"Apa maksud mu? Pungutan orang lain apa?" tanya Duke Alex seraya melangkah ke arahnya.
Duchess Anabella menutup bukunya dengan kasar, ia menaruhnya di atas meja. Lalu menoleh, "Apa Tuan memberikannya karena tidak di sukai oleh nona Floria atau jangan-jangan Tuan merasa tidak cocok pada nona Floria."
Duke Alex memegangi dadanya, tuduhan itu membuatnya nyeri. Sekalipun ia tidak pernah meminta pendapat Floria tentang gaun itu. Semuanya itu murni pilihannya sendiri, tanpa bantuan orang lain."Semuanya itu aku yang membelinya, tidak ada campur Floria sedikit pun."
Duchess Anabella berdiri, benar atau tidak. Hatinya tidak percaya. "Aku tidak mempercayainya. Silahkan bawa semua barang itu ke tempat semestinya."
"Duchess, aku memilihnya sendiri, tangan ku sendiri yang merasakannya. Floria tadi membeli gaun sendiri tanpa aku menemaninya. Aku yang memilihnya sendiri tanpa campur tangan siapa pun."
"Zoya,"
"Saya Nyonya." Zoya sedikit melihat ke ar
UmmmDuke Alex membuka matanya, ia merasakan sesuatu di atas tubuhnya. Matanya langsung membulat sempurna. Ia memindahkan tangan yang melingkar di atas perutnya. Lalu menyingkapi selimutnya, ia bernafas lega. Tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Masih berpakaian utuh. Ia pun turun dari ranjangnya dengan hati-hati. Agar tidak ada yang tau, ia tidur dengan Floria. Tidak enak, jika sampai di telinga Duchess. Bagaimanapun juga, wanita itu masih istri sahnya.krek"Tuan."Wanita berpakaian pelayan itu pun menunduk, entah apa yang terjadi tadi malam. Ia hanya berharap tidak terjadi sesuatu. Ia begitu kasihan pada Duchess Anabella. Perkataan Duchess Anabella masih memenuhi di telinganya."Kamu siapkan keperluan Floria, aku akan memakai kamar lain. Dan panggilkan pelayan untuk menyiapkan semua keperluan ku.""Baik Tuan." Sahut Emma. Ia pun langsung memasuki kediaman Duke. Lagi-lagi ia bisa bernafas lega. Majikannya tidak menghabiskan waktu deng
"Alban," Laki-laki itu langsung membantu tubuh Alban yang tersungkur ke tanah. "Maaf aku tidak sengaja, aku minta maaf," ucap Duchess Anabella merasa bersalah pada anak kecil yang menabraknya tadi. Hingga matanya terbuka lebar, melihat laki-laki yang didekorasi dengan sempurna. Dagunya pun sampai terjatuh. "Hah," Duchess Anabella langsung menunduk. "Tidak apa-apa, seharusnya kami ya
Kesatria Luis menarik pedangnya. Kemudian menyodorkan ke leher Duke Leon. Ujung pedang itu sedikit menusuk Duke Leon. Dari awal dia memang curiga, tapi ia mengembangkan-pura untuk mengelabui mereka. Dan dua ekor tikus itu akhirnya keluar dari sarangnya. Siapa sangka, ia akan menemukan di kamar majikannya. melihat keduanya menaiki teras sang majikannya membuat darah. Ia takut terjadi sesuatu dan akhirnya masuk setelah Zoya jika ada seseorang yang memasuki kamar Duchess Anabella. Duchess Anabel
"Tidak, aku tidak suci lagi. Aku seorang janda." Pungkas Duchess Anabella. Laki-laki itu mendesah pelan, sepertinya dia lelah menjelaskan semuanya. Bahwa apa pun yang terjadi, hatinya masih sama mencintai Anabella. "Lihat aku, Anabella." Duchess Anabella menatap netra biru itu. "Aku tidak memandang status mu. Aku akan membuat dirimu bahagia seperti dulu. Jangan khawatirkan masalah lain. Yang terpenting kita bersama seperti dulu lagi.
