengan perasaan tidak menentu.Cakra Baihaqi yang dari tadi berdiri menjulang di hadapan sosok pria yang sangat dibencinya, tadinya mengunci rapat bibirnya saat mendengarkan penjelasan panjang lebar mengenai awal mula perkenalan dari putrinya dengan Arkan. Sehingga kini, ia mulai mengingat semua dosa-dosanya yang telah lalu. Namun, harga dirinya terlalu tinggi di hadapan pria yang ma
Zaara yang tadinya hendak membuka pintu ruangan perawatan putranya, karena ingin segera mengetahui apakah permasalahan dari dua pria yang sangat dicintainya saat berbicara empat mata selesai atau malah bertambah besar, akhirnya berhenti dan menoleh ke arah sosok pria dengan paras tampan yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri."Iya, Abang Willy. Apakah Abang sudah mengambil keputusan?"Dengan tangan mengepal erat, Willy yang kini berdiri di sebelah wanita yang telah melahirkannya, sesaat menoleh ke arah ibunya. "Ibu tunggu di sini. Aku akan membebaskan belenggu yang selama ini menyiksa kami."Endang Susanti yang merasa terenyuh dengan perkataan lirih dari putranya, hanya bisa mengarahkan tangannya untuk memberikan sebuah kekuatan dengan usapan lembut di punggung kokoh Willy. Tidak lupa sebuah anggukan kepala kini menjadi jawabannya."Pergilah, Putraku. Sudah saatnya kamu melepaskan rantai yan
Zaara awalnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari papanya yang terdengar sangat murka saat baru masuk ke dalam ruangan perawatan putranya. Bahkan saat ini, ia tengah ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang juga tengah terlihat sangat gelisah dan menandakan sedang banyak pikiran. Kini, tangannya mengusap lembut lengan kekar Arkan, ia berusaha untuk menenangkan perasaan pria tampan yang terlihat babak belur tersebut dengan sebuah tatapan mata yang penuh keteduhan.Di saat yang bersamaan, seorang perawat baru saja masuk ke ruangan setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan membawa peralatan medis. "Tuan Arkan, dokter menyuruh saya datang ke sini untuk mengobati luka, Anda."Awalnya Arkan ingin menolak, tetapi saat ia hendak membuka mulut, didengarnya suara dari Zaara yang memberikan sebuah perintah padanya."Daddy Arkan keluar saja bersama perawat ke ruangan lain. Aku ingin berbicara dengan papa," seru Z