Callista tidak menjawab. Hanya di dalam hatinya memang sudah sejak awal dia menyesal. Meskipun dicemooh, mendengar perkataan Jason sepertinya pria ini mulai memercayainya. Masalahnya sudah begitu banyak dan benar-benar tidak ingin menambahkan satu lagi. Callista tersenyum kaku dan berkata, "Kalau Tuan Jason tidak ada hal lain untuk dilakukan, aku pamit dulu.""Tunggu sebentar!"Jason mengangkat kakinya untuk menghentikan Callista. Kaki jenjang pria itu sengaja diulurkan untuk menghalangi jalan Callista. Callista berhenti dan berbicara dengan sedikit kesabaran yang masih tersisa, "Apakah Anda memiliki perintah lain?"Jason mengagumi ekspresi Callista yang tampak tertekan dan seulas senyum terpancar di wajah Jason, "Besok, tunggu teleponku."Callista agak terkejut, dia mengira telah memahami perilaku Jason dan hari ini hanyalah sebuah kecelakaan semata dan berpisah bukanlah masalah besar.Bukankah ini hanya hubungan sesaat? Kenapa masih ada berkelanjutan?Melihatnya tidak merespon, Jaso
"Aku …." Lusianti merasa sedikit ragu-ragu."Kalau merasa tidak nyaman untuk mengatakannya, tidak apa-apa."Ini adalah privasi Lusianti dan Callista tidak punya hak atau alasan untuk mempertanyakan lebih jauh."Bukan masalah itu." Lusianti merasa malu dengan Callista dan dengan mudah memberitahunya."Aku menyinggung Tuan Jason.""Jadi gaunmu?"Suara Lusianti menjadi kikuk, "Dia mengusirku pergi."Callista tetap diam.Awalnya Callista sempat berpikir kalau Jason memaksa Lusianti, tetapi ternyata bukan. Dia menutup telepon. Callista merasa sedikit lebih nyaman. Pada saat yang sama, dia menemukan beberapa keanehan. Penampilan Lusianti cukup menarik perhatian, sejak insiden itu telah mendapatkan reputasi besar. Ada banyak orang yang tertarik untuk menikahi Lusianti, tetapi Nyonya Garcia merasa ragu untuk menetapkan pernikahan dan meminta Lusianti untuk mendekati Jason. Callista tiba-tiba punya ide yang berani apakah Nyonya Garcia sudah berencana menggunakan Lusianti untuk mendapatkan Jason
Thomas Anderson menoleh dan berkata, "Kamu bertanya begitu banyak pertanyaan, yang mana ingin dijawab terlebih dulu?"Suaranya belum pulih dan kedengarannya agak parau, tetapi di telinga Callista, suara itu jauh lebih merdu dibanding suara malaikat. Dia ingin tersenyum di hadapan Thomas, sudut bibirnya terangkat dan air matanya yang mengalir turun."Kalau ingin menangis, lakukanlah. Di hadapan kakak, kamu tidak perlu menahan diri. " Sudah lama tidak ada yang memedulikannya, hanya satu kata darinya membuat pertahanan Callista runtuh dan dia bersembunyi dibalik selimut menangis tanpa kendali. Thomas tidak mengatakan apa-apa, hanya mengelus kepalanya lagi dan lagi dengan tangan yang dijepit oksimeter sampai dia tenang.Setelah sekian lama, Callista menyeka air mata dan memberitahunya tentang situasi di luar. Callista berpura-pura santai dan tidak menyebutkan perkataan tentang siksaan Keluarga Garcia. Dia berkata dengan penuh syukur, "Sekarang kita berada di Kota Sakata, kita dapat memulai
Thomas memandang Callista, ekspresinya terlihat sedikit dingin.“Apa kamu percaya pada Ayah?” tanya Thomas“Aku percaya.”Callista berbicara dengan nada yang sangat meyakinkan, “Ayah adalah orang yang polos dan jujur, dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.”Kening Thomas sedikit melembut, “Itu saja sudah cukup. Asalkan kamu tahu saja, ayah tidak melakukannya, itu sudah cukup.”“Apa maksudmu dengan asal aku mengetahuinya saja, sudah cukup. Kak, kamu bersama Ayah saat itu, kenapa dia meninggalkan kita dengan cara seperti itu?”“Selain itu Susan juga. Keluarga Lopez merahasiakan kematian Susan Lopez, sebenarnya ....”“Claris!” seru Thomas.Nada suara Thomas terdengar sedikit serius, “Jangan bertanya lagi, semuanya sudah berakhir.”“Berakhir?”Mata Callista memerah, “Ayah kita seorang musisi hebat yang disegani banyak orang, sekarang nama baiknya tercoreng. Dia melompat dari gedung dengan reputasi yang buruk, bahkan setelah dia meninggal pun masih digunjing orang! Bagaimana aku
