Jelas hanya mengoleskan obat, tetapi kenapa suara Jason malah begitu bersemangat, makin didengar makin terasa janggal.Callista hanya samar-samar menjawab, "Iya." "Kedengarannya agak enggan," ucap Jason. Jason perlahan memutar kepala tutup obat salep itu, kemudian menaruh kembali pada tempatnya, lalu dia bersandar pada punggungnya.Jason lalu meraih pinggang Callista dan menyeretnya ke tepi tempat tidur."Kalau kamu merasa tidak puas, kita akan mencoba yang lain. Tentunya, selalu ada yang bisa memuaskanmu," kata Jason tersenyum.Malam ini, Callista sudah tidak menghitung lagi, berapa kali dia menangis dan berteriak puas.Walau kenyataannya, tentu saja hanya pria itu yang sangat puas.Hasil dari pergulatan yang penuh kepuasan kemarin adalah raut wajah Callista sangat berbeda pada keesokkan harinya.Adrian dapat melihat lingkaran hitam pada mata Callista yang tidak bisa ditutupi oleh alas bedak. Dia melemparkan tujuh atau delapan potong ginseng ke dalam cangkir tehnya."Ini untuk mengu
"Kamu seharusnya bertanya-tanya kenapa Kak Jason begitu tidak menghormati orang tuanya sendiri," tutur Suzy.Mengenai bagaimana Suzy bisa mengetahui hal ini, Callista sama sekali tidak terkejut. Suzy berkata apa adanya kali ini, "Orang tua Jason berbeda dari Keluarga Davis lainnya, mereka berdedikasi untuk penelitian ilmiah. Pada awalnya, mereka memiliki kesempatan untuk mengubah dunia teknologi komunikasi saat ini." Meskipun pada pandangan pertama, penelitian ilmiah tidak bisa sebanding dengan uang. Akan tetapi, kalau dipergunakan dengan baik, keuntungannya akan melebihi industry komunikasi dalam negeri ini."Tapi ketika, mereka mengambil proyek untuk melakukan eksperimen di luar negeri, sesuatu terjadi!"Berbicara tentang ini, Suzy menjadi tidak berdaya, "Kak Jason ingin menghentikannya saat itu, tapi Paman Steven, ayah Jason itu menolak dengan keras. Karena penelitian yang telah dikerjakan bertahun-tahun akan segera membuahkan hasil dan mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi."
Saat meninggalkan Kafe Marimarste, waktu sudah bertepatan dengan siang hari.Callista terpesona oleh cahaya matahari dan bintik-bintik cahaya yang terpantul pada pupil matanya, terasa memanas dan mampu mengeringkan matanya yang basah karena air mata.Rupanya begitu.Callista memejamkan mata dan tersenyum pahit di bawah pantulan cahaya siang hari.Inilah sebabnya, posisi Susan Lopez berbeda dan lebih berat dari yang dibayangkannya.Kalau memang benar, seperti ini masalahnya ....Berarti Susan bukan hanya tunangan Jason, tetapi juga memiliki ikatan yang tidak biasa dengannya."Nona Callista."Suara rendah itu membuat Callista kembali tersadar.Itu adalah suara Theo. Dia berdiri di dekat mobil dan masih menatapnya dengan tatapan misterius itu.Callista yang mengetahui kedatangannya untuk menjemput Suzy, dia segera berkata, "Kak Suzy ada di dalam, dia akan segera keluar." "Baik, terima kasih," ucap Theo sopan. Melihat Theo berdiri tak bergeming di samping mobil, Callista melirik bahunya,
Ketika Callista menerima telepon Jason, dia masih memegang gunting besar untuk merapikan kebun yang berantakan di halaman Paviliun Marlion.Meskipun Callista sudah berkonsultasi dengan tukang kebun, ternyata masih sulit ketika gilirannya untuk mengerjakannya.Butuh waktu hampir satu jam untuk membersihkan cabang dan gulma yang telah mati.Ini juga yang menyebabkan Callista sedikit terengah-engah saat menjawab telepon, "Halo, Tuan Jason?"Setelah beberapa detik jeda, tawa kecil terdengar dari speaker."Apa yang terjadi denganmu? Apa sedang berbuat hal buruk lagi?"Callista menjatuhkan sarung tangannya dan duduk di atas kuda poni, sebelum menjawab, "Tuan Jason tidak ada di sini. Bagaimana aku bisa melakukan hal-hal yang buruk." "Itu tidak benar. Mungkin karena telah bosan padaku, jadi selingkuh dengan yang lainnya lagi," ucap Jason.Callista bergumam pelan, "Bukankah orang selingkuhanku itu kamu?" "Hah? Apa yang kamu katakan?"Callista tertegun sesaat, dia berdehem dan berkata dengan s