Tak terasa tiga hari telah berlalu, selama itu pula Duke Alex tidak menemui Duchess Anabella. Dia belum sanggup bertemu dengan Duchess. Tragedi malam itu, tak bisa ia hilangkan dari pikirannya."Tuan, lihatlah. Aku sudah memesan gaun pengantinnya." Ucap Floria.Duke Alex tak bereaksi apa pun. Entah mau senang atau tidak. Entah karena apa? tiba-tiba hatinya merasa tak menginginkan pernikahan ini."Tuan, apa Tuan tidak menyukai gaun ini?" Tanya Floria. Gaun dengan warna biru dan kerlap kerlip batu safir berwarna putih yang menempel di gaunnya. Ia sudah memesan gaun itu sejak jauh hari. Pernikahannya pasti meriah seperti saat Duke Alex menikah dengan Duchess Anabella. "Jika Tuan tidak suka, aku akan menggantinya yang lain.""Aku suka, terserah kamu." Ucap Duke Alex. Bibirnya ingin mengatakan tidak mau menikah, tapi hatinya memikirkan perasaan Floria. Dia tidak mungkin berlari tanpa tanggung jawab."Flo, terserah kamu. Aku serahkan saja pada mu. Pernik
Sepanjang malam Duke Alex menghabiskan waktunya di teras depan dan di temani beberapa botol Wine. Sebotol Wine itu pun mengalir di tenggorokannya. Dalam semenit, Duke Alex sudah menghabiskan sebotol Wine di tangannya. Dia menuangkan cairan merah itu ke lantai. "Hah, aku tidak ingin berpisah dengannya."Kesatria Luis yang berdiam diri di samping Duke Alex pun memegangi bahunya. "Tuan sudah mencintai Nyonya. Hanya saja Tuan belum menyadarinya." Tutur Kesatria Luis.Duke Alex mencerna perkataan Kesatria Luis. Ingatannya tentang kebersamaannya dengan Duchess berputar di kepalanya. Benar, sudah sangat lama dia menghabiskan waktu bersama dengan Duchess. Ia memegangi dadanya yang berdetak lebih cepat."Apa Tuan merasa kenyamanan dan kehangatan saat bersama dengan Duchess?""Benar, bersamanya aku merasa sangat nyaman dan tenang. Bahkan jantungnya berdetak lebih cepat. Kadang aku gugup saat bersamanya."Duke Alex beranjak berdiri dari kursinya. Keduanya tan
"Tuan, ini tidak benar. Biar saya yang ke sana." Ucap Kesatria Luis hendak melangkah. "Tunggu." Duke Alex menahan lengan Kesatria Luis. "Biarkan saja. Kita akan mengawasinya dari jauh." Kesatria Luis pun pasrah. Dia tidak mengerti jalan pikiran kedua majikannya. Yang adalah diri sendiri, lalu sadar setelah pergi. Dan yang satunya, ingin pergi karena sudah menemukan orang lain.
Duchess Anabella memejamkan matanya. Nafasnya terasa berhenti, di mana ia harus mendengarkan sebuah perkataan yang tak pernah ia inginkan. Tentunya ia sangat paham. Sekian lama menunggu dan akhirnya bertemu, tanpa menunggu ikatan suci keduanya sudah melakukan."Duchess, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Floria tidak melakukan apa pun, sungguh.""Dan kenyataannya, kesungguhan Duke adalah kebohongan." Duchess Anabella turun perlahan dari satu anak tangga ke anak tangga lainnya. Dia tidak menampilkan wajah kekecewaannya atau kesedihannya. Sudah terbiasa menjalaninya, percuma saja. Wanita di hadapannya akan melunjak dengan senang.Dari awal dia sudah curiga, kebaikannya hanyalah sebuah usaha untuk meretakkan rumah tangga. Setelah berhasil menyakitinya, lalu dia
Tiga bulan telah berlalu. Hubungan Duchess Anabella dan Duke Alex semakin membaik. Bahkan keduanya sangat harmonis. Dimana ada Duke Alex sudah pasti ada Duchess Anabella. Tak heran, jika keduanya menjadi perbincangan panas di antara para bangsawan. Pernikahan yang awalnya sempat hancur. Kini telah membaik. Duke Alex selalu menempel pada Duchess Anabella. Jika ada sesuatu yang mendesak di istana. Duke Alex selalu meminta Duchess Anabella ikut menemaninya. Kelengketannya, membuat Duchess Anabella semakin jengah. Menurutnya terlalu berlebihan, dan alasannya hanya satu. Tidak bisa berjauhan.Dan seperti saat ini, keduanya turun dari kereta kuda. Duchess Anabella seharian ikut Duke Alex ke istana. Di saat Duke Alex sedang membahas sesuatu dengan Kaisar, barulah Duchess Anabella mengobrol hangat dengan sang Ratu."Aku mencintai mu." Duke Alex terus membujuk Duchess Anabella yang merasa kusut. Ia selalu memaksa istrinya ikut bersamanya. "Sayang, maaf aku tid
Pelayan Zoya yang melihat dari jauh kedatangan Duchess Anabella, beranjak menghampirinya. "Nyonya."Duchess Anabella menghentikan langkahnya, ia memandang Duke Alex yang berceloteh sendiri. Yang tengah asik mencium, menimang-nimang bayi gembulnya."Selama saya berkerja di kediaman ini. Saya tidak pernah melihat Tuan sebahagia itu. Saya yakin, Duke Alex sangat mencintai Duchess.""Apakah Emelin juga bahagia setelah melihat ini?""Saya yakin Emelin bahagia, pasti saat.ini dia sedang tersenyum."Duchess Anabella menatap langit, berusaha air matanya agar tidak tumpah. "Ya, aku sangat merindukannya.""Duchess."Duke Alex melangkah tergesa-gesa menghampiri istrinya. "Lihat, aku tidak kaku lagi menggendongnya."Duchess Anabella menggerakkan tangannya, mengelus pipinya. Tidak ada yang paling membahagiakan baginya, kecuali melihat kebahagian Duke Alex. Laki-laki yang sangat ia cintai. "Aku sangat senang, melihat mu seperti ini."
