Kalimat ambigu yang keluar dari bibir tebal Willy, berhasil membuat tubuh Zaara bergetar karena ketakutan. Sebuah hal yang dari tadi ditakutkannya adalah saat melihat 2 pria yang sama-sama berarti di hatinya itu akan berkelahi untuk memperebutkan dirinya. Sehingga ia ingin menyembunyikan tentang sebuah kenyataan sebenarnya mengenai Arkan demi kebaikan.
"Entah berapa lama aku bisa menyembunyikan tentang daddy Arkan dari abang Willy. Aku harus mengulur waktu sampai menemukan jalan keluar dari masalah ini," gumam Zaara yang saat ini melihat sosok pria yang berdiri menjulang di sebelah ia berbaring.
Zaara bangkit dari ranjang dan saat ini ia berdiri di hadapan Willy yang dikuasai oleh amarah. Tentu saja niatnya adalah ingin menenangkan perasaan pria yang sudah meluapkan emosi akibat perbuatannya.
"Abang Willy, maafkan aku. Aku tahu Abang tidak akan sampai berbuat seperti ini, jika aku tidak keterlaluan. Aku memang wanita tid
"Zaaraku Sayang, apa pria itu sudah tidur? Ayo, kita selingkuh.""Presdir sudah gila. Cepat tutup telfonnya, aku mau tidur."Zaara masih berbicara lirih dengan posisi tangan berada di dekat mulutnya. Tentu saja agar tidak membuat suaranya terdengar oleh Willy dan Endang. Kalimat selingkuh yang keluar dari bibir Arkan benar-benar membuatnya merasa kesal dan geram. Karena ia merasa seperti seorang wanita nakal saja.Saat ingin menekan tombol merah di ponselnya, lagi-lagi ia dibuat terkejut dengan perkataan dari Arkan yang mengungkapkan ancamannya."My girl, jika kamu mematikan sambungan telepon, akan kuhubungi Willy, karena aku tahu nomor ponselnya. Kamu keluar saja dan mencari tempat yang aman untuk kita berbicara.""Astaga, Anda benar-benar sudah gila, Presdir. Sebenarnya Anda mau bicara apa? Bukankah kita besok akan bertemu di perusahaan?"&n
Suara degup jantung yang tidak beraturan dirasakan oleh Zaara saat melihat wajah dengan rahang tegas itu semakin mendekat dan ia tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Sehingga ia buru-buru menutup bibirnya dengan telapak tangan untuk menghindari ciuman dari Arkan. Tentu saja beberapa detik kemudian, bibir sensual nan tebal itu sudah mendarat di punggung tangannya."Jangan lakukan ini, karena aku masih berstatus sebagai istri dari abang Willy. Tolong mengertilah ...." Zaara tidak melanjutkan perkataannya karena merasa ragu untuk memanggil pria di depannya dengan panggilan sayang. Namun, ia tidak bisa menahan diri dan melanjutkan perkataannya."Aku berharap Daddy Arkan bisa memahami posisiku," ujar Zaara dengan degub jantungnya yang berdetak sangat kencang.Ia selalu tidak bisa menahan diri saat berada se-intim itu dengan pria yang masih mengungkungnya dalam kuasa lengan kekar yang dari tadi melingkar di
