Lampu hijau yang diberikan membuat Billy lupa diri, menyentuh Zee seakan tidak puas hanya dengan satu kali sentuhan. Zee sendiri menikmati setiap sentuhan yang diberikan Billy dan memang hanya dia satu – satunya pria yang menyentuh dalam serta melihat tubuhnya tanpa busana, suara desahan memenuhi ruangan ini atas apa yang mereka lakukan. Billy tidak pernah merasakan nikmatnya berhubungan seperti saat ini, bersama Tyas hanya sekedar memasukkan tanpa merasakan apa pun sama sekali.
Suara teriakan menandakan mereka mencapai klimaks dan Billy membiarkannya keluar di dalam dengan sedikit berharap akan hadirnya bayi kecil dari hubungan mereka ini, wajah lelah Zee membuat Billy menariknya masuk ke dalam pelukan tanpa melepaskan penyatuan mereka dan tidak lama kemudian deru nafas pelan serta teratur terdengar menandakan bahwa Zee telah tidur dalam pelukan Billy.
Pembicaraan dengan Mili tadi sedikit membuat Billy berpikir apa yang dilakukannya benar atau tidak, rencana unt
Terbangun dengan tubuh lengket karena apa yang diperbuat bersama Billy membuat Zee beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan cairan yang melekat ditubuhnya, Zee tidak membayangkan akan sejauh ini bersama Billy dan seketika sadar akan apa yang akan dirinya hadapi nanti ke depan bersama Billy. Keluar dari kamar mandi tidak melihat keberadaan Billy dengan perut laparnya menuju ke dapur untuk memasak makanan yang akan dimakannya, bunyi pintu dibuka membuat Zee melangkah mendekat pintu di mana Billy masuk dengan membawa tas yang pastinya berisi baju.“Aku akan tinggal disini” Zee hanya mengangguk mendengar perkataan Billy “kamu memasak apa?.”“Pasta yang sederhana karena memang malas masak yang susah, kamu sudah makan?.”Billy mengangguk “tadi sama ayah” sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar.Zee sendiri memutuskan tetap membuatkan untuk Billy berjaga jika menginginkan makan, sepertinya tubuh Ze
Kedatangan Tania tidak diprediksi sama sekali di mana Zee langsung mendorong Billy sehingga penyatuan mereka terlepas dengan terpaksa, diambilnya baju miliknya yang berserakan dengan membawa ke dalam kamar dan tidak peduli bagaimana nasib Billy, sedangkan Billy sendiri langsung mengambil pakaiannya dan digunakan depan Tania saat itu juga. Mereka berdua duduk dihadapan Tania yang memandang tajam membuat Zee tidak berani menatapnya begitu juga dengan Billy, kejadian yang benar – benar tidak terduga antara malu dan tidak enak terhenti di tengah – tengah. “Sejauh mana hubungan kalian?” Tania masih memandang tajam yang membuat Zee semakin menunduk “jawab mami, Zee.” “Saya dalam waktu dekat akan melamar Zee secara resmi” Billy membuka suaranya membuat Tania mengalihkan pandangan ke arahnya yang membuat Billy menelan saliva kasar. “Billy, kami semua tidak pernah membencimu sama sekali dan kami semua tahu apa yang akan direncanakan ibu kamu itu jadi bisakah rencanamu
Zee mencoba tidak peduli dengan kata – kata Tania karena fokusnya saat ini adalah acara sosial untuk anak – anak membutuhkan, terlalu sibuk dengan Billy membuat Zee melupakan agenda penting jika saja tidak dihubungi Indah untuk menyelesaikan yang belum dikerjakan. Zee masuk ke dalam ruangannya yang berada di lantai atas dan langsung melihat persiapan yang dilakukan oleh timnya, memeriksa beberapa bagian setelah kemarin diberitahu oleh Indah. Dari jarak jauh tampak beberapa pria berdiskusi yang membuat Zee tidak ingin terlibat di dalamnya, tepukan di bahu membuat Zee mengalihkan pandangan di mana ada Boy yang berdiri disampingnya. “Masalah apa sampai kamu seperti ini?” Boy membuka pembicaraan “karena anak Om Bima?” Zee memandang terkejut “aku tahu karena pernah mengalami masa – masa sulit meski tidak secara langsung seperti Rere dan Nisa karena saat itu mereka belum bersatu.” “Aku bingung apa yang harus aku lakukan saat ini.” “Kamu mencintainya?” Zee memandang
