Cahaya matahari masuk mengintip di dalam sela-sela tirai jendela di kamar Alana. Sinarnya menyilaukan manik-manik mata indah berwarna hitam milik Alana.
"Kamu sudah bangun," ucap Reynar yang duduk di depan sofa ranjang yang ditiduri Alana.
“Pagi Rey.” Terdengar suara serak khas orang tidur.
“Bersiap-siaplah aku menunggumu di bawah untuk sarapan.” Reynar berkata dengan dingin.
1 minggu kemudianTanpa terasa sudah seminggu Reynar dan Alana berada di pulau R. Pulau pribadi milik Reynar yang ada di pertengahan Kepulauan Seribu. Pulau yang sangat indah dan mampu memanjakan mata dengan segala pesonanya dan keistimewaannya yang seakan-akan berada di Maldives.Alana sangat menikmati keindahan pulau R. Hamparan pasir berwarna putih tampak apik dengan deretan bunga-bunga indah dan pepohonan yang rindang. Fasilitas di pulau tersebut juga tak kalah dengan tempat-tempat yang lainnya. Pulau R tidak terlalu besar hanya 10 hektar dan terdapat Villa-villa modern ada di sana dengan ketenangan dan berlibur dari penatnya pekerjaan.
1 bulan kemudianSudah 1 bulan Reynar selalu bersama Alana. Gadis itu sudah telah jatuh cinta padanya dan selalu melayani apapun keinginannya. Hal yang membuat ia semakin menyukai Alana ternyata wanita itu selalu bisa memuaskannya di tempat tidur bahkan Alana bisa mengimbangi semua permainannya.Setelah pulang dari perusahaannya, Reynar selalu cepat - cepat ingin kembali ke Villa Rose. Rasanya sehari saja tidak bertemu Alana bagaikan setahun dan yang lebih membuat ia bersamangat Alana selalu tersenyum menyambutnya pulang.Sekarang Alana di dalam dekapan Rey ingin menanyakan hal yang membuatnya penasaran.
Pagi harinya Reynar yang tertidur di samping Alana terbangun terlebih dahulu entah mengapa sulit rasanya untuk ia tidur terlelap. Tadi malam ia begitu kebingungan dengan perasaannya sendiri. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati dan pikirannya.Melihat Alana di balik selimut tanpa mengenakan sehelai benang pun membuat pikirannya melayang. Ingin sekali ia melakukan hubungan intim dan menikmati semua kenikmatan yang diberikan oleh Alana. Napsu dan gairah sudah membuatnya lupa akan dendamnya sendiri.“Aku harus melakukan lagi sebelum kembali ke Jakarta,” ucapnya mulai ketagihan dengan tubuh Alana.
Reynar berangkat ke kantornya dengan wajah sumringah. Mungkin benar yang orang katakan jika hasrat seksual terpuaskan membuat bahagia kehidupan ini. Begitulah yang dirasakannya, kehidupan seksualnya menjadi semakin bergairah semenjak bersama Alana.Wildan hanya bisa ikut bahagia semenjak mood Reynar yang jarang marah - marah kalau ada pekerjaan dari karyawan yang tidak tepat. Semenjak ada Alana Reynar jadi sangat berbeda. Ia juga tahu kalau atasannya selalu bercinta tiap malam dengan Alana tak merasa heran. Setelah bertahun - tahun ia ikut bekerja di Adiwangsa Grup baru kali ini melihat Reynar tersenyum lebar. Ia bahkan berharap Reynar sudah lupa dengan dendamnya pada Alana.