Arkan kini sudah duduk di kursi kebesarannya dan mulai sibuk berkutat dengan pekerjaan. Meskipun ia berkosentrasi saat bekerja, tetapi sebentar-sebentar tersenyum saat menatap ke arah sang primadona di hatinya yang kini tengah duduk sambil menyangga kepalanya dengan tangan kanan.Tak lupa, sebuah senyuman selalu terpancar dari wajah yang terlihat sangat cantik nan mempesona tersebut. Seolah senyuman itu merupakan suntikan semangat dan vitamin untuknya saat bekerja."Rasanya aku akan makin bersemangat saat setiap hari ditungguin olehmu, Sayang. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari ini."Zaara refleks langsung terkekeh melihat sikap pria dewasa yang masih fokus bekerja sambil merayunya. "Daddy Arkan sangat pintar menggombal rupanya. Aku jadi penasaran dengan masa muda Daddy. Apa dulu banyak wanita yang mengejar-ngejar Daddy?"Arkan yang saat ini tengah memegang pulpen di tangannya, terlihat me
Saat ini, Zaara sudah berada di dalam mobil mewah milik Arkan. Ia kini masih memakai seragam cleaning service karena saking semangatnya, sampai membuatnya lupa untuk mengganti pakaiannya. Dengan kepala menunduk, ia mengamati penampilannya dan beralih menatap penampilan rapi Arkan yang memakai setelan 3 potong membalut tubuh seksi pria tampan itu."Daddy, aku seperti upik abu saat berada di sampingmu. Lihatlah, Daddy sangat rapi dengan jas dan aku terlihat sangat menyedihkan dengan seragam cleaning service ini."Refleks Arkan hanya terkekeh begitu mendengar keluhan Zaara yang terlihat sangat lucu saat merasa tidak percaya diri hanya gara-gara sebuah pakaian. Tanpa membuang waktu, tangan kekarnya merengkuh pinggang ramping itu untuk memeluknya. Jarak yang seketika terkikis dan indera penciumannya yang menangkap aroma wangi strawberry dari rambut yang diikat ke belakang itu, seolah langsung menjadi sebuah candi untuknya. Sehingga ia kini sibuk
Rini Andriani baru saja masuk ke dalam mobil dan saat sang supir mulai mengemudikannya meninggalkan butik, sekilas ia melihat sosok pria yang selama ini masih sangat dicintainya tengah berjalan bersama mantan anak tirinya. Refleks ia meremas gaun yang saat ini dikenakannya. Amarah yang memuncak, dirasakan olehnya dan kebencian yang ia rasakan, bertambah besar pada Zaara yang baru diketahuinya telah merebut Arkan."Anak tidak tahu diri itu benar-benar ingin dihabisi. Bagaimana bisa dia bersama dengan Arkan? Apa gara-gara dia, Arkan membatalkan pernikahan 3 tahun yang lalu? Wanita yang dibilang sangat dicintainya adalah anak sialan itu? Berengsek! Aku tidak akan pernah membiarkan anak tidak tahu diri itu merebut Arkan. Tidak, aku akan melakukan apapun untuk memisahkan mereka. Jika perlu, aku akan menghabisinya. Arkan harus kembali padaku, tidak ada satu pun wanita yang bisa memilikinya selain aku."Rini mengirimkan sebuah pesan pada seseorang dan mengirimkan foto dari Ar
Arkan sudah banyak memilih pakaian yang menurutnya sangat cocok dipakai oleh Zaara. Ia lebih banyak memilih dress di bawah lutut yang sederhana dan tidak terlalu terbuka. Melihat sosok Zaara yang lemah lembut, anggun dan elegan yang tidak pernah berpenampilan mencolok dan berlebihan. Sehingga ia memilih pakaian sederhana, tetapi elegan.Sementara itu, Zaara yang membulatkan kedua matanya saat melihat banyaknya pakaian di tangan Arkan, tidak berhenti geleng-geleng kepala. "Astaga, Daddy mau memborong semua pakaian ini? Nggak sekalian beli tokonya?" canda Zaara yang merasa sangat heran dengan perbuatan Arkan."Sepertinya ide itu sangat bagus. Baiklah, aku akan berbicara pada pemilik butik." Arkan berpura-pura untuk mengiyakan candaan dari Zaara.Refleks Zaara langsung menepuk jidatnya, "Daddy, jangan bercanda. Awas, ya kalau sampai berbuat konyol. Aku mau ganti seragam ini dulu dengan gaun ini, meskipun ini terlalu m