“Ah.”Jason tersenyum tidak jelas, “Cepat juga kamu mencari alasan.”Tidak memberi kesempatan pada Callista untuk membela diri, Jason hanya menyebutkan nama tempat saja.“Dua puluh menit.”“Aku tidak mungkin sampai dalam dua puluh menit ....”Sebelum Callista selesai berbicara, Jason sudah mengakhiri panggilan.Di sisi lain.“Kak Jason, apa Anda, sedang marah?” tanya Peter dengan hati-hati.Dengan santai, Jason melempar ponselnya ke sofa, “Kalau aku marah, kamu tidak akan berdiri sekarang, melainkan terbaring.”“Hehehe ....” Peter tertawa datar, “Jangan menakut-nakutiku, aku ini penakut.”Jason tidak berkomentar.Peter melihat ekspresi Jason dan berkata, “Bukankah kamu mencurigai Nona Callista menyembunyikan maksud tertentu dibalik semua ini? Kenapa kamu masih menemuinya, bahkan bertemu dengannya di sini?”Suara Peter menjadi makin pelan.Sudut bibir Jason terangkat, “Ingin tahu?”“Ah.” Peter dengan kurang percaya diri.“Karena keseronokan menidurinya.”Peter, “...”“Dia berbeda dengan
Jason berpakaian santai hari ini, kaus hitam dengan gaya yang sederhana, tetapi orang yang memakainya tidak sederhana.Pria itu mengapit rokok yang tinggal setengah batang itu di antara kedua ujung jarinya, menatap Callista, mengangkat tangannya untuk melihat jam tangannya dan tersenyum."Sudah datang."Padahal Jason sedang tersenyum, tetapi Callista malah merasa hidupnya akan segera direnggut.Tenggorokan Callista terasa kering dan kedua kakinya terasa berat seperti diisi timah, jadi dia mengangguk sedikit.Seolah-olah tidak menyadari ketakutan yang menghantui Callista, Jason malah menepuk sisi sampingnya dan berkata, "Kenapa masih berdiri di sana? Ayo, duduk di sini."Callista merasa seperti wayang golek yang sedang dimainkan oleh Jason dan duduk di samping Jason.Sofa itu menenggelamkan Callista, membuat tubuh wanita itu terperosok ke dalam, seperti tenggelam dalam rawa-rawa.Tangan Jason yang memegang rokok menyentuh wajah Callista. Rambut Callista sedikit melengkung, setelah terke
"Apa yang terjadi?"Suara Callista sedikit serak.Jason tidak menjawab, tetapi mengenakan kemejanya, "Tunggu di sini."Callista mengangguk, dia tidak bisa berdiri untuk beberapa waktu ini.Begitu ujung jari Callista menyentuh pakaian, Jason menambahkan, “Tidak perlu memakai pakaian.”Callista, "..."Setelah Jason pergi, suasana menjadi sunyi.Callista tidak mendengar ucapan Jason, dia mengenakan kembali pakaiannya.Tadi Jason pergi tanpa mengatakan apa-apa, tetapi samar-samar Callista mendengar kata "sudah kabur" dan "tidak bisa ditemukan".Callista tidak tertarik untuk mengetahui lebih detail, lagi pula itu bukan urusannya.Tadi Callista tidak merasakan lonjakan adrenalin. Sekarang, setelah dia lebih tenang, Callista merasa sangat dehidrasi, tenggorokannya kering bagaikan ada asap yang akan mengepul keluar.Setelah melihat-lihat sekeliling ruangan itu, Callista hanya menemukan beberapa botol alkohol dan brankas yang terkunci.Callista mendorong pintu, berencana keluar untuk mencari ai
Gadis yang berlutut di tanah itu membangkitkan kembali ingatan Callista. Dalam ingatannya, dia juga berlutut di tanah seperti ini dan memohon dengan getir.Gadis itu meraih ujung pakaian Callista dan berkata, "Biarkan aku masuk dan bersembunyi sebentar. Aku tidak akan menyakitimu. Aku benar-benar takut."Wajah kecil gadis kurus itu terus memohon, dilihat dari sisi mana pun, wajahnya tetap terlihat menyedihkan.Melihat mata Callista berubah dari tertegun menjadi terharu, gadis itu sudah yakin kalau dirinya sudah berhasil mengendalikan situasi."Kakak, bantulah aku."Callista menatapnya dan berkata dengan nada tenang, "Kamu tidak ingin tinggal di sini, kenapa masih ingin menuju ke lantai teratas?"Mendengar ini, sedikit kekesalan melintas di mata gadis yang tertunduk itu.Gadis itu melirik ke arah perginya Rudy tadi, rencananya adalah mengelabui Callista masuk dan membantunya mengusir Rudi.Kalau tidak, saat Rudi kembali dan menemukan Callista mati, gadis itu pasti tidak akan bisa melari
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s