Reynar menghela napas berat saat ia harus merangkul pundak Reva. Untuk sekarang demi Alana, ia berusaha menahan ego nya, jika ia terus menerus bertengkar dan menyudutkan Reva akan membuat Alana salah. Reva yang merupakan putri keluarga Wijaya mampu melakukan apapun sesuai keinginannya. Meskipun, sudah bertunangan selama 3 tahun dengan Reva, tak pernah ada perasaan cinta yang dirasakan oleh Reynar pada Reva.Sudah berkali - kali Reynar mencoba untuk menerima kehadiran Reva. Bahkan Reva sangat dekat dengan keponakannya, Felicia. Reva begitu perhatian pada Felicia sering mengajak keponakannya bermain ataupun jalan - jalan. Meskipun, Reva sangat sombong, arogan, dan sangat egois, tapi ada sisi baik dari Reva yang mungkin tidak semua orang mengetahuinya, tapi ia tahu. Sekarang wajah tunangannya tersebut tampak cemberut jika keing
Suara gaduh terdengar di lantang saling menyahut memekakan telinga bagi yang mendengarnya. Seorang wanita berpenampilan seksi dengan polesan make up semakin menunjang penampilannya yang cantik mengeluarkan kata - kata kasar dan umpatan pada wanita lain yang juga membalas tatapannya tak kalah lantangnya. Bagaikan dua singa betina yang siap saling menerkam tak mau kalah.Dua wanita cantik itu tidak ada yang mau mengalah saling mempertahankan argumen yang menurut mereka benar. Membuat salah satu wanita semakin berang dan ingin mencakar wanita yang lain."Dengar yaa kamu wanita murahan, aku ini Reva
Setelah dari apartemen Reva, Reynar kembali ke Villa Rose. Ia mengkhawatirkan keadaan Alana. Sesampainya di Villa Rose, Wildan dan Nina sudah menyambutnya. "Bagaimana keadaan Lana?" tanya Reynar."Nona Alana sudah tidur Tuan," jawab Nina."Apa dia menangis?" "Iya Tuan, tapi sekarang sudah tidak lagi." “Wildan panggilkan semua penjaga.” “Baik Pak.” Hary, Fajar, dan Irfan sudah di hadapan Reynar. Ia akan memberikan instruksi agar siapapun tidak boleh masuk ke dalam Villa Rose meskipun itu Reva. Semua dilakukannya demi melindungi Alana. “Kalian jaga Villa Rose. Jangan biarkan siapapun masuk ke dalam Villa, siapapun itu termasuk Reva. Kalau bodyguard Reva memaksa untuk masuk ke dalam kalian lakukan segala cara untuk menghalangi si Indra masuk! Hajar saja si Indra itu bila dia tetap memaksa masuk,” titah Reynar. “Siap Tuan,” ucap Hary, Fajar, dan Irfan serempak. "Dan untuk kamu, Nina tugasmu segera hubungi Wildan saat Reva dan Indra mencoba mengganggu Alana dan lindungi Alana da
Nina menyiapkan semua barang-barang yang diperlukan Alana untuk pindah ke rumah Reynar. Alana juga ikut membantu Nina memasukan barang-barang di dalam koper. "Kita mau ke mana, Nin?” tanya Alana penasaran. “Pindah dari Villa Rose, Nona,” ucap Nina. "Pindah dari Villa, Nona. Keadaan Anda bisa dalam bahaya jika masih berada di Villa ini." "Iya sih. Hmm, Nina aku mau nanya sesuatu deh.” “Tanya apa Lan?” Nina masih sibuk dengan pakaian-pakaian Alana. “Hmm, Nin. Apa kamu tahu kalau Kenneth sudah memiliki tunangan?" Nina menoleh ke arah Alana. Mendengar pertanyaan Alana, ia menjadi gugup sendiri, tapi berusaha untuk tetap tenang. “Aku ga tau sih Lan. Aku juga baru kerja kan di sini,” ucap Nina berbohong. “Masa sih.” Alana menatap Nina curiga. “Astaga Lana. Mau si Reva itu tunangannya atau bukan, tapi Tuan Reynar ‘kan hanya peduli sama kamu. Buktinya selalu aja bela kamu loh, bahkan mati-matian melindungi kamu. Itu point paling penting.” “Tapi, tetap aja aku ga suka kayak git
Pernikahan yang sudah dinantikan keluarga Adiwangsa pun akan terlaksana. Meskipun, Reynar dan Alana sudah menikah dan sudah tercatat di pemerintah, tapi baru hari inilah pesta pernikahan mereka terlaksana. Alana menatap wajahnya di depan cermin. Gaun putih gading yang dikenakannya dengan kerah sabrina yang memperlihatkan pundaknya semakin membuatnya tampak begitu cantik dan anggun. Make up nya yang bernuansa warm natural dengan polesan warna nude di bibirnya semakin membuatnya tampak mempesona. Sekarang ia bisa menunjukan dirinya di depan semua orang tanpa rasa malu lagi. “Aku harus bahagia demi anak dalam kandunganku,” ucapnya memberikan dirinya sendiri semangat. Venna dan Anita masuk ke dalam ruang make up bersama - sama. Sang mempelai wanita sudah tampil cantik dengan balutan gaun pengantin yang indah melekat di tubuhnya. "Aku sangat senang ternyata anak sahabatku menjadi menantuku," ucap Venna melirik Anita. "Aku juga bahagia, anak kita bisa bersanding di dalam ikatan cinta y