Suara tangisan itu, membuat Duke Alex melepaskan benda kenyal itu. Dia bergegas turun menghampiri putranya yang sedang menangis. "Sayang, sudah bangun."Duke Alex memeriksa bokong baby Oliver. Dan benar saja dugaannya, baby Oliver mengompol. "Sayang." Duke Alex kembali menaruh baby Oliver di box bayi. Kemudian mengganti popok dan pakaiannya. "Sekarang waktunya baby mengisi perut."Duchess Anabella tersenyum, ia mengulurkan kedua tangannya menyambut putranya itu. "Sini sayang."Duchess Anabella memasukkan benda kenyal berwarna hitam itu ke mulut baby Oliver. Dengan lahapnya, baby Oliver menyedot semua asinya. "Uh, lapar ya sayang." Gemesnya seraya menyentuh pipi gembulnya."Jadi pengen," ujar Duke Alex melihat putranya yang menyusu dengan rakus. Duke Alex mendekati salah satu milik istrinya. Namun kepalanya di hentikan oleh tangan Duchess Anabella."Sudah, sana mandi.""Tapi sayang, aku ma ...""Sayang, sana mandi atau tidak akan menda
OekOek Suara tangisan bayi itu, membuat Duke Alex langsung mengucek matanya. Ia langsung menyingkapi selimutnya, agar tangisan putranya tidak membangunkan wanita yang tengah tidur pulas itu. "Sayang, kenapa?" Tangannya yang terasa kaku itu, mencoba menggendong Baby Olive. Oliver yang artinya kesayangan. Sebuah nama yang Duke Alex berikan untuk putra pertamanya sekaligus putra tercintanya. Ia berharap, nama indah ini akan menjadikan sosok yang tangguh dan pemberani Saat tangannya menyentuh bokong bayi mungil yang terasa hangat itu. Dia langsung mengerti, putranya tengah ngompol. "Shut, sayang. Jangan menangis ya. Jangan bangunkan ibu mu, ayah akan menggantinya.". Ucap Duke Alex dengan lembut. Selama sebulan ini, ia berusaha menjadi suami yang baik. Menghabiskan waktu untuk istri dan putranya. Membantunya, sebisa mungkin. Agar istrinya, Duchess Anabella tidak terlalu lelah menjaga putranya. Meskipun ada ibu asuh, Duchess Anabella tetap menjaga putra
"Duchess,"Wanita itu memberikan hormat layaknya putri bangsawan ketika kesadarannya mulai memenuhi otaknya. Melihat Duchess Anabella, selain cantik dan anggun. Wanita di depannya mencerminkan wanita yang penuh kelembutan. Bahkan matanya saja tak bisa ia kedipkan. Pantas saja, Duke Leon sangat menyukai Duchess Anabella."Saya, Violet. Tunangan Duke Leon.""Silahkan," ujarnya Duchess Anabella mempersilahkan Violet duduk di depannya. "Dimana Duke Leon? Aku tidak melihatnya.""Tadi, Duke Alex ingin berbicara berdua dengan Duke Leon.""Kamu sangat cantik Violet,""Terima kasih atas pujian dari Duchess. Tetapi saya tidak secantik Duchess."Kini waktunya akhiri dan juga meminta maaf. Ia tidak ingin terlalu jauh menyakiti wanita di hadapannya. Ia pernah merasakan sakitnya, jadi ia tahu sakitnya. "Aku meminta maaf atas hubungan ku dengan Duke Leon. Sejujurnya aku tidak memiliki niat apapun. Kita hanya teman, masa lalu tetaplah akan menjad
"Tuan,"Masih tersenyum, Duchess Anabella merasakan sentuhan cinta Duke Alex dan penyesalannya. Tapi, hatinya masih belum bisa menerimanya. "Aku tidak bisa membahagiakan Tuan. Kejarlah, Floria. Cegah dia pergi.""Aku tidak mau, satu atap dengan mu aku sudah bahagia. Sebaiknya kamu istirahat, nanti malam kita akan mengadakan pertemuan."Harapan tidak akan pernah pupus dari hati manusia, termasuk dirinya. Biarlah nantinya jika dia di anggap bodoh sekalipun. Dia hanya mencintai istrinya, ini sudah jadi tugasnya membuat Duchess Anabella bahagia dan betah bersamanya."Baiklah, sejenak aku istirahat."Duke Alex mengangguk, ia pun mengantar Duchess ke kamarnya. Setelah ia membaringkan tubuh Duchess Anabella, mencium keningnya dan yang terakhir mencium perut buncitnya."Tidurlah dan maaf, aku telah memaksa mu untuk tetap di sisi ku. Meskipun kamu tidak menginginkannya." Ucap Duke Alex.Duchess Anabella memutar tubuhnya, ia tidak tahu harus mela