Arkan yang melihat manik bening Zaara menatapnya dengan sangat intens, tentu saja membuat ia merasa sangat penasaran dengan hal apa yang akan disampaikan oleh wanita di sampingnya. "Iya, Sayang. Katakan saja, aku siap mendengarkan."Zaara masih sibuk untuk menormalkan perasannya. Karena saat ini, ia benar-benar merasa sangat gugup untuk berkata jujur pada Arkan tentang rahasia terbesar yang selama ini disimpannya rapat-rapat dan tidak ada satu pun orang yang mengetahuinya."Sebenarnya ...."Arkan mengarahkan tangannya ke arah Zaara saat ponselnya berdering. "Sebentar, Sayang." Arkan meraih ponsel pintar di saku jasnya dan langsung menggeser tombol hijau ke atas, karena mendapat telfon penting dari rekan bisnisnya. Kemudian ia berbicara panjang lebar dalam bahasa asing.Sementara itu, Zaara hanya diam sambil mengamati wajah tampan yang serius saat berbicara dalam bahasa asing yang ti
Zaara melangkahkan kaki jenjangnya mengikuti langkah pria yang dari tadi menggenggam erat tangannya yang basah karena keringat dingin. Begitu ia masuk ke dalam ruangan kamar yang tidak berubah sedikit pun, ia pun langsung mengingat momen pertama kali saat berada di dalam kamar itu bersama dengan pria yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali.Cinta pertama dan sekarang ia berharap itu akan menjadi cinta terakhirnya setelah kembali bertemu dengan pria yang merengkuh tubuhnya. Ia menoleh ke arah Arkan dengan tatapan penuh kegelisahan."Daddy, aku ...."Arkan langsung memotong suara dari Zaara yang terdengar bergetar saat memanggil namanya. Karena ia ingin mengingatkan Zaara tentang momen manis saat mencium bibir merah merekah Zaara yang menjadi ciuman pertama dari gadis itu."Sayang, kamu ingat first kiss yang aku lakukan padamu dulu di situ?" Menunjuk ke arah tempat saat dulu ia mencium Zaa
Sepuluh bulan setelah Zaara membulatkan tekad untuk hamil lagi telah berlalu. Kini, keinginannya telah terwujud dan benar-benar hamil anak perempuan setelah melakukan USG. Kehamilan Zaara kali ini benar-benar jauh berbeda dari yang pertama, karena semua kemewahan dan kasih sayang serta perhatian dia dapatkan.Arkan benar-benar sangat memperhatikan semuanya, mulai dari asupan gizi dan dokter pribadi yang setiap bulan datang ke rumah untuk mengecek kehamilannya. Itu semua karena Arkan sangat over protective dan sama sekali tidak mengizinkan Zaara keluar, yang malah membuat kecapekan jika harus menempuh perjalanan ke rumah sakit.Meskipun jarak rumah dan rumah sakit hanyalah beberapa kilometer saja, tetapi karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Zaara yang kandungannya lemah, sehingga tidak mau mengambil resiko.Saat ini, kehamilan Zaara sudah menginjak minggu ke 36 dan tinggal menghitung hari saat kelahiran.