1 hari sebelum pernikahan Alana berjalan mondar mandir resah dan gelisah sendiri. Ia akan melaksanakan pesta pernikahan besok, tapi tak ada orang yang paling penting dalam hidupnya yaitu, Anita, Ibunya. Reynar yang mengambil cuti dari segala kepenatan pekerjaan kantornya sedang menikmati waktu santai, tapi istrinya yang bolak - balik di hadapannya membuatnya merasa terganggu. “Kamu kok mondar - mandir begitu. Kamu kenapa Sayang?” tanya Reynar. “Aku gelisah besok kita mau nikah,” ucal Alana. “Loh, kita kan memang sudah menikah Sayang. Besok itu baru pestanya.” “Eh, iya itu maksudku.” “Kamu bohong yaa. Ayo ngomong kamu ada apa?” Alana meremas - remas tangannya. Ia bingung harus mengatakan apa pada suaminya. “Aku kangen sama Mama,” ucapnya sedih. “Sudahlah santai - santai dulu masih siang ini,” ucap Reynar. Alana menatap Reynar tidak percaya. Kenapa suaminya sangat santai saat ia mengatakan rindu pada orang tuanya. Apakah keluarganya memang tidak berarti bagi Reynar sampai suami
Pagi ini Reynar dan Alana datang ke rumah keluarga Adiwangsa. Reynar memperhatikan Alana yang berada di sampingnya yang terlihat jelas istrinya gelisah. “Kamu kenapa?” tanya Reynar. “Aku… aku ga apa - apa kok,” jawab Alana menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. “Kamu gelisah ya.” Alana menatap Reynar. “Aku takut.” “Takut kenapa?” “Takut Papa dan Mamamu ga bisa menerimaku.” “Bukannya kamu sudah bicara di telepon sama Mama.” “Sudah sih, tapi ketemu langsung seperti ini kan beda. Hmm, Mama suka perempuan yang gimana? Apa kalem, lemah lembut, lucu, cerewet, atau apa?” Reynar menggenggam tangan Alana. “Jangan khawatirkan apapun. Kamu jadilah dirimu sendiri bukan orang lain.” “Tapi kalau jadi diri sendiri aku itu judes, cerewet, ga lemah lembut malah kadang bisa bar - bar, dan egois sih.” “Nah, itulah kamu. Kamu memang seperti itu mau gimana lagi. Yang penting bagi aku yaa jadi diri kamu sendiri. Aku aja bisa jatuh cinta sama kamu yang sudah begini.” “Iya Sayang.” Tak lama
Yudi segera kembali ke kantornya untuk mencari tahu tentang Frans dan kebetulan Joe sudah tiba di Jakarta. Selama beberapa hari ini Joe menyelidiki siapa Julia dan sekarang sudah selesai mencari tahu tentang Julia. Joe memberitahukan kalau yang semua Julia katakan adalah kebohongan. Di salah satu desa di Semarang tidak satupun orang mengenal Julia, bahkan tak pernah tahu siapa Julia. “Jadi gadis itu menipuku,” ucap Yudi sangat kesal. “Iya Tuan. Kayaknya Julia bukan gadis biasa deh meskipun penampilannya biasa saja,” ujar Joe. “Apa jangan - jangan ini ulah Benny?” Yudi langsung terikat pada Papanya. “Iya ya Tuan. Kan aneh kalau wanita incaran Tuan Benny ga dicari kalau menghilang. Bukannya Tuan bilang si Julia mau jadi istri kesekiannya Tuan Benny.” “Eh, tumben otakmu encer Joe.” “Hehehe… Tuan inilah yang dinamakan efek dari holiday. Kalau kerja sambil jalan - jalan itu semua terasa santai dan menyenangkan loh, Tuan. Coba deh sekali - sekali healing - healing biar ga spaneng Tuan
Reynar bersama dengan Yudi secepat mungkin datang ke apartemen Aira. Tadi ia diberi kabar oleh Rendi kalau Venna datang ke apartemen Aira dan Chester juga mengatakan kalau ada orang jahat ke tempat mereka. Reynar mencoba menghubungi telepon genggam Alana, tapi tidak ada jawaban. “Cepetan Wil, aku khawatir sama Mama dan Alana nih,” ucap Reynar gelisah. “Tenang Rey. Jangan terlalu tergesa - gesa,” ujar Yudi mencoba menenangkan Reynar. Tak membutuhkan waktu lama mereka tiba di apartemen Aira yang kebetulan pintunya terbuka dan mereka langsung masuk begitu saja. Reynar hanya dapat melihat Alana yang terlihat begitu tertekan. “Sayang, kamu baik - baik saja?” tanya Reynar langsung membawa Alana ke dalam dekapannya. Alana merasakan sangat lega saat kehadiran Reynar. Sudah sedari tadi ia merasa sangat tertekan pada Aira dan juga Venna. “Rey…” Venna memanggil Reynar. Reynar menoleh mendengar suara Venna. “Mama kenapa Mama di sini?” tanyanya heran. “Kamu ada hubungan apa sama Alana?” tan