"Kamu ingin menyuruh pergi, seharusnya kamu yang pergi, Floria. Aku menemaninya sampai aku mengandung anaknya. Sedangkan kamu, kamu egois." Teriak Duchess Anabella. Ia bangkit dari kursinya, berjalan ke arah Floria."Duchesslah yang tak tahu malu, masuk ke kehidupan orang .... "plakTamparan keras itu langsung melayang di pipi kanan Floria. Duchess Anabella meluapkan semua emosinya. Ia marah, sangat marah mengingat kematian Emelin. Bahkan dia tidak bisa menuruti permintaan terakhir Emelin."Ada apa ini?" tanya Duke Alex.Floria pun langsung berhambur memeluk Duke Alex. Menangis dalam pelukannya. "Apa salah ku, Tuan?"Duke Alex pun memegangi pipi Floria yang lebam. Ia menatap tak percaya pada istrinya."Pergilah, jangan pernah datang ke kediaman ini lagi. Kali ini aku tidak bisa menahan lagi. Aku ingin kita berpisah, Duke. Aku tidak tahan dengan keberadaan mu dan juga Floria. Kalian anggap apa diriku, di sakiti lalu seenaknya saja kal
Duke Alex yang merasa pusing pun di temani Duchess Anabella tidur di kamarnya. Setengah hari keduanya berbincang, entah masa kecil Duke Alex atau masa kecil Duchess. Duke Alex juga mengatakan tidak ingin di ganggu oleh Floria. Padahal Floria sudah menawarkan untuk menemaninya. Namun Duke Alex tetap menolaknya. Berbagai cara Floria menawarkan diri, membuatkan camilan siang atau yang lainnya. Duke Alex tetap menolaknya, karena Duke Alex berpikir tidak akan ada lain hari lagi jika dia menolak di temani Duchess. Entahlah, dia merasa seperti itu. Seolah dia memiliki firasat akan berpisah jauh.Duchess Anabella pun menanyakan bagaimana dulu Duke Alex bertemu dengan Floria. Duke Alex bingung, ia tidak ingin mengulang masa lalunya atau membicarakan masa lalunya dengan Duchess Anabella."Ceritakan saja, kenapa harus melihat ku seperti itu? Jangan sungkan." Duchess Anabella bisa membaca wajah Duke Alex yang merasa ragu. Sepertinya dia memang tidak ingin membahasnya.Duke
"Apa maksud mu, Tuan?" Suara itu begitu dingin dan menekan. Duke Alex pun merangkul kedua pundaknya. Suka atau tidak, di curigai atau tidak. Sakit luar dalam jelas ia rasakan. Ia hanya ingin istrinya bahagia walaupun tidak bersamanya. Tidak ada seorang suami yang ingin memberikannya pada laki-laki lain, tidak ada seorang suami saat jatuh cinta menyuruhnya bersama orang lain. Bibirnya melengkung ke atas. "Aku tidak ada maksud tujuan apa pun Duchess. Aky hanya ingin menuruti semua permintaan mu,aku tidak bisa membuat mu bahagia. Setidaknya aku ingin kamu bahagia meskipun bersama orang lain." Duchess Anabella bisa merasakan laki-laki di depannya tengah menahan sakit hatinya. Apa benar dia melakukan itu hanya ingin membuatnya bahagia? Merasakan sakitnya dulu, hatinya menolak percaya. "Aku tidak percaya, apa yang Tuan lakukan? Aku akan mengajak Floria." Tangan Duke Alex pun mencegah Duchess Anabella melangkah. Giginya mengeluarkan gesekan tajam.