Satu tahun telah berlalu, Zaara dan Arkan menjadi pasangan paling romantis sekaligus fenomenal, tak lupa para paparazi yang selalu memburu berita tentang mereka. Bahkan Arza pun kini menjadi selebgram kecil yang selalu menjadi perbincangan di media sosial karena ketampanannya, mewarisi gen daddy dan mommy-nya.Seperti hari ini, saat Arkan menghabiskan waktu liburnya bersama Zaara dan Arza di Mall of America yang terletak di Bloomington, Minnesota. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Dengan 520 toko, 50 restoran dan atraksi termasuk Nickelodeon Universe, taman hiburan dalam ruangan terbesar dan toko American Girl yang baru, pilihan tidak terbatas di Mall of America.Arza yang tidak mau digendong oleh Arkan, terlihat sangat ceria saat berlarian di area pusat perbelanjaan terbesar tersebut. Zaara pun terlihat sangat bahagia melihat interaksi dari ayah dan anak yang berada di depannya. Tidak lu
Tangan Arkan yang tadinya sibuk di rahang Zaara, kini menuruni leher jenjang putih yang sudah mulai berpeluh, lalu meremas dua benda membusung yang sudah tidak terlapisi apapun. Bisa dilihatnya puncak yang mengeras dan Arkan pun mengeluarkan suara yang mungkin sangat menggoda.Zaara bisa merasakan tangan dengan buku-buku kuat itu menggoda tubuhnya yang bergairah dan mengirimkan denyut kenikmatan luar biasa, menembus tubuhnya. Sensasi paling nikmat yang diciptakan Arkan dan membuat Zaara menginginkan lebih banyak yang membuatnya lepas kendali.Bahkan hasratnya meledak seketika saat Arkan mengisap puncak yang mengeras dan menciptakan lonjakan kenikmatan yang teramat luar biasa, seolah melenyapkan ketakutan yang tadi dia rasakan.Arkan tidak membuang waktu karena tangannya sudah menarik penutup terakhir dan lepas dari tangannya.Zaara sebenarnya merasa sangat malu, tetapi karena sudah digulung gairah, dia membiarkan mata Arkan yang indah dan begitu gelap, te
Setelah menceritakan semuanya pada Zaara, Arkan kini mengamati ekspresi dari wanita yang menurutnya terlihat semakin cantik dan mempesona. Selain karena ia selalu membelikan kosmetik terbaik dan termahal untuk perawatan Zaara, juga aura kebahagiaan menjadi penyebab wanita tersebut semakin cantik. “Menurutmu bagaimana, Sayang? Apakah kamu senang Rini mendapatkan karmanya?”Awalnya, Zaara masih terdiam seolah tengah memikirkan apa yang ada di otaknya saat ini. Ia menatap ke arah Arza yang ada di hadapannya. Wajah tidak berdosa yang terlihat dari puteranya, membuatnya memikirkan apa yang puteranya alami satu bulan lalu. “Sudah sepantasnya wanita ular itu mendapatkan karma dari perbuatannya. Aku memang sangat senang dia menuai apa yang selama ini ia tanam. Dari dulu dia selalu membuatku menderita. Jadi, sekarang dia harus menderita di sisa umurnya.”Arkan menganggukkan kepala dan menggeser tubuhnya untuk semakin mendekati Zaara d
Raut wajah kesal yang bisa dilihat Zaara dari pria yang terlihat babak belur tersebut, sebenarnya membuatnya ingin tertawa. Akan tetapi, ia sekuat tenaga untuk menahan diri. Tentu saja agar tidak membuat kemarahan Arkan semakin bertambah. Namun, ia masih ingin merahasiakan semuanya sampai nanti menikah dengan pria yang sangat dipujanya tersebut."Iya, Daddy Arkan sangat bodoh! Karena tidak bisa mengerti perasaan seorang wanita." Zaara berusaha melepaskan kuasa dari jemari dengan buku-buku kuat yang baru saja merangkum pipinya. Karena ingin mengalihkan pandangannya dari netra pekat dengan iris tajam yang mengunci tatapannya dari tadi.Jawaban bernada ambigu yang sama sekali tidak dimengerti, membuat Arkan tidak kunjung melepaskan tangannya yang dari tadi menahan pipi putih Zaara. "Jangan coba-coba untuk kabur, Sayang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum menjelaskan dengan detail tentang maksud dari perkataanmu tadi. Memangnya aku kuran