Zee menatap malas pada Billy ketika mendengar kata – kata tersebut, tidak tahukah bahwa saat ini dirinya ingin menyendiri tidak ingin mendapatkan gangguan. Ketukan pintu membuat Zee bernafas lega di mana Indah masuk menginginkan Zee untuk turun ke bawah membicarakan perkembangan dari acara, tanpa menunggu waktu Zee akhirnya keluar setelah menyuruh Billy keluar terlebih dahulu dari ruangannya. Zee menatap beberapa orang yang menunggunya dengan segera ikut terlibat dalam pembicaraan di mana Billy ikut serta, namun bukannya terlibat dalam pembicaraan yang dilakukan hanya memandang Zee dan sedikit membuatnya tidak nyaman. “Tidak ada kerjaan lain yang kamu lakukan selain memandangi aku?” Zee menatap malas pada Billy yang saat ini duduk berdua karena pembicaraan mengenai acara telah selesai. Billy menggelengkan kepala pelan “bisakah kita kembali keruangan kamu?” Zee langsung menggelengkan kepala “melakukan di ruangan kamu rasanya akan menyenangkan” mengedipkan matanya memb
Billy menatap penuh dengan emosi apa yang terjadi dihadapannya, Rahud tidak menyadari perubahan emosi pada Billy. Berdiri meninggalkan Rahud yang masih bertahan di cafe milik Zee tidak dipedulikan sama sekali oleh Billy, tujuannya saat ini adalah apartemen miliknya yang diyakini jika Tyas masih berada di sana. Billy membutuhkan pelampiasan atas semuanya, memasuki apartemen miliknya yang tampak sepi semakin membuat Billy kesal, diambil ponsel menghubungi Tyas untuk segera mendatanginya tapi sayang nomer Tyas tidak bisa dihubungi dan hal ini semakin membuat Billy kesal. Billy mencoba untuk menenangkan diri tapi setelah sekian lama tidak bisa sama sekali, beberapa kali dirinya merasa tidak tenang memikirkan apa yang dilakukan oleh Zee. Ponselnya berbunyi di mana nama Tyas muncul yang langsung diangkatnya dan sayangnya Tyas tidak bisa menemui dirinya karena sang suami sudah pulang, tapi berjanji akan mencoba untuk datang ke sana jika memang bisa. Perkataan Tyas ini tidak dihirau
Tyas memandang wajah Billy setelah mengatakan hal tersebut untuk mencari kesungguhannya, membelai wajah Billy seakan menenangkannya tanpa melepaskan gerakan bagian bawah mereka yang sedang bersatu. Billy mendapatkan serangan seperti ini tidak tahan dan semakin dalam menggerakkan miliknya yang berada di dalam milik Tyas, seakan melupakan perkataannya tadi dan fokus dengan satu tujuan yaitu mencapai kenikmatan secepatnya. Tyas tidak memberikan Billy istirahat sama sekali dengan mempercepat gerakan penyatuan mereka hingga mencapai klimaks secara bersamaan, Billy menindihi Tyas setelah mencapai klimaksnya yang langsung dipeluk erat dengan membelai punggung Billy pelan. “Sebenarnya aku dalam proses cerai dengan bantuan ibu kamu agar proses berjalan lancar.” Billy menatap Tyas mencari kesungguhan yang diangguki “apa yang ibu perbuat?.” “Mencarikan pengacara terbaik agar memudahkan semuanya dan alasan kenapa aku ingin bercerai” Billy mengernyitkan dahi “ibu da
Erland menatap lekat Zee saat mengatakan hal itu, dirinya bukan tidak senang hanya saja berada diantara dua orang yang akan menikah bukanlah keinginannya. Erland mencintai Zee sejak pertama kali melihatnya tapi dirinya sadar diri akan statusnya yang seorang duda, meski Erland tahu kedua orang tua Zee tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. “Aku yang tidak mau karena kamu menikahi dia bukan aku” membelai wajah Zee pelan “jika kamu merasa tidak cocok dengannya hentikan ini semua karena kamu sendiri yang terluka kecuali jika kamu mencintai pria itu.” Zee terdiam mendengar perkataan Erland, mungkin benar adanya benih – benih cinta sudah timbul dalam diri Zee saat ini dimana tidak pernah disadarinya. Menatap Erland yang saat ini sedang menatapnya lembut membuat Zee sadar untuk tidak mempermainkan perasaan pria yang telah berbuat baik pada dirinya dan keluarga, bahkan sudah dianggap keluarga sendiri oleh orangtuanya. “Lantas apa yang harus aku lakukan, mas?.”