Saat senja, cahaya antara siang dan malam terkesan begitu membosankan.Begitu Jason memasuki Paviliun Marlion, dia langsung dipeluk dan setelah melihat ke bawah, wanita yang merangkul lengannya sedang menatapnya dengan wajahnya yang imut, serta suaranya lembut dan manis, "Tuan Jason, kamu akhirnya di sini." Saat wanita itu berbicara, tangannya dengan lihai melingkari leher Jason dan membuatnya tidak mungkin untuk melihat hal lain.Perlahan menyapu lengan Jason yang telanjang, dia hanya mengenakan baju tidur yang lumayan menggairahkan.Baju yang terbuat dari satin dan memiliki kilau khusus dalam cahaya gelap, membungkus tubuh lembut wanita itu dan membuatnya makin menarik.Mata Jason terangkat, "Apa yang ingin kamu lakukan dalam kekacauan seperti ini?"Telinga Callista panas, tetapi situasi saat ini tidak memungkinkannya untuk mundur. Dia memilih untuk lebih mendekat dengannya dan berbisik, "Tuan muda tidak menyukainya?"Tangan di belakang pinggang Callista mulai mengelus dengan kekuat
"Oh, begitu. Adik ipar mengerjakan semua ini demi diriku. Aku sangat terharu sekali," kata Jason menggoda.Meski berkata begitu, Jason tidak terlihat terkesan dengan apa yang telah dilakukan oleh Callista.Kegelapan malam sudah hampir menyeluruh, hanya tersisa bayangan Jason yang menambah rasa mencekam dalam diri Callista.Tekanan dari Jason yang tidak bersuara ini, membuat hati Callista makin ketakutan. Relung hatinya sedang menjerit dan Callista berbicara dengan hati-hati, "Soal itu, aku akui. Tujuan aku menyerahkan kotak abu paman dan bibi memang tidak murni. Tapi, kemarin kamu telah bilang juga. Jadi, seberapa besar keberanianku pun tidak akan berani berbuat masalah lagi."Callista mengatakan sambil melirik ekspresi Jason dengan diam-diam.Jason tidak berbicara, hanya menatapnya dengan sepasang mata gelapnya yang seakan-akan hendak menelan Callista.Setelah menunggu beberapa detik, melihat Jason masih tidak bermaksud untuk bergerak, Callista melanjutkan, "Alasan kenapa aku ingin me
Keduanya saling memandang sejenak.Tatapan Jason terlalu menegangkan, tepat ketika Callista merasa bukan tidak mungkin membiarkan Peter pergi membeli barang itu.Ponsel ditarik kembali oleh Jason, dia seolah tersenyum dan berkata, "Haruskah aku yang pergi membelinya?""Uh ..." Callista terdiam.Tanpa menunggu Callista mengemukakan alasannya, dahinya kembali disentil dengan keras."Baiklah, aku akan mencatat hal ini untukmu," ucap Tuan Jason.Sampai Jason pergi dengan kunci mobil, Callista masih merasa luar biasa.'Apakah dia benar-benar pergi?' batin Callista gundah.Sekitar setengah jam, Jason kembali dengan sekantong besar pembalut dengan berbagai ukuran serta merek.Callista yang baru selesai mandi, begitu keluar dan melihatnya, langsung tercengang.'Apakah Jason mengosongkan rak mereka semua?'"Kenapa termenung seperti itu? Apakah menungguku melayanimu?" ucap Jason.Callista dengan cepat berlari untuk mengambilnya dan kembali ke kamar mandi.Sebelum keluar, Callista berganti kembal
Callista yang tidak sengaja tertangkap basah sedang menatapnya, entah kenapa menjadi sedikit malu. Dia mengambil sendok sup untuk "mencicipi" guna menutupi rasa malunya itu.Jason yang merasa hampir kenyang, dia meletakkan sendoknya dan perlahan menyeka sudut bibirnya."Jangan menunda setelah selesai makan," ucap Jason.Callista membeku dan tatapannya melayang, "Kalau begitu, aku akan mandi dulu." "Tidak perlu," kata Jason.Jason berjalan di belakangnya dan menekan bahu Callista. Embusan angin panas dari hidung Jason langsung menyapu lehernya."Cukup harum!" komentar Jason.Bahu Callista menciut ke dalam, sungguh ingin berharap dirinya bisa mengecil dan menjauh darinya.Jason menarik kursi dan duduk di seberangnya, melihat ke arah Callista yang terlihat menunduk."Kenapa kamu gugup seperti ini? Tidak mau?"Tatapan Callista melayang dan mulutnya langsung menjawab dengan tegas, "Tidak!" Tepat ketika, Callista ingin membuktikan kepada Jason, kalau dia sangat profesional sebagai kekasih
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s