Arkan termangu di tempatnya saat merasa terkejut dengan penolakan mentah-mentah dari Zaara yang sudah kabur darinya. Bahkan ia seperti orang yang terlihat linglung dan menatap kosong ke sembarang arah dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi otaknya. Saat ini, ia sibuk bertanya-tanya di dalam hati mengenai sikap Zaara yang dirasanya sangat aneh dan langsung menghindar begitu ia membahas tentang masalah anak."Sebenarnya apa yang terjadi pada Zaara? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Apakah terjadi sesuatu dulu tanpa sepengetahuanku? Sepertinya aku harus menanyakan pada Zaara mengenai hal ini."Puas ber-agumen sendiri, kaki panjangnya kini melangkah masuk ke dalam ruangan perawatan Arza untuk menyusul sosok wanita yang tadi meninggalkannya. Begitu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kamar presidential suite tersebut, bisa dilihatnya sosok pria dengan tubuh tinggi tegap hampir sama dengannya sudah membungkuk untuk mencium putr
Flashback on ...Arkan masih berlutut di hadapan sosok pria yang terlihat mengarahkan tatapan menusuk penuh kebencian padanya. Ia sama sekali tidak memperdulikan tanggapan pria yang menurutnya tidak jauh lebih baik darinya tersebut. Sehingga ia sudah mulai menjelaskan tentang semua hal mengenai masa lalunya dengan Zaara tiga tahun yang lalu.Selama beberapa menit, ia menjelaskan dengan tidak ada yang ditutupi sama sekali. Begitu selesai, ia yang dari tadi menundukkan kepala, kini menunggu tanggapan dari pria yang akan menjadi mertuanya dengan perasaan tidak menentu.Cakra Baihaqi yang dari tadi berdiri menjulang di hadapan sosok pria yang sangat dibencinya, tadinya mengunci rapat bibirnya saat mendengarkan penjelasan panjang lebar mengenai awal mula perkenalan dari putrinya dengan Arkan. Sehingga kini, ia mulai mengingat semua dosa-dosanya yang telah lalu. Namun, harga dirinya terlalu tinggi di hadapan pria yang ma
Zaara yang tadinya hendak membuka pintu ruangan perawatan putranya, karena ingin segera mengetahui apakah permasalahan dari dua pria yang sangat dicintainya saat berbicara empat mata selesai atau malah bertambah besar, akhirnya berhenti dan menoleh ke arah sosok pria dengan paras tampan yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri."Iya, Abang Willy. Apakah Abang sudah mengambil keputusan?"Dengan tangan mengepal erat, Willy yang kini berdiri di sebelah wanita yang telah melahirkannya, sesaat menoleh ke arah ibunya. "Ibu tunggu di sini. Aku akan membebaskan belenggu yang selama ini menyiksa kami."Endang Susanti yang merasa terenyuh dengan perkataan lirih dari putranya, hanya bisa mengarahkan tangannya untuk memberikan sebuah kekuatan dengan usapan lembut di punggung kokoh Willy. Tidak lupa sebuah anggukan kepala kini menjadi jawabannya."Pergilah, Putraku. Sudah saatnya kamu melepaskan rantai yan
Zaara awalnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari papanya yang terdengar sangat murka saat baru masuk ke dalam ruangan perawatan putranya. Bahkan saat ini, ia tengah ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang juga tengah terlihat sangat gelisah dan menandakan sedang banyak pikiran. Kini, tangannya mengusap lembut lengan kekar Arkan, ia berusaha untuk menenangkan perasaan pria tampan yang terlihat babak belur tersebut dengan sebuah tatapan mata yang penuh keteduhan.Di saat yang bersamaan, seorang perawat baru saja masuk ke ruangan setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan membawa peralatan medis. "Tuan Arkan, dokter menyuruh saya datang ke sini untuk mengobati luka, Anda."Awalnya Arkan ingin menolak, tetapi saat ia hendak membuka mulut, didengarnya suara dari Zaara yang memberikan sebuah perintah padanya."Daddy Arkan keluar saja bersama perawat ke ruangan lain. Aku ingin berbicara dengan papa," seru Z