Billy diam membisu atas apa yang dirinya lakukan pada Zee, bahkan saat Zee menatapnya tajam dimana tangannya masih bergetar setelah menampar wanita dihadapannya. Zee berteriak kembali membuat Billy dengan terpaksa memenuhi permintaannya, menutup pintu kamar Zee dan langsung terduduk saat mendengar suara tangisan didalam. Billy tidak menyangka akan dengan mudah melakukan hal ini, dimana menampar Zee yang bahkan tidak ada dalam rencananya. Billy tahu jika hubungan mereka atas dasar membayarkan dendam ibunya pada keluarga ini, suara tangisan Zee akhirnya terhenti membuat Billy bernafas lega dan memutuskan untuk keluar dari rumah ini menuju tempat kerjanya. Dalam perjalanan dimana suara tangis Zee memenuhi telinganya berkali – kali dan juga tanpa sadar sering menatap tangan yang digunakan untuk memukul Zee tadi, mereka belum menikah tapi Billy sudah sejauh ini memperlakukan Zee dan sudut hatinya terasa sangat sakit. “Hallo, sayang.” Billy menatap Tyas yang sudah
Menatap keluarga kecil dimana Zee baru melahirkan anak mereka beberapa bulan lalu, Zee sedang menyusui putra pertama mereka yang bernama Althan dengan menggunakan botol karena mereka kedatangan dua orang tidak penting yaitu Leo dan Endi. Mereka berdua memutuskan untuk membeli rumah yang tidak jauh dari orang tua Zee, Billy sudah mengubah panggilan pada Bima dengan sebutan mas.“Kalau suka itu bilang bukan diam aja” Billy menatap Zee dan Endi bergantian “adik kamu ini suka sama Tere.”“Tere” Zee mengangguk “kamu pedofil?”Bantal melayang mengenai wajah Billy dimana pelakunya adalah Endi sedangkan Leo dan Zee tertawa melihat apa yang Endi lakukan.“Udah lewat tujuh belas tahun dan jarak kita nggak jauh – jauh amat.”“Wajah Tere keliatan anak kecil jadi tetap aja kamu pedofil” Leo memberikan kata – kata godaan membuat Endi menatap tajam.“Tapi memang orang
Billy menatap gudukan tanah yang ada dihadapannya dimana sebagai tempat terakhir wanita yang melahirkannya, tidak ada dalam bayangannya jika Mili akan berlalu begitu cepat bahkan depan kedua matanya. Billy berada di pemakaman bersama Wijaya, Bima, Endi dan Tian serta Pandu. Billy sendiri belum bicara panjang lebar pada Wijaya mengenai masalahnya bahkan beberapa kali mantan suami Tyas ingin bertemu dengannya belum juga bisa terlaksana sama sekali.Proses pemakaman berlangsung cepat dimana Endi benar – benar mengurus semuanya bersama dengan Leo dan Rifat, Billy sendiri menghabiskan waktu dengan memeluk Zee di ranjang sambil membelai perutnya dan mengucapkan banyak kata syukur pada Tuhan.“Ayo kita pulang” tepukan pelan di bahu membuat Billy beranjak meninggalkan tempat Mili terakhir.Perjalanan ke rumah dengan menggunakan satu mobil karena mereka memang malas untuk menggunakan mobil masing – masing, Pandu yang menyetir di depan dengan Tian