Aira sama sekali tidak menyangka kalau Alana berani melawannya. Dikiranya Alana akan seperti wanita - wanita di sinetron ikan terbang menangis dan ketakutan saat diancam. Meninggalkan suaminya lalu dirinya lah yang akan menang dan berkuasa. “Biasa aja kali Aira melihat aku. Aku bukan setan atau iblis, toh kamu sudah menyerupai itu,” ucap Alana mengejek Aira. Aira sangat kesal dengan ucapan Alana. Mereka terus menerus saling beradu pendapat dan Frans yang ada di sana sama sekali tidak pernah menyangka kalau Alana bisa seperti itu. Ia seperti tidak mengenal Alana yang selalu saja lemah dan tak berdaya. Ia menatap Alana dengan kesal. Rasa cintanya berubah menjadi marah ditambah lagi Alana malah terus menerus membela Reynar. Reynar laki - laki yang sangat dibencinya malah wanita yang dicintainya menjadi buta dan tetap membela Reynar yang sudah terang - terangan memiliki anak dari wanita lain. Rencananya gagal total membuat Alana membenci Reynar dan meninggalkan pria saingannya. “Lana,
Alana sudah tidak memperdulikan apapun lagi. Ia harus segera ke unit apartemen Aira. Ia yakin semuanya hanyalah kebohongan. Reynar sangat mencintainya dan tak mungkin mengkhianatinya. Frans sangat kesal Alana akan mendatangi Aira. Ia khawatir nanti Aira malah mengatakan hal yang sebaliknya jadi memutuskan untuk mengikuti wanita yang dicintainya. Dengan penuh emosi Alana menekan bel pintu apartemen Aira. Aira yang sedang merapikan baju - baju ke koper sangat terkejut bel pintunya dibunyikan berkali - kali. Padahal ia sedang sibuk membereskan semua keperluannya untuk pergi dari keluarga Adiwangsa. “Siapa sih pencet - pencet bel berkali - kali kayak orang kesurupan begitu,” ucap Aira kesal. “Mama itu siapa?” Chester ikutan bertanya karena bunyi bel yang berkali - kali tanpa henti. “Kamu tunggu di sini ya Nak. Di dalam kamar aja ga usah keluar - keluar.” “Apa itu orang jahat Ma? Kok masih bunyi terus jadinya berisik Ma.” “Kayaknya itu orang jahat. Ini telepon genggam Mama, kalau nan
Reynar menghubungi Yudi meminta sahabatnya tersebut untuk datang ke kantornya. Meskipun, Yudi merasa heran namun ia tetap menuruti Reynar agar ia datang ke perusahaan Adiwangsa tanpa ada seorangpun yang menemaninya. “Kenapa Rey? Wajahmu kok serius amat,” ucap Yudi yang baru tiba di kantor Reynar. “Ada seseorang mengancam Aira,” ujar Reynar dengan mimik wajah serius. “Sejak kapan kamu peduli sama Aira? Biarkan saja tuh perempuan diancam malah bisa jadi kesempatanmu ‘kan.” “Bukan itu masalahnya. Kita kan sudah tau kalau anaknya Aira itu bukan anakku, tapi ternyata ada orang lain yang tau tentang si Chester. Dan dia melakukan itu semua karena suruhan orang lain.” Reynar menunjukan pesan Aira Yudi. Yudi membaca pesannya dengan serius, ia jadi yakin ada seseorang dibelakang Aira, tapi apa tujuannya?“Jadi semua yang dilakukan Aira itu ada dalangnya.” Yudi mengangguk - anggukan kepalanya. “Memang sih Aira itu pintar dan licik hampir mirip - miriplah sama Reva, tapi bukan psikopat kayak
Pagi ini bukan pagi yang menyenangkan bagi Aira. Ia gelisah sendiri harus melakukan apa. Apakah ia harus menuruti perkataan pria bertopi hitam itu atau memilih untuk pergi saja dari semuanya. Di tambah lagi sekarang Venna malah sudah berbeda tidak seperti sebelumnya. Di saat ia gelisah telepon genggamnya berdering. Nama Rendi tertera di layar membuatnya terkejut. “Ngapain si kakek tua itu telepon aku pagi - pagi begini?” ucapnya bingung. Aira bimbang harus mengangkat telepon dari Rendi atau tidak. “Angkat ga ya.” Ia terdiam sejenak lalu memutuskan untuk tidak mengangkatnya. “Biarin ajalah. Lebih baik ga angkat telepon, nanti kalau ditanya bilang aja lagi sibuk ngurus Chester,” ucapnya mencoba menenangkan dirinya sendiri. Baru sebentar saja Aira merasa lega. Telepon genggamnya kembali berdering kali ini bukan Rendi, tapi pria bertopi hitam itu kembali menghubunginya. “Waduh, mati aku. Kenapa nih orang telepon aku lagi sih,” ucapnya kesal. Aira memutuskan tidak mengangkat telepon