Rencana berubah total dimana langsung membawa Mili ke rumah sakit dan orang – orangnya langsung diamankan oleh polisi, Billy memandang Mili yang banyak mengeluarkan darah pada kepalanya. Dokter yang datang mengatakan jika peluru tidak terlalu dalam masuknya tapi bukan jaminan jika akan selamat, Billy hanya terdiam disamping Mili sambil menatap penuh dengan kesedihan.“Kamu harus ikhlas jika sesuatu terjadi pada dia.”Billy mengangguk pelan mendengar perkataan dari Bima, menatap ruang operasi yang baru saja tadi dimasuki Mili. Billy terdiam dengan menundukkan kepalanya dimana tidak menyangka sama sekali jika sang ibu yang dicintainya akan berbuat sejauh ini, perasaan bersalah memenuhi dirinya dimana tidak bisa mencegah semuanya.“Tyas sudah meninggal.”Billy menatap Bima dengan tidak percaya “apa benar Tyas dibunuh?”“Menurut keterangan mereka ya tapi bukan salah satu dari kami atau orang yang menjaga
Perkataan Billy membuat Mili terkejut namun seketika tertawa, Billy menatap sang ibu dengan tatapan yang tidak mempercayai semuanya dan saat menatap Bima dimana tampak biasa saja dengan apa yang Mili lakukan.“Kamu nggak akan setega itu melakukannya pada ibu kamu sendiri” menatap santai pada Billy “kamu hebat bisa membuat dia bersandiwara seperti ini” mengalihkan pandangan pada Bima dengan tatapan mengejek.“Terserah, sekarang apa yang akan kamu lakukan padaku?”“Jebakan murahan” sindir Mili menatap remeh pada Bima “kamu nggak lupa kan siapa orang tuaku?”“Kamu sendiri tidak lupa bukan siapa mertuaku dan peran mertuaku pada orang tuamu?”“Tutup mulutmu saat mengatakan hal itu, kalau bukan karena pria itu orang tuaku akan tetap hidup sampai saat ini.”“Kamu yang membuat masalah dengannya jadi apa harus diam?” Bima memandang Mili dengan sedikit wasp
Semua menatap tidak percaya dengan apa yang Rifat katakan, Zee yang mendengar itu seketika menjadi pucat dan takut hal buruk terjadi. Sentuhan di tangannya membuat Zee menatap sang sumber dimana memberikan senyuman yang sangat menenangkan, memilih untuk diam dengan menarik serta menghembuskan nafas secara perlahan.Pihak rumah sakit sudah diberitahukan untuk tidak ada yang masuk ke dalam ruangan kecuali dengan panggilan salah satu diantara mereka, jika sampai pihak rumah sakit masuk tanpa panggilan Wijaya akan menuntut secara hukum. Zee tahu jika saat ini sangat aman bersama dengan keluarganya, memilih duduk dekat Tania dengan memeluknya erat diimbangi dengan sentuhan pada rambutnya.“Maafkan aku, mi.”“Nggak perlu minta maaf karena meski kamu nggak melakukan ini pasti suatu saat akan terjadi” belaian lembut di rambut membuat Zee lamgsung mengantuk “alasan kita setuju dengan semua rencana kamu adalah menyelamatkan Billy dimana
Semua Mata memandang pintu yang terbuka dimana tampak Tari dan Via beserta yang lain masuk ke dalam ruangan Zee membuat mereka saling memandang satu sama lain, mereka mengelilingi Zee dengan memberikan pelukan singkat secara bergantian.“Tama kamu sama mama di ruangan mami dan papi temani Rey. Papa akan disini sama Tari dan Jimmy” menatap Tama yang mengangguk pelan “Mbak Via mau di sini atau tempat papi?”“Bagaimana kalau semua berkumpul di tempat Anggi?” mereka semua menatap Zee “atau berkumpul dalam satu tempat jadi biarkan penjaga ada di tempat masing – masing, strategi mengalihkan perhatian.”Semua saling menatap satu sama lain seakan apa yang dikatakan Zee adalah benar adanya, akan lebih baik jika mereka berada dalam satu ruangan yang sama sehingga mudah untuk menghentikan gerakan mereka semua.“Keadaan siapa yang sudah jauh lebih baik?” Tian menatap Leo yang mengangkat bahu.&l
Pelukan Wijaya membuat Zee menangis keras ditambah tepukan pelan pada punggungnya semakin air matanya keluar deras, perasaan bersalah menghampiri dirinya saat memutuskan menikah dengan Billy. Pria yang membenci dirinya dan dengan sengaja menjebak untuk hubungan lebih dalam sebelum menikah, masuk ke dalam jebakan hingga membuat Zee tanpa sadar mencintai pria tersebut meski beberapa kali menolaknya.“Cinta nggak bisa memilih pada siapa seperti papi ke mami, meski usia papi tidak muda lagi saat bertemu mami tetap saja mami kamu bisa mencintai papi sedalam ini begitu juga sebaliknya” menghapus air mata Zee yang berada di pipi “sekarang tinggal lihat bagaimana Billy bersikap, hati kamu sama seperti mami hanya saja tetap harus mendapatkan pelajaran.”Zee mengangguk pelan “bagaimana dengan Anggi?”“Pastinya keguguran tapi tenang saja papi yakin pasti nanti akan dapat bayi kembar sama seperti Via” mereka berdua saling mema
Kedua orang beda jenis kelamin tersebut masih diam membisu dan tidak ada tanda – tanda membuka suara sama sekali, melihat merek berdua membuat semua lelah termasuk Boy dan Gerald.“Bawa mereka ke kantor polisi dan kalian harus hati – hati karena apa yang kita hadapi sangat licik” Boy menatap pengawal dengan datar “nanti aku akan menyusul setelah membuat laporan pada pihak rumah sakit bersama satpam.”“Aku yang akan menemani mereka” Boy menatap Gerald dan hanya mengangguk pelan.Zee hanya diam saat melihat mereka semua keluar dari ruangan, tanpa menyadari Boy melangkah kearah dirinya dengan memegang kepalanya yang membuat Zee terkejut.“Aku nggak papa tapi tidak dengan Leo” mengarahkan pandangan ke arah Leo yang penuh luka di lengan.“Penjaga yang kuat sekali pun nggak mengubah semuanya” menatap lesu pada Zee “bagaimana dengan Billy?”Zee mengangkat bahu &ldqu
Leo membiarkan Zee menangis sepuasnya, satu hal yang mereka rahasiakan dari Billy adalah kehamilan dimana bayi mereka baik – baik saja meski harus dipantau lebih dalam karena bisa saja Zee akan melahirkan di bulan berikutnya jika memang tidak memungkinkan, bahkan yang membuat Zee bingung adalah Billy yang tidak merasakan perutnya yang masih membesar saat tadi mereka berdekatan.“Sudah lebih baik?” mengangguk pelan “lantas apa rencanamu?”“Aku sudah pernah bilang ke Endi, kamu, Mas Boy dan Mas Gerald” menatap Leo malas “aku hanya ingin tahu sejauh mana Billy melangkah, bukan aku meminta dia memilih hanya saja apa yang ibunya lakukan sudah masuk dalam tindak kriminal.”“Apa pun itu pasti kami dukung.”“Mami dimana kok nggak terlihat?”“Mami pulang karena Anggi lagi rewel.”“Hamil muda ya begitu nanti kamu juga akan sama merasakan, bagaimana sama itu